Kedudukan Penjamin Bila Debitur Wanprestasi

Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 pihak lain dan penerima kredit menjamin bahwa bank tidak akan mendapat tuntutan atau gugatan apapun dari pihak lain yang menyatakan mempunyai hak atas barang – barang tersebut baik sebagai pemilik atau sebagai pemegang jaminan. Penjamin juga menjamin tidak akan melakukan suatu perbuatan hukum apapun juga tanpa seizin Bank BNI yang dapat mengakibatkan beralihnya pemiliknya pemilikkan atas seluruh atau sebagian harta kekayaan penjamin selama penjamin masih terikat sebagai Penanggung Hutang Borg.

B. Kedudukan Penjamin Bila Debitur Wanprestasi

Dalam KUHPerdata pada Bab XVII bagian kedua, dimana tanggung jawab Borg pada dasarnya bersifat Isubsidair, yang pokok adalah kewajiban debitur utama terhadap kreditur. Hal ini sesuai dengan Pasal 1931 KUHPerdata yang menyatakan : ”Si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai. Sedangkan benda – benda si berutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya”. Pada prinsipnya dalam Pasal 1931 KUHPerdata, si pembuat Undang – Undang ada memberikan hak utama kepada Borg, yaitu pada saat ia digugat di Pengadilan dapat memenuhi kewajiban debitur utama yang telah wanprestasi. Bila hal ini terjadi maka dapat ditangkis dengan mengemukakan bantahan agar harta kekayaan debitur utama dieksekusi dahulu untuk diambil pelunasan, tangkisan ini disebut juga tangkisan dilatoir. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 Borg diletakkan kewajiban untuk menunjukkan adanya harta debitur utama yang dapat disita dan dieksekusi. Di samping itu atas tuntutan dari kreditur, Borg wajib membayar lebih dahulu biaya sita dan eksekusi hal ini diatur dalam Pasal 1834 ayat 1 KUHPerdata. Kalau hasil eksekusi dari barang – barang debitur utama yang ditunjukkan Borg tidak mencukupi untuk melunasi hutang debitur utama maka untuk melunasi hutang debitur utama, selebihnya tetap dapat dituntut dari Borg. Maksudnya agar kreditur bisa memperoleh pelunasan dari hasil eksekusi harta debitur utama yang ditunjukkan oleh Borg, Borg tidak boleh menunjuk harta benda debitur utama yang sedang menjadi persengketaan di muka Hakim, maupun yang sudah dijadikan tanggupan hipotok untuk utang yang bersangkutan dan yang sudah tidak ada di tangan si berutang, maupun pula benda – benda yang terletak di luar wilayah Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal 1834 KUHPerdata. Tentang kedudukan penjamin bila debitur atau pihak pelaku usaha kecil dan menengah wanprestasi merupakan hal yang sedikit rumit dalam suatu perkara perdata, namun demikian penjamin tetap merupakan Borg yaitu kedudukan penjamin atau Borg akan terlihat pada saat debitur wanprestasi yang menurut Pasal 1831 KUHPerdata bahwa seorang Borg tidak mempunyai kewajiban untuk membayar terhadap kreditur terkecuali debitur utama wanprestasi maka si penjamin hanya wajib melakukan ganti rugi dari apa yang telah diperjanjikan bukan memenuhi prestasi si debitur. Penjamin ikut memikul segala akibat hukum yang menimbulkan kerugian moril maupun materiil, jika timbul suatu keadaan yang menimpa obyek yang dimaksudkan dalam perjanjian. Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008. USU Repository © 2009 Agar bank dapat secara langsung menuntut penanggung hutang dalam hal penerima kredit wanprestasi, didalam akta perjanjian penanggung Borgstelling harus dicantumkan secara tegas klasula yang menyatakan bahwa penangung hutang melepaskan hak – hak eksepsi dan hak istimewa untuk menuntut agar kekayaan penerima kredit terlebih dahulu disita dan dilelang sebelum penanggung hutang melunasi hutang penerima kredit.

C. Upaya Yang Dilakukan Bank Untuk Menyelesaikan Kredit Bermasalah Debitur Wanprestasi

Dokumen yang terkait

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 18 86

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 7

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 1

Kedudukan Penjamin Dalam Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Medan)

0 0 16

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 8

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 1

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar) Chapter III V

0 0 33

Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA USAHA KECIL A. Pengertian Kredit Secara Umum - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Ca

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota Pematangsiantar (Studi PT. Bank Sumut Cabang Pematangsiantar)

0 0 14