Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008.
USU Repository © 2009
uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan
.
6
6
Thomas Suyanto, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1999, Hal. 14.
Sebagai contoh jika perjanjian kredit berakhir karena ada pelunasan hutang maka secara otomatis perjanjian jaminan akan menjadi hapus atau berakhir. Tetapi
sebaliknya jika perjanjian jaminan hapus atau berakhir, misalnya barang yang menjadi jaminan musnah maka perjanjian kredit tidak berakhir. Jadi perjanjian
kredit harus mendahului perjanjian jaminan, tidak mungkin ada jaminan tanpa ada perjanjian kredit.
Perjanjian kredit perlu mendapat perhatian yang khusus, baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, maupun pelaksanaan kredit itu. Namun dari langkah yang penulisan ini sebagai gambaran
umum prosedur perkreditan meliputi beberapa langkah yang ditangani oleh bank agar pemberian kredit tersebut dapat digolongkan sehat, hal mana pembahasannya
akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
A. Pengertian Kredit Secara Umum
Pada umumnya disetiap bentuk usaha, baik itu disektor perdagangan, sektor perindustrian, sektor pertanian atau perdagangan atau sektor perhubungan,
apakah bentuk usaha kecil dan menengah ataupun bentuk usaha besar, pasti usaha tersebut memerlukan kredit, yang berfungsi sebagai faktor memajukan produksi,
sehingga melalui bantuan kredit dari bank, maka usaha tersebut akan semakin besar dan berkembang.
Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pemberian kredit merupakan masalah yang lazim ditemui dalam suatu usaha yang dikelola oleh orang atau badan hukum atau badan usaha. Masalah
kredit sebenarnya timbul oleh karena kemajuan peradaban umat manusia khususnya dibidang perekonomian. Dimana ketika uang mulai dikenal sebagai
alat kehidupan, pinjam meminjam barang beralih menjadi pinjam meminjam uang.
Kata kredit berasal dari kata “credere” dalam bahasa Yunani yang artinya percaya. Dalam bahasa Belanda istilahnya “vertrouwen”, dalam bahasa Inggris
“believe” atau “trust or confidence”, yang artinya sama yaitu percaya. Kepercayaan adalah unsur yang sangat penting dan utama dalam pergaulan hidup
manusia. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit berarti ia memperoleh kepercayaan, dengan kata lain maka kredit mengandung pengertian adanya suatu
kepercayaan dari seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah
diperjanjikan terlebih dahulu. Bank merupakan produk yang paling utama melakukan kegiatan dalam hal
pemberian kredit atau bantuan permodalan agar suatu usaha yang dikelola seseorang atau badan hukum dapat lebih berkembang dan mengembangkan
usahanya lebih sedikit baik dan lancar serta bertambah kemajuannya. Kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan, risiko dan
pertukaran ekonomi dimasa mendatang
.
7
7
Hasanuddin Rahman, SH,Loc.cit,Hal. 96.
Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1967, bahwa Kredit adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, dalam hal mana
pihak meminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”.
Jika diperhatikan Pasal 1 sub c di atas maka di dalamnya terkandung kewajiban untuk mengembalikan pinjaman. Dari segi yang lebih luas lagi suatu
kewajiban untuk memenuhi perikatan. Dari kewajiban ini dapat dilihat bahwa kredit hanya dapat diberikan kepada mereka yang dipercaya mampu
mengembalikan pinjaman itu sama artinya dengan kemampuan memenuhi prestasi suatu perikatan. Hal ini menunjukkan bahwa Undang-Undang Perbankan No. 14
Tahun 1967 menggunakan kredit dalam arti yang dijabarkan yaitu perjanjian pinjam uang berdasarkan pada kepercayaan akan kemampuan ekonomi penerima
kredit. Berdasarkan Pasal 1 butir 11 UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan
Kredit adalah : ”penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian kredit.”
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga pemberian kredit pada dasarnya merupakan pemberian
kepercayaan. Dalam hal ini, kredit hanya akan diberikan bila benar – benar diyakini bahwa calon peminjam dapat mengembalikan kepercayaan tersebut tepat
Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pada waktunya dan syarat – syarat lain yang disepakati antara peminjam dan kreditur.
8
Dari pengertian kredit di atas terlihat adanya suatu persetujuan atau kesepakatan antara pihak kreditut dan pihak debitur, yaitu pihak kreditur akan
meminjamkan sejumlah uang, sedangkan pihak debitur berjanji untuk Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, pasal 1 butir 12 menyatakan
Kredit adalah : “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.” Menurut Perda No.7 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 26, pengertian Kredit adalah
”Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan koperasi dan
atau usaha kecil dan menengah, yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Jika diperhatikan pengertian kredit di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 di atas, maka dapat disebutkan bahwa pengertian tersebut lebih luas jika
dibandingkan dengan pengertian kredit yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan No. 14 Tahun 1967. Dikatakan lebih luas karena dalam Undang-
Undang No. 14 Tahun 1967 pihak bank hanya menerima jasa dalam bentuk bunga. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 disamping bunga
pihak bank juga menerima imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
8
Nasroen YasabariNina Kurnia Dewi, Penjamin kredit, PT. Alumni, Bandung-2007, Hal. 7
Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mengembalikan uang tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disertai dengan sejumlah imbalan atau bunga.
Bila dilihat bunyi Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tersebut bunyinya kembali lagi seperti pada Pasal 1 sub c Undang-Undang No. 14
Tahun 1967 yang di dalamnya terkandung kewajiban untuk mengembalikan pinjaman.
Mr. J.A. Levy, seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris merumuskan arti hukum dari kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk
dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit, penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban
mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.
9
M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti
dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu.
10
Kredit dalam arti pinjaman uang atau kredit barang hanya orang yang dipercaya saja yang akan mendapatkan pinjaman uang dari kreditur yaitu bank
atau lembaga keuangan non bank. Orang yang mendapatkan pinjaman uang dari bank harus mampu dan mau untuk mengembalikan pinjaman tersebut, tepat pada
waktunya disertai dengan imbalan bunga dan menggunakan pinjaman sesuai dengan tujuan.
9
Mariam Darus Badrulzaman,LocCit Hal 21.
10
Mariam Darus Badrulzaman, Loc Cit Hal. 22.
Risky Adelia Budianty : Hubungan Hukum Antara Penjamin Dengan Pihak Pemberi Kredit Kepada Usaha Kecil Menengah Di Kota Medan Studi PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk Medan, 2008.
USU Repository © 2009
B. Subjek dan Objek Perjanjian Kredit