Urgensi Pembentukan Undang-Undang Trusts di Indonesia

diperoleh secara tidak sah. Selain itu, juga perlu diberikan aturan mengenai penggantian trustee ketika ia telah terbukti merugikan trusts corpus, termasuk prosedur dan tata caranya, penggunaan prinsip subrogasi riil perlu mendapat perhatian di sini. Untuk mencegah ketidakpastian dalam menentukn breach of trusts, kiranya perlu juga untuk diberikan aturan dan ketentuan yang tegas dan ketat, terkait dengan hal-hal apa saja yang dimasukkan sebagai breach of trusts, dengan risiko-risiko yang dapat diambil, termasuk ketentuan pidana di mana diperlukan. f. Jangka Waktu dan Pengakhiran Trusts dalam RUU Trusts Salah satu prinsip dalam trusts yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa trusts bersifat tidak langgeng non-perpetuity. Dengan demikian, dalam rancangan undang-undang tentang trusts ini pun harus dimuat ketentuan yang terkait dengan non-perpetuity tersebut, sebagaimana halnya misalnya dalam pemberian hak pakai hasil karena kematian, yang hanya berlaku paling lama selama hidupnya penerima hak pakai hasil tersebut. Selain itu, perlu juga diatur secara tegas, hal-hal yang dapat menjadi sebab atau alasn berakhirnya suatu trusts, dan kemungkinan untuk memperpanjang atau memperbaharuinya, ketika masa atau jangka waktunya telah berakhir dalam hukum.

G. Urgensi Pembentukan Undang-Undang Trusts di Indonesia

Dengan memerhatikan ketentuan yang diatur secara umum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai lege generali dan hal-hal yang harus Universitas Sumatera Utara diatur dalam Undang-Undang tentang Trusts, termasuk di dalamnya pedoman mengenai ciri-ciri dan karakteristik trusts yang netral dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya hal-hal yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut sudah cukup mengakomodasikan pengakuan keberadaan pranata serupa trusts. Meskipun secara prinsip dikatakan cukup, karena beberapa alasan di bawah ini, perlu dibentuk suatu undang-undang khusus yang mengatur mengenai pengakuan secara formal dan tegas akan keberadaan trusts dengan segala akibat hukumnya. a. Pranata-pranata hukum yang serupa dengan trusts yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan pranata yang masing-masing berdiri sendiri, dengan perbedaan yang sangat tegas antara pranata yang dilahirkan berdasarkan wasiat yang mulai berlaku dengan meninggalnya pewasiat dengan pranata yang dilahirkan semasa hidupnya orang tersebut. Dalam pranata-pranata yang disebutkan pertama kali kecuali untuk bewindvoering, benda yang diurus adalah harta kekayaan yang dalam hukum merupakan milik pribadinya. Dalam pranata-pranata serupa trusts yang lahir secara inter vivos, benda yang diurus adalah harta kekayaan yang merupakan benda milik bersama. Dalam konteks Undang-Undang Pasar Modal pun, serupa dengan bentuk-bentuk pranata-pranata serupa trusts yang lahir secara secara inter vivos, benda yang diurus adalah harta kekayaan yang merupakan benda milik bersama. Namun demikian, berbeda dengan pranata serupa trusts yang lahir secara inter vivos dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, trustee yang ada dalam Undang-Undang Pasar Modal merupakan pihak yang Universitas Sumatera Utara independen, yang bukan merupakan sekutu dalam persekutuan perdata, persekutuan firma atau persekutuan komanditer. b. Pranata-pranata hukum serupa trusts yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, secara konseptual dan sistematis telah memiliki bentuk pranata hukum sendiri yang sudah dibakukan dan secara teoretis tidak pernah dibicarakan sebagai suatu bentuk hukum yang secara konseptual memiliki unsur fidusia maupun pranata serupa trusts. Dalam pemberian hak pakai hasil setelah kematian misalnya, secara konseptual, hal tersebut merupakan lingkup hak-hak kebendaan yang diatur dalam Pasal 528 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sekaligus sebagai benda dalam hukum. Sementara itu, fideicommissum merupakan sesuatu yang dilarang oleh hukum. Kedua pranata hukum tersebut adalah pranata hukum yang tunduk pada ketentuan hukum waris, yang secara historis hanya berlaku bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan, sehingga tidak berlaku bagi golongan pribumi waktu itu, yang dewasa ini merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Persekutuan perdata, persekutuan dengan firma, persekutuan komanditer, dan perseroan terbatas dipelajari sebagai bentuk badan-badan usaha, baik yang tidak berbadan hukum maupun sudah berbadan hukum. Demikian pula kiranya perkumpulan-perkumplan dipelajari sebagai suatu badan hukum nirlaba. Sementara itu, ketentuan mengenai bewindvoering sangat jarang sekali diajarkan di Fakultas Hukum di Indonesia dewasa ini, bahkan boleh dikatakan hampir tidak pernah. Pengajaran mengenai fungsi bewindvoering hanya dapat ditemukan dalam pembelajaran hukum kepailitan, dengan Universitas Sumatera Utara bewindvoering sebagai pengurus khusus dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang, sebagaimana diatur dalam Faillisements-Verordening. 251 Sementara itu, dalam Undang-Undang Pasar Modal pranata trusts yang ada di dalamnya terkait dengan fungsi penitipan kolektif, baik sebagai pemilik terdaftar, baik dalam kerangka perdagangan efek tanpa warkat maupun bukan dalam kerangka perdagangan efek, maupun sebagai pengurus harta kekayaan yang dititipkan secara kolektif tersebut, 252 c. Pranata-pranata serupa trusts yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai lege generali seperti telah dijelaskan di atas, sulit sekali untuk dapat dipahami sebagai trusts karena mereka telah memperoleh bentuk- bentuk hukumnya yang konkret yang mempunyai konsepsi yang mengakar pada tradisi hukum Eropa Kontinental yang sudah sekian lama dikonsepsikan sebagai tradisi hukum yang sama sekali tidak mengenai trusts dan sekaligus equity. Pembelajaran trusts melalui Undang-Undang Pasar Modal, meskipun masih dimungkinkan, perlu untuk diperhatikan bahwa Undang-Undang Pasar Modal adalah lex specialist dan hanya berlaku untuk hal-hal yang tunduk pada ketentuan Undang-Undang Pasar Modal tersebut. Mengenai sekuritisasi aset, dengan EBA-nya, meskipun termasuk efek yang dapat diperdagangkan di bursa efek dan tunduk karenanya dalam hal tersebut pada ketentuan Undang-Undang Pasar Modal, perlu diingat dan diperhatikan bahwa produk sekuritisasi aset tidak selamanya ditawarkan kepada lima puluh atau lebih yang dalam mata kuliah pasar modal tidak pernah dipelajari dalam kaitannya dengan pranata trusts. 251 Peraturan Kepailitan Staatsblad Tahun 1905 Nomor 217 juncto Staatsblad Tahun 1906 Nomor 348. 252 Termasuk di dalamnya indenture trustee atau wali amanat. Universitas Sumatera Utara investor 253 d. Selain pranata-pranata hukum tersebut di atas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Pasar Modal, berbagai bentuk pranata trusts telah dijadikan badan hukum seperti Pension Fund Trusts, secara massal, sehingga pasti akan diperdagangkan di bursa efek. Dalam konteks yang terakhir ini ketentuan Undang-Undang Pasar Modal tidak berlaku terhadapnya. Selain proses sekuritisasi aset, masih banyak kegiatan dalam dunia usaha atau dunia bisnis yang berkembang dewasa ini yang mempergunakan trusts sebagai vehicle, khususnya terkait karakteristik trusts yang tidak dapat dipailitkan dan dalam banyak hal merupakan suatu bentuk usaha yang tidak dikenakan pajak ketika bentuk usaha trusts tersebut hendak membagikan keuntungan atau memberikan manfaat kepada para penerima manfaatnya beneficiary. 254 Charitable Fund Trusts, 255 dan Education Fund Trusts. 256 Hal tersebut secara tidak langsung meniadakan upaya-upaya untuk memperkenalkan atau mengintroduksi trusts sebagai pranata hukum yang ternyata juga telah ada di negara-negara dengan tradisi hukum Eropa Kontinental, khususnya di Indonesia. 253 Persyaratan kepada lima puluh investor adalah ketentuan minimum yang mensyaratkan agar suatu penawaran efek tunduk pada ketentuan Undang-Undang Pasar Modal. Jika penawaran dilakukan kepada kurang dari 50 investor, ketentuan Undang-Undang Pasar Modal tidak berlaku terhadapnya. 254 Defenisi yang diberikan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun secara tegas menyatakan bahwa Dana Pensiun adalah badan hukum. 255 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 256 Lihat RUU Badan Hukum Pendidikan. Universitas Sumatera Utara Beranjak dari hal-hal tersebut, suatu Undang-Undang Trusts yang mengatur mengenai konsepsi trusts secara umum, sebagai lege generali sangatlah diperlukan. Putusan Mahkamah Agung 257 257 Putusan tersebut menyangkut penerbitan surat utang melalui oleh perusahaan di luar negeri yang didirikan oleh dan sahamny dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan Indonesia, yang melibatkan eksistensi dari trustee sebagai wakil investor pemegang surat utang. yang dijatuhkan belum lama berselang di tahun 2006 telah menjadikan suatu transaksi finansial penerbitan surat utang yang melibatkan trustee, sebagai wakil investor, sebagai suatu transaksi yang tidak sah, yang merupakan penyelundupan hukum. Demikian juga halnya ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan, seperti telah dikemukakan dalam Bagian Pendahuluan, yang sama sekali tidak mengakui wali amanat sebagai trustee, yang mewakili investor pemegang surat utang, sebagai kreditor Pemegang Hak Tanggungan, menjadi dan merupakan salah satu kendala bagi penerbitan EBA bersifat utang, maupun surat-surat utang lainnya yang mempergunakan pranata wali amanat, sebagai wakil investor pemegang surat utang. Dengan adanya pengakuan pranata trusts secara umum, setiap transaksi yang melibatkan atau mempergunakan pranata wali amanat dapat menjadi sah dalam hukum, sehingga dapat dipaksakan keberlakuannya di Indonesia. Hal ini secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya bagi modal asing. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan