Terjadinya Pranata Serupa Trusts Melalui Pemberian dalam Wasiat

Keempat hal tersebut diatas tidaklah berdiri sendiri, melainkan dapat terkait satu dengan yang lainnya, dengan tumpuan atau pijakan utama pada janji untuk kepentingan pihak ketiga. Dua hal yang disebutkan pertama kali terkait dengan kaidah-kaidah hukum kebendaan, sedangkan dua hal yang disebutkan terakhir berada dalam lapangan hukum perikatan, khususnya dalam hukum perjanjian.

a. Terjadinya Pranata Serupa Trusts Melalui Pemberian dalam Wasiat

Dalam suatu pemberian berdasarkan wasiat yang baru berlaku setelah pemberi wasiat meninggal, jelas menunjukkan bahwa pemberi wasiat tidak lagi memiliki kepentingan apapun atas benda yang diberikan tersebut sehingga juga tidak mempunyai hak dan kewenangan apapun lagi terhadap benda yang telah diserahkan kepemilikannya tersebut. Dengan demikian, dalam konteks Pasal 1317 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pemberian melalui wasiat adalah pemberian yang dilakukan kepada orang lain dengan beban. Hukum Perdata dapat ditemukan sekurangnya tiga ketentuan yang mengatur mengenai pemberian berdasarkan wasiat dengan beban, atau bagi kepentingan pihak ketiga. Ketiga ketentuan tersebut adalah : 1. pemberian Hak Pakai Hasil setelah kematian; 192 2. pewarisan secara lompat tangan; 193 3. pengurusan khusus Bewindvoering. 194 192 Pasal 883 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 193 Pasal 879, Pasal 973 dan Pasal 989 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 194 Pasal 978, Pasal 983 dan Pasal 1019 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara Transplantasi pranata serupa trusts dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada pranata hukum yang terjadi sebagai akibat kematian settlor terwujud dalam aturan hukum yang rigid, yang telah ditentukan oleh undang-undang sebagai bagian dari equity yang diresepsi oleh tradisi hukum Eropa Kontinental ke dalam kitab undang-undang. 1 Pemisahan Pemilikan dan Pemanfaatan Benda yang Diwariskan Melalui Pemberian Hak Pakai Hasil Setelah Kematian Konteks pemberian hak pakai hasil setelah kematian ini, secara sederhana dapat dijelaskan dengan keterangan bahwa pewasiat menyerahkan hak milik atas suatu benda kepada seseorang dengan kewajiban bagi pihak yang diserahkan hak milik ini untuk memberikan hak pakai hasil benda tersebut kepada orang lain pihak ketiga yang juga ditunjuk oleh pewasiat. Diagram 4 : Penerima Hak Pakai Hasil Sebagai Beneficiary dengan Pemilik sebagai Trustee Pewaris sebagai Settlor Ahli waris sebagai pemilik dalam hukum Trustee Penerima hak pakai hasil sebagai penikmat dalam kaitan dengan Pemilik dan pihak ketiga Beneficiary Fiduciary Duty Universitas Sumatera Utara Hasil analisis yang dilakukan di atas juga menunjukkan bahwa dalam hal ini trustee sama sekali tidak melakukan kegiatan, selain yang terbatas hanya sebagai pemilik dalam hukum. Segala kenikmatan atas benda tersebut seluruhnya berada di tangan beneficiary. Bahkan beneficiary berhak juga untuk mengalihkan hak pakai hasil sebagai hak kebendaan atas benda tersebut 195 2 Larangan Pemanfaatan Benda yang Diwariskan oleh Ahli Waris sebagai Pemilik dalam Pewarisan Secara Lompat Tangan kepada pihak lain tanpa mempengaruhi status hubungan kepemilikan denga trustee sebagai pemegang hak milik dalam hukum. Pewarisan secara lompat tangan atau yang dinamakan dengan fideicommissum adalah sesuatu yang dilarang oleh undang-undang. 196 a bagian harta warisan yang bebas untuk dipergunakan oleh pewaris Hanya dalam hal harta warisan yang diwariskan secara fideicommissum tersebut adalah : 197 atau diluar bagian terlarang legitime portie; 198 b bagian sisa yang tidak dipergunakan oleh ahli waris sampai dengan meninggalnya ahli waris; 199 pewarisan secara lompat tangan diperbolehkan. Pewarisan dengan fideicommissum dapat dilukiskan dalam diagram berikut di bawah ini : 195 Pasal 772 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 196 Pasal 879 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 197 Pasal 973 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 198 Pasal 974 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 199 Pasal 989 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara Diagram 5 : Fideicommissum dengan Anak sebagai Trustee dan Cucu sebagai Beneficiary 3 Pengurusan Khusus Bewindvoering Penjelasan yang diberikan di atas mengenai pewarisan secara lompat tangan yang diperbolehkan tentunya dapat menimbulkan pertanyaan, khususnya yang terkait dengan pertanggungjawaban anak pewaris terhadap tindakannya yang mengakibatkan hilangnya atau rusaknya atau berkurangnya nilai benda yang seharusnya berada di dalam bagian harta kekayaan yang diwariskan dengan fideicommissum tersebut. Untuk menjamin pelaksanaan hal-hal tersebut, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menciptakan pranata bewindvoering, yaitu suatu bentuk pengurusan khusus. Jadi, bewindvoering tidaklah berdiri sendiri, dan pada dasarnya diciptakan untuk melindungi kepentingan dari orang-perorangan tertentu dari tindakan sewenang-wenang atau sesuka hati seorang pemilik benda. Pewaris sebagai Settlor Anak sebagai pemilik warisan dengan fideicommissum Trustee Cucu sebagai ahli waris selanjutnya merupakan Beneficiary atas harta warisan dengan Fideicommissum Fiduciary Duty Penyerahan hak milik melalui warisan Pewarisan dengan Fideicommissum Universitas Sumatera Utara Seperti telah dijelaskan dalam Bab III, bewindvoering diatur dalam Pasal 978, Pasal 983 dan Pasal 1019 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sebagai pengurus khusus, dalam konteks Pasal 978, Pasal 983 dan Pasal 1019 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bewindvoerder pengurus khusus melakukan tugas pembantuan terhadap : a. orang yang cakap bertindak ; atau b. dalam hal orang yang tidak cakap untuk bertindak dalam hukum, pengurus harta kekayaan orang yang tidak cakap bertindak dalam hukum tersebut. dari tindakan atau perbuatan hukum yang bertujuan atau dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengurangan nilai, pembebanan, pengasingan, dan terlebih lagi perbuatan hukum untuk mengalihkan dengan cara apapun termasuk untuk menjual benda-benda yang ditaruh dibawah pengurusan pengurus khusus tersebut, sesuai dengan syarat-syarat yang melahirkan kepengurusan khusus tersebut dalam wasiat. Tanpa adanya bantuan atau persetujuan dari bewindvoerder pengurus khusus tersebut, seluruh tindakan yang dilakukan sendiri oleh orang sebagai pemilik atau pengurus umum dari orang terhadap siapa suatu harta kekayaan ditaruh di bawah pengurusan khusus tidaklah mengikat harta kekayaan yang berada di bawah pengurusan khusus tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa harta kekayaan yang berada dalam pengurusan pengurus khusus tersebut berada di luar budel pailit dari orang terhadap siapa suatu harta kekayaan ditaruh dibawah pengurusan pengurus khusus tersebut. Universitas Sumatera Utara

b. Terjadinya Pranata Serupa Trusts Melalui Pemberian Semasa Hidup