atau donee atau recepient menjadi pemilik sejati dari benda yang diserahkan kepadanya tersebut.
Dalam hubungan trusts, dimana settlor menyerahkan legal rights atas suatu benda kepada trustee dan equitable right kepada beneficiary, dapat
dikatakan juga bahwa beneficiary tersebut juga merupakan seorang volunteer karena beneficiary menerima equitable ownership dari suatu benda, menikmati
benda tersebut tanpa adanya kewajiban untuk memberikan kontra prestasi kepada settlor sebagai pihak yang menyerahkan benda tersebut = donor.
72
Meskipun secara sepintas hubungan antara settlor – beneficiary dalam trusts serupa dengan
donor-volunteer dalam gift; perlu diperhatikan bahwa dalam suatu trusts, kepemilikan dalam hukum legal owner diserahkan kepada trustee, dengan
tujuan agar trustee melakukan kontrol atau pengawasan agar beneficiary dapat menikmati benda yang diserahkan dalam trusts tersebut. Dalam trusts yang perlu
diperhatikan adalah kewajiban trustee untuk memenuhi kewajibannya dalam trusts kepada beneficiary.
73
B. Konsepsi Trusts Dalam Tradisi Hukum Anglo Saxon
1. Konsepsi dan Pengertian Trusts
Dalam pandangan tradisi hukum Anglo Saxon,
74
72
Ibid.
73
Ibid.
74
Ibid., hlm. 30
”trust is created where the absolute owner of property the settlor passes the legal title in that property
Universitas Sumatera Utara
to a person the trustee to hold that property on trust for the benefit of another person the beneficiary in accordance with terms set out by the settler”.
Konsepsi awal trusts tersebut menunjukkan bahwa “trusts is a relationship recognized by equity which arises where property is vested in a
person or persons called the trustees, which those trustees are obligated to hold for the benefit of other persons called cestuis que trust or beneficiaries”.
75
Mengutip Underhill, Pettit dalam Equity and the Law of Trusts, menyatakan sebagai berikut.
76
a. settler settler ;
A trust is an equitable obligation, binding a person who is called a trustee to deal with property over which he has control which is called
the trust property either for the benefit of persons who are called the beneficiaries or cestui que trust of whom he may himself be one, and
anyone of whom may enforce the obligation, or for a charitable purpose, which may be enforced at the instance of the Attorney-General, or for
some other purpose permitted by law though unenforceable. Dalam pengertian yang demikian berarti trusts merupakan suatu pranata
unik yang berada dalam sistem equity, yang melibatkan eksistensi tiga pihak, yaitu :
b. trustee ;
c. beneficiary.
75
Jill E Martin, op cit., hlm. 47.
76
Pettit, op cit., hlm. 22. Settlor
Trustee
Beneficiary
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, dalam suatu pernyataan trusts, settlor menyerahkan suatu benda untuk diletakkan dalam trusts yang tercatat atas nama atau dalam
kepemilikan trustee. Pemberian oleh seorang settlor ini disertai dengan kewajiban kepada trustee untuk menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan benda tersebut
kepada pihak ketiga yang disebut dengan beneficiary. Ini menunjukkan bahwa settlor sebagai pemberi suatu benda, setelah pernyataan trusts yang diucapkan
olehnya dilaksanakan tidak lagi menguasai, memiliki atau mempunyai kepentingan apapun atas benda yang sudah diserahkan dalam trusts tersebut.
Penyerahan benda tersebut tidak disertai dengan suatu kontra prestasi langsung yang harus dilakukan oleh trustee kepada settlor, melainkan kepada seorang pihak
ketiga yang disebutkan oleh settlor dalam pernyataan trusts-nya tersebut. Dalam konteks tersebut, antara settlor, trustee dan beneficiary tidak ada perjanjian
kontrak sama sekali. Beneficiary tidaklah mempunyai kewenangan dalam hukum common law untuk menuntut pemenuhan kewajiban trustee, demikian
juga settlor oleh karena settlor sudah kehilangan haknya atas benda tersebut dalam hukum.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa seorang trustee adalah pihak yang mempunyai kewenangan atas benda yang berada dalam trusts, yang merupakan
bagian dari kewajibannya terhadap beneficiary atau cestui que trust, meskipun kewenangan tersebut hanya sebatas pencatatan atau pendaftaran atas nama trustee
Universitas Sumatera Utara
tersebut.
77
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana dikatakan oleh Gary Watt dalam Briefcase Equity Trusts :
78
a. the assets constitute a separate fund and are not part of the trustee’s
estate; A trust has the following characteristics:
b. title to the trust assets stands in the name of the trustee or in the
name of another person on behalf of the trustee; c.
the trustee has the power and the duty, in respect of which he is accountable, to manage, to employ or dispose of the assets in
accordance with the terms of the trusts and the special duties imposed upon him by law
The reservation by the settlor of certain rights and powers, and the fact that the trustee may himself have rights as a beneficiary, are not
necessarily inconsistent with the existence of a trusts.
2. Klasifikasi Trusts
Diagram 2 : Klasifikasi Trusts
77
Ibid., hlm. 23.
78
Gary Watt, op cit., hlm. 2-3. TRUST
EXPRESS NON EXPRESS
Public Charitable
Private Un-Enforceable Trust of
Imperfect Obligation Implied
Resulting Cons-
tructive
Fixed Protective
Discretionary Traditional
New Model
Under Trust Instrument
By the Operation of Law
Universitas Sumatera Utara
a. Express Trusts
Express trusts terjadi jika seorang settlor membuat pernyataan bahwa harta kekayaan tertentu diserahkan dalam trusts untuk kepentingan orang-orang atau
tujuan tertentu.
79
1 private trusts;
Express trusts selanjutnya dibedakan ke dalam :
2 public trusts;
3 trusts of imperfect obligation.
1 Private dan Public Trusts
80
Express trusts dapat melahirkan private trusts maupun public trusts. Express trusts melahirkan private trusts jika benda yang diletakkan dalam trusts
tersebut hanya dimanfaatkan oleh satu orang atau satu kelompok orang tertentu. Sementara itu, express trusts dinilai melahirkan public trusts jika benda yang
diletakkan dalam trusts tersebut dipergunakan untuk suatu tujuan sosial tertentu, yang dapat dinikmati oleh banyak orang, seperti misalnya suatu charitable trusts.
Private trusts selanjutnya dibedakan ke dalam fixed trusts, protective trusts, dan discretionary trusts.
a Discretionary dan Fixed Trusts
81
Discretionary trusts adalah suatu trusts di mana trustee diberikan kebebasan kebijakan untuk melakukan suatu tindakan untuk kepentingan dari salah satu
atau lebih beneficiary tertentu dalam suatu kelompok orang yang telah
79
Margaret Halliwell, Equity and Trusts London: Old Bailey Press, 2002, hlm. 3.
80
Ibid., hlm. 4.
81
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh settlor atau kepada seluruh beneficiary dalam kelompok tersebut, semata-mata atas pertimbangan dari trustee. Sementara itu, dalam
fixed trusts, kewajiban trustee sudah ditentukan dengan pasti. Trustee hanya melaksanakan segala sesuatu yang telah ditentukan dalam pernyataan trusts
dan wajib untuk melaksanakannya untuk kepentingan dari seluruh beneficiary, serta tidak diperkenankan untuk bertindak berdasarkan pada kebijakannya
sendiri. b
Protective Trusts
82
Protective trusts adalah trusts yang dengan sengaja secara khusus diciptakan oleh settlor agar beneficiary tidak menghabiskan atau menghilangkan atau
meniadakan dengan cara apapun juga hak-haknya dalam equity beneficiary rights kepada pihak lain, selama benda yang dinikmatinya tersebut masih
berada dalam trusts di bawah pemilikan trustee
83
2 Charitable Trusts
Charitable trusts adalah suatu public trusts yang dengan sengaja dibuat atau dibentuk untuk kegiatan bagi kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan
sebagai charitable suatu bentuk amal atau kedermawanan.
84
82
Ibid., hlm. 4-5
83
Ibid. hlm. 5
84
Ibid
Charity adalah pengertian hukum, sehingga apa yang dikandung atau dirasakan oleh donor
sebagai settlor tidaklah penting. Pengadilan menentukan apakah suatu tindakan yang dilakukan termasuk ke dalam tindakan charity atau bukan. Dalam Re.
Hummeltenberg [1923] 1 Ch 237 seorang pewasiat meninggal dunia mewasiatkan
Universitas Sumatera Utara
sebagian harta peninggalannya untuk mendirikan sekolah yang melatih orang- orang dalam bidang kerohanian untuk tujuan amal. Mengenai hal tersebut Russie
LJ mengemukakan :
85
Pada sisi lain, meskipun dalam pandangan pemberi wasiat suatu tindakan hanya ditujukan untuk kepentingan pemberi wasiat, namun jika dalam pandangan
pengadilan hal tersebut membawa kepentingan bagi masyarakat banyak, wasiat yang ditinggalkan tersebut dapat menjadi suatu charitable trusts.
“In my opinion the question whether a gift is or may be operative for the public benefit is the question to be answered by the court by
forming an opinion on the evidence before it.”
86
Untuk menilai apakah suatu tindakan pemberian adalah charitable trusts atau bukan, ada tiga hal pokok yang diperhatikan oleh pengadilan yaitu sebagai
berikut.
87
a Trusts must be of a charitable nature within the spirit and intendment of the
preamble to the Statute of Elizabeth as interpreted by the courts and extended by statute;
b It must promote a public benefit of a nature recognized by the courts as a
public benefit; c
The purpose of the trusts must be wholly and exclusively charitable
85
Ibid., hlm. 171.
86
Dalam Re King [1923] I Ch 243 dikatakan bahwa suatu wasiat untuk membangun jendela dengan kaca berpatri dengan warna warni stained-glass di gereja yang semula ditujukan bagi
kepentingan pewasiat dianggap sebagai charitable trusts karena hal tersebut ternyata telah memberikan manfaat bagi gereja, yang terwujud dalam bentuk peningkatan peribadatan di gereja
tersebut.
87
Halliwell, op cit., hlm. 172.
Universitas Sumatera Utara
3 Purpose Trusts Trusts of Imperfect Obligations
Purpose trusts adalah trusts yang dibuat untuk tujuan tertentu dan bagi kepentingan tujuan tersebut daripada untuk kepentingan seorang atau lebih
beneficiary. Purpose trusts ini sering kali disebut juga dengan nama “trusts of imperfect obligation”. Secara umum trusts yang demikian batal dan tidak
memiliki kekuatan hukum, karena dalam konsepsi private trusts, trusts dibuat dan diciptakan untuk kepentingan dari seorang atau lebih beneficiary tertentu dan
bukan untuk tujuan atau kepentingan tertentu.
88
Roxburgh J dengan tegas mengemukakan bahwa suatu trusts bukanlah trusts jika tidak ada objek yang
tertuju pada kepentingan orang perorangan tertentu.
89
Ada tiga kondisi yang harus diperhatikan dalam suatu purpose trusts, yang sering kali dipergunakan oleh pengadilan untuk menyatakan bahwa suatu purpose
trusts adalah purpose trusts yang memiliki akibat hukum dan atau memiliki kekuatan hukum. Ketiga kondisi tersebut adalah sebagai berikut.
90
a The trusts must be for a purpose which has been previously upheld by the
court b
The trusts must be limited in perpetuity
91
c There must be someone who will execute the purpose trusts
Dengan demikian pada dasarnya suatu purpose trusts merupakan pengecualian dari berlakunya ketentuan trusts secara umum. Purpose trusts hanya
dibatasi pada pelaksanaan suatu wasiat yang jika tidak dilaksanakan akan
88
Ibid., hlm. 5
89
Ibid., hlm. 155
90
Ibid., hlm. 157
91
Hal ini terkait dengan ketentuan umum bahwa ”Trusts must not be continue beyond the perpetuity period”, yang merupakan “unlawfull trusts.
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan terjadinya hibah atas sisa benda milik pewasiat. Pengadilan dapat secara tidak langsung melaksanakan trusts tersebut dengan meminta jaminan dari
trustee untuk melaksanakan wasiat tersebut sesuai dengan dan untuk kepentingan yang telah ditentukan tersebut, dan selanjutnya memberikan kepada para penerima
wasiat sisa lainnya untuk melaksanakan wasiat tersebut secara bebas jika hal tersebut tidak dilaksanakan.
92
b. Not-Express Trusts
Not-express trusts dapat dibedakan lagi ke dalam : 1
resulting trusts; 2
constructive trusts.
1 Resulting Trusts
Resulting trusts sering kali dinamakan juga implied trusts.
93
Suatu trusts dikatakan merupakan implied atau resulting trusts jika, misalnya seorang settlor
menyatakan kehendaknya untuk memberikan kepada seorang beneficiary uang sejumlah tertentu untuk keperluan selama hidup dari orang tersebut. Trusts yang
demikian tidak menjelaskan ke mana perginya sisa uang yang diletakkan dalam trusts tersebut, ketika beneficiary telah meninggal dunia. Dalam konteks yang
demikian kepada settlor atau masuk ke dalam harta kekayaan settlor pada saat meninggal dunia.
94
92
Pettit, op cit., hlm. 49.
93
Halliwell, op cit., hlm. 5.
94
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks yang lain, resulting trusts dapat terjadi misalnya dalam hal dua atau lebih orang membeli sesuatu benda secara bersama-sama, baik atas nama
seseorang dari mereka atau atas nama bersama. Dalam hal ini, equity mengatakan bahwa suatu resulting trusts telah terjadi untuk kepentingan atas benda yang
dibeli tersebut untuk kepentingan dari seluruh pihak yang telah berkontribusi untuk membeli benda tersebut.
95
2 Constructive Trusts
Suatu trusts adalah constructive trusts jika trusts tersebut dipaksakan pelaksanaannya oleh Pengadilan karena perilaku dari pihak tertentu dalam trusts
tersebut yang tidak adil yang berkehendak untuk mempertahankan seluruh atau sebagian kepentingan atau manfaat atas suatu benda tertentu hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Dalam trusts jenis ini, kehendak dari settlor tidak lagi menjadi perhatian penting, oleh karena constructive trusts ini berjalan demi
hukum dan diatur sepenuhnya menurut ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
Beberapa hal penting yang dapat menyebabkan terjadinya constructive trusts adalah misalnya :
96
a Seorang pihak ketiga di luar instrumen trusts, yang bukan bona fide
purchaser for value without notice, menguasai suatu benda yang diletakkan atau diserahkan dalam trusts diwajibkan untuk menjadi constructive trustee
bagi beneficiary benda yang berada dalam kekuasaannya tersebut ;
95
Ibid.
96
Pettit, op cit., hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
b Trustee memperoleh manfaat pribadi dari suatu trusts, yang selanjutnya
diwajibkan untuk tetap memeliharanya dalam trusts untuk kepentingan dari beneficiary ;
c Dalam suatu perjanjian yang bertujuan untuk melaksanakan jual beli tanah,
pemilik menjadi constructive trustee bagi pembeli hingga seluruh proses jual beli diselesaikan dan pembeli menjadi pemilik.
Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa jika ada pemisahan kepemilikan, sedangkan tidak ada express trusts, implied trusts atau
resulting trusts, pihak terhadap siapa suatu benda diserahkan penguasaan dan kepemilikannya menjadi trustee dalam suatu constructive trusts.
97
Constructive trusts lahir karena kehendak hukum semata-mata.
98
Dikatakan karena kehendak hukum, oleh karena constructive trusts diwajibkan oleh dan berdasarkan pada
putusan pengadilan tanpa perlu memerhatikan kehendak dari para pihak yang ada dalam hubungan hukum tersebut.
99
3. Terciptanya Express Trusts
Seperti telah dijelaskan di atas, pada dasarnya suatu trusts diciptakan dari pernyataan trusts yang diucapkan oleh settlor yang dinamakan dengan express
trusts. Pernyataan trusts sendiri, dalam konsepsi tradisi hukum Anglo Saxon dapat mengambil bentuk sebagai berikut.
100
97
Ibid.
98
Hudson, op cit., hlm. 342.
99
Ibid.
100
Creation of Trusts: Is there a Valid trusts? Hlm. 3, dikutip dari : http:www.Search.yahoo.comsearch?p=property+transferred+in+Breach+of+Trustsm=Ya
hoo21+Searchtoggle=1ei=UTF-8fr=FP-tab-web-t-296b=51 , 6 Januari 2006.
Universitas Sumatera Utara
a. Declaration of trusts, dengan pengertian bahwa dengan dinyatakannya
deklarasi tersebut, settlor yang semula merupakan pemilik sejati dominium atas suatu benda tertentu, demi hukum berubah statusnya menjadi trustee yang
hanya memiliki kewenangan sebagai pemilik dalam hukum, dan tidak lagi berhak untuk menikmati benda tersebut, yang selanjutnya berubah pula
statusnya menjadi benda yang berada dalam trusts. Dengan deklarasi tersebut, seorang atau lebih pihak yang ditunjuk dalam deklarasi tersebut demi hukum
menjadi beneficiary yang berhak atas kenikmatan benda tersebut. Jadi dalam hal ini tidak terjadi perpindahan hak milik dari settlor kepada trustee oleh
karena settlor sendiri adalah trustee. b.
Deed of trusts, dalam suatu akta yang bertujuan untuk menyerahkan suatu benda kepada trustee yang merupakan pihak ketiga di luar settlor, dengan
tidak menutup kemungkinan bahwa settlor sendiri menjadi salah satu trustee dalam hal diangkat lebih dari seorang trustee. Deed of trusts ini pada
umumnya dibuat selama hidup seseorang. Deed of trusts ini pada umumnya dibuat selama hidup seseorang. Deed of trusts ini sering kali disebut juga
dengan trusts instrument. c.
Trusts will, yang pembuatannya tunduk pada ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pemberian wasiat. Dalam konteks yang terakhir ini, settlor
tidak mungkin menjadi trustee, dan penyerahan benda ke dalam kepemilikan trustee-pun hanya terjadi setelah settlor meninggal dunia.
Sehubungan dengan Express trusts tersebut perlu juga untuk diperhatikan bahwa tidak semua pernyataan trusts express trusts yang dibuat oleh settlor
Universitas Sumatera Utara
menjadi atau melahirkan suatu trusts yang sah. Untuk membuat suatu pernyataan trusts sah, perlu dipenuhi 3 syarat berikut di bawah ini :
101
a. certainty of words or intention kepastian kata-kata dan kehendak;
b. certainty of subject-matter kepastian mengenai benda dan kepentingannya;
c. certainty of objects kepastian mengenai pihak penerima manfaat.
Berikut di bawah ini adalah diagram yang menggambarkan kewajiban pemenuhan tiga syarat agar suatu pernyataan ‘trusts express trusts yang
diucapkan oleh’ settlor menjadi sah.
102
Diagram 3 : Terciptanya Trusts
a. Kepastian Kata-kata dan Kehendak
Kepastian mengenai kata-kata dan kehendak menunjukkan bahwa settlor sudah mantap dengan keputusannya untuk menciptakan create trusts.
101
Halliwell, op cit., hlm. 14. Lihat juga Mohamed Ramjohn, Sourcebook on Law of Trusts London: Cavendish Publishing Limited, 1998, hlm. 60-61.
102
Michael Doherty, Revision Workbook Equity and Trusts London: Old Bailey Press, 2004, hlm. 11.
Trusts the Three Certainties
Words Intention
Subject Matter
Objects Beneficiary
Beneficial Interest
Property Fixed
Trusts Discre-
tionary Power
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, kata-kata trusts itu sendiri tidak perlu ternyata dengan tegas dalam rumusan kata-kata yang dibuat oleh settlor, selama rumusan kata-kata
itu sendiri dengan tegas mengisyaratkan bahwa settlor bermaksud untuk menciptakan trusts.
103
b. Kepastian Mengenai Benda dan Kepentingannya
Kepastian mengenai hal tertentu dalam penciptaan trusts terwujud dalam sebagai berikut.
1 Benda atau property yang diserahkan atau diletakkan dalam trusts haruslah
sesuatu yang telah ditentukan secara pasti. Dalam Sprange v. Barnard 1989 dua Bro CC pemberian sejumlah uang tertentu 300 Poundsterling oleh
pewasiat kepada suaminya untuk dipergunakan selama hidup suaminya dan selanjutnya menyerahkan sisanya untuk bagian yang sama besar kepada
saudara laki-laki dan saudara perempuan pewasiat tidaklah diperlakukan sebagai trusts, melainkan sebagai hibah murni. Hal ini diputuskan dengan
mengingat bahwa tidak ada suatu kepastian berapa jumlah sisa yang masih ada yang dapat diserahkan oleh suaminya setelah meninggal kepada saudara
laki-laki dan saudara perempuan pewasiat.
104
2 Beneficial interest harus telah pasti. Dalam Boyce v. Boyce 1849 16 Sim
476, trusts yang dibuat oleh pewasiat atas sejumlah rumah tertentu kepada isterinya sebagai trustee selama hidupnya dan selanjutnya menyerahkan salah
satunya kepada anak perempuannya A dengan hak untuk memilih terlebih dahulu dan anak perempuan lainnya B untuk sisanya; telah dianggap batal
103
Sydenham, loc. cit., hlm. 15. Lihat juga Halliwell, op cit., hlm. 17.
104
Doherty, op cit., hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
demi hukum dengan meninggalnya A. Adapun alasan yang dikemukakan adalah karena kepentingan beneficial interest dari B menjadi tidak pasti lagi
dengan meninggalnya A.
105
Dalam konteks yang terakhir ini kepastian kepentingan masing-masing beneficiary A dan B sangatlah penting agar
trustee dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik.
106
c. Kepastian Mengenai Penerima Manfaatnya
Kepastian dalam objek atau beneficiary pihak yang memperoleh kenikmatan dari benda yang diletakkan dalam trusts merupakan hal ketiga yang sangat
penting atau esensial dalam menciptakan suatu trusts yang sah menurut hukum.
1 Trusts dengan Penerima Manfaat yang sudah Pasti
Suatu fixed trusts adalah suatu trusts yang sudah ditentukan dengan pasti objek atau beneficiary yang akan menikmati benda yang diletakkan dalam
trusts. Suatu pernyataan bahwa pewasiat menyerahkan suatu jumlah uang tertentu kepada A, dua pertiga dari sisa harta kekayaannya setelah
dipotong pemberian kepada A kepada B dan sepertiganya kepada C adalah suatu bentuk fixed trusts. Dalam konteks tersebut, jelas bahwa A, B
maupun C menerima suatu jumlah uang yang telah tertentu dan dapat diperhitungkan besarnya.
107
Untuk menguji apakah suatu trusts yang telah dibuat adalah suatu fixed trusts yang sah, dipergunakanlah uji ”class ascertainability”. Dalam
uji ini, seluruh rangkaian objek yang diserahkan guna kemanfaatan atau
105
Doherty, Ibid., hlm. 12.
106
Halliwell, op cit., hlm. 20.
107
Halliwell, op cit., hlm. 22-23.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan dari seluruh beneficiary harus sudah pasti atau dapat dipastikan besar maupun jumlahnya. Suatu daftar yang lengkap dari
seluruh beneficiary serta kepentingan atau manfaat yang akan diterimanya sebagai beneficiary harus dapat dijabarkan dengan lengkap dan pasti.
108
2 Trusts dengan Kewenangan Menentukan Penerima Manfaat dari
Kumpulan Tertentu Dalam trusts powers ini, uji yang dipergunakan bukanlah ”class
ascertainability”, melainkan ”individual ascertainability”. Dalam uji jenis ini, yang harus ditentukan adalah apakah seorang individu tertentu
merupakan bagian dari kumpulan atau kelompok yang berhak untuk menikmati atau memperoleh manfaat atau kepentingan dari suatu trusts.
Untuk keperluan uji ini kelompok individu yang berhak atas trusts ini dapat demikian banyaknya selama sepanjang kelompok individu tersebut
telah ditentukan secara pasti.
109
3 Trusts dengan Kewenangan Menentukan Penerima Manfaat dan Besarnya
Manfaat yang Diterima Suatu discretionary trusts adalah trusts yang diciptakan dengan
memberikan kewenangan kepada trustee untuk menentukan siapa yang menerima manfaat dari suatu trusts, dan dalam hal tertentu, trustee juga
menentukan besarnya manfaat yang diterima beneficiary. Kepastian mengenai objek dalam trusts ini memungkinkan trustee untuk, pada
saatnya, memutuskan siapa-siapa saja dari sejumlah atau sekelompok
108
Doherty, op cit., hlm. 13.
109
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
orang tertentu, yang berhak untuk menerima manfaat atau menikmati trusts yang telah diciptakan tersebut.
110
C. Ciri-ciri dan Karakteristik Unik Trusts dalam Perkembangan Awal Tradisi Hukum Anglo Saxon