11
menjadi berbagai jenis gaya seperti gaya gesekan, gaya gravitasi, gaya berat, dan lain-lain.
4 Generalitas keumuman. Konsep-konsep dapat berbeda menurut
hierarkinya. Menurut Ausabel dalam Ratna WD, 1989 bahwa pemahaman konsep akan lebih mudah dipelajari dari hal-hal yang
bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Contoh gaya terbagi menjadi dua jenis yaitu gaya sentuh dan gaya tak
sentuh.
5 Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut suatu atuiran-
aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-contoh suatu konsep. Misalnya gaya gesekan tergolong gaya sentuh
sedangkan gaya gravitasi termasuk gaya tak sentuh.
6 Kekuatan. Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana
orang setuju bahwa suatu konsep itu penting untuk disajikan atau dipelajari atau mengundang materi esensial. Contoh konsep
resultan gaya sangat penting dipelajari untuk menentukan keadaan suatu benda.
6
b. Pentingnya konsep dalam pembelajaran
Dalam setiap buku dan ujian-ujian hasil belajar penyajian soal mengenai konsep relatif sedikit. Namun demikian konsep sangat
penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan konsep merupakan dasar untuk dapat menjawab persoalan yang tingkatannya lebih tinggi.
Menurut Ratna Wilis Dahar yang dikutif oleh Nuryani “konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.”
7
Dalam proses belajar mengajar pembahasan kedalamankeluasan materi
pelajaran, konsep-konsep disusun secara spiral agar lebih mudah dipelajari.
c. Penguasaan konsep dalam pembelajaran
Suatu konsep tidak serta merta didapat begitu saja oleh seseorang. Untuk mendapatkan suatu konsep seseorang harus
menempuh suatu proses yang dinamakan belajar. Menurut Sardiman “ belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,
6
Nuryani Y. Rustaman dkk., op.cit., h.51-53
7
Nuryani Y. Rustaman dkk. Ibid.,h.50
12
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.”
8
Seiring dengan pendapat Sardiman menurut Fathurrohman dan Sutikno “ dalam
belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang
lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.”
9
Sementara itu Bruner dalam Sudjana yang dikutif oleh Harjati menambahkan makna belajar
yaitu “ belajar yang terbaik harus merupakan proses berpikir, dan proses berpikir pada hakikatnya adalah proses kognitif, proses
mengkonseptualisasi dan kategorisasi.” Sementara itu berdasarkan definisi para ahli yang berbeda-
beda pendiriannya, Suryabrata berpendapat bahwa terdapat hal-hal pokok dalam belajar yaitu sebagai berikut :
1 Belajar itu membawa perubahan dalam arti behavioral changes,
aktual maupun potensial 2
Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit
3 Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.
10
Hasil dari proses belajar ini bermacam-macam, salah satunya adalah penguasaan konsep. Menurut Prayekti “penguasaan konsep
merupakan penguasaan terhadap abstrasi yang dimiliki satu kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang
sama.”
11
Perbedaan tingkat penguasaan konsep sebagai hasil dari
8
Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: RajaGrafindo persada, 2007 h. 20
9
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Refika Aditama, 2007 h.6
10
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2007 h. 232
11
Prayekti, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran MIPA di kelas
5 SD http:www.depdiknas.go.idjurnal39pendekatan20sains20teknologi.htm diakses pada
hari Senin 14 Juli 2008
13
proses belajar ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu diantaranya adalah :
1 Faktor internal ini meliputi dua aspek yaitu :
a Aspek fisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus
tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b Aspek psikologis yaitu faktor yang bersifat rohani diantaranya
tingkat kecerdasanintelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
2 Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor ini juga terdiri atas dua macam yaitu : a
Lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sosial sekolah dan lingkungan sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti
para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Lingkungan sosial siswa seperti masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa. Di antara lingkungan-lingkungan sosial tersebut, lingkungan
sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
b Lingkungan nonsosial yang meliputi gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaancuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
3 Faktor pendekatan belajar approach to learning yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-
materi pelajaran.
12
Jika semua faktor-faktor tersebut mendukung proses belajar, maka siswa akan dapat mencapai tingkat penguasaan konsep yang
paling tinggi sebagai hasil dari proses belajarnya. Adapun strategi-strategi pembelajaran untuk membantu murid
membentuk konsep menurut Santrock yaitu : 1
Menggunakan strategi contoh-aturan. 2
Membantu murid bukan hanya mempelajari suatu konsep, tetapi juga yang bukan termasuk konsep itu.
3 Membuat konsep sejelas mungkin dan memberi contoh konkret.
4 Membantu murid menghubungkan konsep baru dengan konsep
yang sudah mereka kenal.
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2006 h. 144- 155
14
5 Mendorong murid menciptakan peta konsep.
6 Meminta murid membuat hipotesis tentang suatu konsep.
7 Memberi murid pengalaman dalam penyesuaian prototipe.
8 Mengecek pemahaman murid atas suatu konsep dan motivasilah
mereka untuk mengaplikasikan konsep tersebut pada konteks lain.
13
d. Pembelajaran konsep fisika