Metode Penelitian Sistematika Penulisan

Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009

F. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini adalah : 1. Penelitian Kepustakaan Materi atau badan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini, meliputi data sekunder yaitu dengan penelitian kepustakaan dan penelusuran data-data objektif yang berupa penelusuran, penelahaan dan pengutipan bahan-bahan di kepustakaan yang berhubungan dengan judul untuk menjelaskan permasalahan. Dan data primer yaitu untuk mengkaji dan melakukan analisis data yang diperoleh di lapangan. 2. Penelitian Lapangan a. Lokasi penelitian Objek penelitian ini dilakukan di kota Medan yang dilaksanakan di PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk kota Medan dan melaksanakan studi kasus yang berhubungan dengan skripsi ini. b. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui studi pencatatn dokumen dan wawancara dengan bagian perkreditan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. c. Pengolahan dan Analisa Data Data yang diperoleh, dikumpulkan dan diseleksi agar tidak terjadi kekeliruan. Analisa data yang telah diperoleh dihimpun secara kualitatif. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009

G. Sistematika Penulisan

Sistematika di dalam penulisan skripsi ini terdiri dari : 1. Bab satu, membahas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Keaslian Penulisan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode penelitian dan Sistematika Penulisan. 2. Bab dua, membahas mengenai Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Pemberian Kredit Bank Kepada Usaha Kecil 3. Bab tiga, membahas mengenai Tinjauan Umum Tentang Jaminan Dalam Pemberian Kredit 4. Bab empat, membahas mengenai kedudukan penjamin Borgtocht Dalam Pemberian Kredit Bagi Pelaku Usaha Kecil Dan Menengah Di PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk di Kota Medan 5. .Bab lima, mengenai Kesimpulan dan Saran. Seterusnya dikemukan sejumlah daftar yang dipergunakan sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN KREDIT Di dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai beraneka ragam perjanjian, hal ini dapat kita sadari untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat sesuai dengan perkembangan zaman, salah satu diantaranya adalah perjanjian kredit. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi dari perjanjian. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dengan kata lain,perjanjian itu merupakan suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih,dengan berdasarkan kesepakatan untuk saling mengikatkan dirinya mengenai suatu objek tertentu, yang mempunyai tujuan dan menimbulkan akibat hukum. R.Subekti mengatakan perjanjian itu menerbitkan perikatan, suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau lebih berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Di dalam Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena undang-undang. Perikatan yang bersumber dari undang-undang semata-mata adalah perikatan yang dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, ditetapkan melahirkan suatu hubungan hukum perikatan diantara pihak-pihak yang bersangkutan, terlepas dari kemauan 13 Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 pihak-pihak tersebut. Misalnya kematian dengan meninggalnya seseorang, maka perikatan yang pernah mengikat orang tersebut beralih kepada ahli warisnya. Dalam suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan karena dua pihak itu bersetuju untuk melakukan sesuatu. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan, yang diucapkan atau ditulis. Di dalam pemberian kredit bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dipinjamkan. Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan yang berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh bank sebagai pemberi dana, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh si penerima kredit sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit. Mariam Darus Badrulzaman mengatakan sebagai suatu perjanjian, maka pengertian perjanjian kredit itu tidak dapat terlepas dari KUH Perdata dan Undang-Undang Perbankan. Perjanjian kredit adalah perjanjian pendahuluan voorovereenkomst, dalam hal ini tentunya yang dimaksudkan adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang. 5 5 Mariam Darus Badrulzaman, Loc Cit, Hal. 23 Perjanjian kredit menurut pendapat beberapa sarjana hukum dikuasai oleh ketentuan-ketentuan KUH Perdata Bab XIII Buku III, karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam uang menurut KUH Perdata, dan sebagian lainnya tunduk pada peraturan lain yaitu Undang-Undang Perbankan. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 Jadi dapat dikatakan perjanjian kredit itu memiliki identitas sendiri, tetapi dengan memahami rumusan pengertian kredit yang diberikan oleh Undang- Undang Perbankan, maka dapat disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit sebagian masih bisa mengacu pada ketentuan KUH Perdata Bab XIII Buku III. Meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan azas atau ajaran umum yang terdapat dalam KUH Perdata. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, tidak mengenal istilah perjanjian kredit. Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam instruksi Presidium Kabinet Nomor 15EK10 tanggal 3 Oktober 1966 jo surat Edaran Bank Negara Indonesia unit 1 Nomor 2539UPKPemb tanggal 8 Oktober 1966 yang menginstruksikan kepada masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk apapun bank-bank wajib menggunakan perjanjian kredit. Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani bank dan debitur maka tidak ada pemberian kredit itu. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara dengan debitur, yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua pihak sehubungan dengan pemberian atau pinjaman kredit pinjam uang. Kredit adalah pokok atau prinsip, sedangkan perjanjian jaminan adalah perjanjian ikutan atau accesoir artinya ada dan berakhirnya perjanjian jaminan tersebut tergantung dari perjanjian pokok. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 Thomas Suyatno mengatakan, adapun unsur-unsur yang terdapat dalam perjanjian kredit adalah : A. Kepercayaan Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. B. Waktu Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh jangka waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. C. Degree of Risk Dengan pengertian degree of risk disebutkan bahwa dalam pemberian kredit itu menimbulkan suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan pengembaliannya, yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya karena sejauh kemampuan manusia untuik menorobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian kredit. D. Prestasi Prestasi yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa uang, jasa atau benda. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan . 6 6 Thomas Suyanto, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1999, Hal. 14. Sebagai contoh jika perjanjian kredit berakhir karena ada pelunasan hutang maka secara otomatis perjanjian jaminan akan menjadi hapus atau berakhir. Tetapi sebaliknya jika perjanjian jaminan hapus atau berakhir, misalnya barang yang menjadi jaminan musnah maka perjanjian kredit tidak berakhir. Jadi perjanjian kredit harus mendahului perjanjian jaminan, tidak mungkin ada jaminan tanpa ada perjanjian kredit. Perjanjian kredit perlu mendapat perhatian yang khusus, baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, maupun pelaksanaan kredit itu. Namun dari langkah yang penulisan ini sebagai gambaran umum prosedur perkreditan meliputi beberapa langkah yang ditangani oleh bank agar pemberian kredit tersebut dapat digolongkan sehat, hal mana pembahasannya akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.

A. Pengertian Kredit Secara Umum

Dokumen yang terkait

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 18 86

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 7

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 1

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 16

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 8

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 1

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar) Chapter III V

0 0 33

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA USAHA KECIL A. Pengertian Kredit Secara Umum - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Ca

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 14