Kredit Usaha Kecil Menengah

Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 sepakat masih diperlukan suatu perbuatan nyata yaitu penyerahan barang yang menjadi obyeknya. Sifat hukum dari perjanjian pinjam meminjam atau pinjam mengganti adalah konsensuil dan riil. Hal ini dapat dibuktikan dengan rumusan pada awal kalimat “persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain”. Pada prinsipnya yang terjadi baru kesepakatan untuk memberikan sesuatu kepada pihak lain, sedangkan penyerahannya belum terjadi. Secara teoretis, antara terciptanya kesepakatan. Sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 1388 ayat 1 KUHPerdata tersebut, maka seluruh pasal – pasal yang ada dalam suatu perjanjian kredit secara hukum mengikat kedua belah pihak, yakni pihak kreditur dan pihak debitur. Namun harus pula diingat, bahwa meskipun undang-undang menyebutkan bahwa perjanjian yang dibuat para pihak itu berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak, akan tetapi di dalam perjanjian itu sendiri harus dihindari ketentuan- ketentuan yang bertentangan dengan undang-undang pula. Artinya sepanjang isi perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-undang, maka perjanjian itu berlaku bagi para pihak. Sebaliknya jika di dalam perjanjian itu terdapat klausul yang justru bertentangan dengan undang-undang, maka dengan sendirinya perjanjian itu dapat batal karenanya.

H. Kredit Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil Menengah merupakan basis usaha rakyat, yang secara mengejutkan mampu bertahan di masa krisis 19971998. Saat itu banyak usaha besar bergelimpangan, mengalami pailit didera pahitnya krisis. Pada saat Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 bersamaan, perbankan tidak mampu lagi membantu masalah pula sehingga menambah parah penderitaan usaha besar. Tidak demikian halnya dengan UKM, yang dapat bertahan pada badai krisis karena struktur keuangan mereka yang tidak banyak bergantung pada perbankan, meski mereka tetap memanfaatkan jasa perbankan, baik untuk transaksi maupun untuk menjaga keamanan. Sebagian besar pelaku UKM ini mengandalkan seluruh permodalannya sendiri yang perolehannya melalui pinjaman ke lembaga keuangan. Faktor lain yang membuat UKM mampu bertahan adalah juga karena bahan baku yang digunakan untuk kegiatan usahanya merupakan produk lokal yang harganya tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar. UKM dengan karakteristiknya ini telah mampu menjadi penopang perekonomian nasional terutama ketika badai krisis moneter melanda. 21 Fasilitas kredit kepada usaha kecil dan atau mikro, diatur dan dimiliki ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat dari nama skim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun fasilitas kredit diperuntukkan kepada usaha kecil dan atau mikro, tetapi prosedur dan tata cara pemberiannya berbeda antara kebijakkan yang satu dengan yang lain. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh sumber dana yang diperuntukkan bagi fasilitas kredit usaha kecil dan mikro tersebut, misalnya terdapat sumber dana dari Surat Utang Pemerintah SUP dengan Nomor SU-005MK1999 yang juga dikenal dengan 21 Eti Wahyuni,dkk, Lilitan Masalah Usaha Mikro, kecil, Menengah dan kontroversi kebijakan,PT Bitra Indonesia, Hal.2 Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 dana dari “SUP-005” atau sumber dana dari pemanfaatan bagian laba BUMN, yang di kenal dengan Dana Program Kemitraan untuk Kredit Usaha Mikro. Dengan kapasitasnya ini tentu UKM pantas menjadi prioritas dalam kebijakan – kebijakan perekonomian nasional, hanya saja benarkah posisi UKM berada pada tempat yang cukup terhormat dalam kancah kebijakan ekonomi dan bisnis kita. Dalam Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1995 Pasal 1 ayat a dan b menjelaskan dalam undang – undang ini yang dimaksud dengan : 1. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang – undang ini. 2. Usaha Menengah dan usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan Usaha Kecil. Kredit Usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada usaha yang memenuhi kriteria usaha kecil. Dalam Praktek Perbankan Artinya, bank melakukan suatu judgement terhadap pengertian usaha kecil tersebut lebih spesifik, misalnya hanya mengakui fasilitas kreditt untuk usaha kecil adalah usaha yang omsetnya sampai dengan Rp 200 juta. Oleh karena itu, mungkin saja terdapat perbedaan pengertian kredit kepada kepada usaha kecil ini pada bank yang berbeda atau pada produk yang berbeda pada bank yang sama. Pemberdayaan Usaha kecil berlandaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Pemberdayaan Usaha Kecil diselenggarakan atas asas kekeluargaan. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 Usaha kecil, yang merupakan bagian intergral dunia usaha nesional mempunyai kedudukan,potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional pada umumnya dan tujuan Pembangunan ekonomi pada khususnya. Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dapat berperan dalam proses pemerataan dan meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas pada khususnya. Kenyataan menunjukkan bahwa usaha kecil masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa usaha kecil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusiaa, dan teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya. Dalam upaya meningkatkan kesempatan dan kemampuan Usaha Kecil, telah dikeluarkan berbagai kebijaksanaan oleh Pemerintah tentang pencadangan usaha, pendanaan, dan pembinaan, tetapi belum berhasil sebagaimana diharapkan karena belum adanya kepastian hukum yang merupakan perlindungan bagi usaha kecil dan dipatuhi oleh semua pihak. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 Pemberdayaan usaha kecil dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Dengan memberdayakan usaha kecil, diharapkan usaha kecil menjadi tangguh, mandiri, dan juga dapat berkembang menjadi Usaha Menengah. Usaha kecil yang tangguh, mandiri, dan berkembang dengan sendirinya akan meningkatkan produk nasional, kesepatan kerja, ekspor, serta pemerataan hasil – hasil pembangunan, yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap penerimaan negara. Selanjutnya, pemberdayaan Usaha kecil dalam perekonomian nasional sehingga akan terwujud tatanan perekonomian nasional yang sehat dan kukuh. Dalam pemberdayaan usaha kecil seluruh peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan usaha kecil, antara lain Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, Undang – Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, dan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi. Menurut Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2004 pasal 1 ayat 18, menyatakan usaha menengah adalah : ”kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kriteria kekayaan atau penjualan tahunan yang lebih besar dari usaha kecil yang kemilikannya berada pada Warga Negara Indonesia”. Menurut Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2004 pasal 1 ayat 1, menyatakan usaha menengah mempunyai kriteria, yaitu : a. Warga Negara Indonesia yang berusaha di daerah b. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp.1.000.000.000satu miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 c. Memiliki hasil penjualan Tahunan maksimal Rp.10.000.000.000 sepuluh miliar rupiah d. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dukuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. e. Berbentuk badan usaha yang tidak berbadan hukum atau berbadan hukum termasuk koperasi. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN DALAM PEMBERIAN KREDIT

A. Pengertian Hukum Jaminan Dalam Pemberian Kredit.

Dokumen yang terkait

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 18 86

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 7

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 1

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 16

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 8

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 1

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar) Chapter III V

0 0 33

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA USAHA KECIL A. Pengertian Kredit Secara Umum - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Ca

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 14