D. Transplantasi Trusts di Amerika Serikat
1. Perkembangan Trusts di Amerika Serikat
Secara historis, Amerika Serikat berbeda dengan negara-negara yang menganut tradisi hukum Anglo Saxon lainnya, yang tergabung dalam negara-
negara persemakmura British Commonwealth. Sebagai suatu negara serikat, Amerika Serikat tidaklah pernah dijajah oleh Inggris, meskipun sejarah
menunjukkan bahwa sebagian besar negara-negara bagiannya merupakan “bekas” jajahan Inggris. Sejarah juga menunjukkan bahwa beberapa negara bagian di
Amerika Serikat pernah juga dijajah oleh negara-negara dengan tradisi hukum Eropa Kontinental, yaitu Spanyol di Florida, Prancis di New Orleans, dan Swedia
di Delaware.
143
Dengan demikian, sesungguhnya tiap-tiap negara bagian di Amerika Serikat memiliki sistem hukumnya sendiri, yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Dari muatan-muatan hukum yang ada, disamping hukum Inggris, hukum Perancis yang diberlakukan selama masa kolonialisasi negara-
negara bagian tersebut masih meninggalkan bekasnya di Lousiana, dan hukum Spanyol di California dan beberapa negara bagian di sebelah barat Amerika
Serikat.
144
Konsepsi hukum yang berasal dari tradisi hukum Anglo Saxon, yang masuk dan ditansplantasikan selama masa pendudukan negara Inggris di negara-
negara bagian tertentu di Amerika Serikat tidaklah begitu saja diambil alih pada saat negara-negara bagian tersebut memilih untuk menjadi negara serikat. Hal ini
143
Lawrence M. Friedman, History of American Law 2
nd
ed, New York: Simon Schuster, 1985, hlm. 19.
144
Ibid., hlm. 20.
Universitas Sumatera Utara
juga ditunjukkan dalam pemilihan penggunaan hukum Inggris di negara-negara bagian di Amerika Serikat. Hukum yang dipergunakan, meskipun bersumber dari
hukum Inggris tidaklah sepenuhnya sama dengan hukum yang berkembang di Inggris itu sendiri. Pengaruh budaya hukum yang berkembang di tiap-tiap negara
bagian juga menyebabkan terjadinya atau lahirnya berbagai perbedaan antara tradisi hukum Anglo Saxon yang berkembang di negara-negara bagian Amerika
Serikat dengan tradisi hukum Anglo Saxon di Inggris.
145
Hal ini juga menyebabkan terjadinya perbedaan atau penyimpangan dalam penegakan hukum
dan keadilan di Amerika Serikat dan di Inggris. Sistem peradilan equity yang dikenal di Inggris tidaklah sepenuhnya dikenal oleh seluruh negara-negara bagian
di Amerika Serikat yang menganut tradisi hukum Anglo Saxon. Massachussets, misalnya, merupakan salah satu negara bagian dengan tradisi hukum Anglo Saxon
yang tidak mengenal sistem peradilan equity.
146
Demikian juga Pennsylvania tidak memiliki sistem peradilan equity. Sementara itu, di negara-negara bagian
lainnya seperti Carolina, Maryland dan New York dapat ditemukan peradilan yang secara khusus menangani perkara-perkara equity.
147
145
Ibid., hlm. 20. Baca juga hlm. 35.
146
Ibid., hlm. 27.
147
Ibid., hlm. 54. Lihat juga Brendan F Brown, “Equity in Law of the United States of Amerika” dalam Ralph A Newman, ed, Equity in the World’s Legal System: A Comparative
Study, Brussel: Etablissements Emile Bruylant, 1973, hlm. 212.
Judicature Act yang menyatukan sistem administrasi peradilan di Inggris menjadi di bawah satu atap
ternyata memperoleh penyelesaian yang berbeda-beda di tiap-tiap bagian lainnya yang secara keseluruhan berjumlah tiga puluh tiga negara bagian mengikuti sistem
serupa, empat negara bagian tetap mempertahankan sistem administrasi peradilan yang berbeda antara equity dan hukum, sedangkan tiga belas negara bagian
Universitas Sumatera Utara
lainnya menyatukan kedua sistem peradilan di bawah satu atap, tetapi dengan sistem administrasi dan kewenangan yang berbeda.
148
Berbeda dengan negara-negara bagian di Amerika Serikat yang mempunyai sistem hukum yang berbeda-beda dan perlakuan yang berbeda
terhadap equity, pada tingkat federal, hanya dikenal satu jenis peradilan yang menyelesaikan segala macam persoalan yang terkait, baik dengan common law
maupun equity.
149
Seiring dengan pertumbuhan equity yang berbeda dari “sumber asalnya”, perkembangan trusts di Amerika Serikatpun berbeda dengan yang terjadi di
Inggris Raya. Trusts bukan lagi suatu pranata yang lahir dari equity, yang semata- mata ada dan tercipta untuk memberikan perlindungan bagi hak-hak yang tidak
dapat diperoleh atau dipertahankan dalam common law. Pengertian trusts-pun mengalami perubahan. Dikatakan bahwa trusts adalah “a right of property, real
or personal, held by one party, the person appointed or required by law to administer a trust, for the benefit of another”.
150
“the document which sets out in writing the authority, duties and rights of the parties involved. The instrument may be known as an “Agreement”,
“Indenture”, “Declaration”, or “Deed”. In the case of a testamentary trusts, the trust instrument is the decedent’s will”.
Trusts instrument sendiri diartikan sebagai :
151
Dari definisi yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa trusts dapat dibentuk berdasarkan perjanjian. Di luar pembentukan trusts karena kehendak
148
Brown, Ibid dalam Newman, hlm. 212-213.
149
Ibid., hlm. 213.
150
Anonym 2, “Questions and Answer about Personal Trusts”, tidak dipublikasikan, hlm. 1.
151
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
settlor, di Amerika Serikat trusts dapat dibentuk berdasarkan pada perjanjian yang tunduk pada ketentuan common law. Selanjutnya, guna melindungi kepentingan
pihak-pihak tertentu yang dalam pandangan hukum common law berada pada posisi yang relatif lebih lemah, maka dibuatlah undang-undang yang mengatur
mengenai bentuk-bentuk constructive trusts, yang selanjutnya dikenal dengan nama statutory trusts. Bentuk-bentuk constructive trusts dalam bentuk undang-
undang tersebut statutory trusts dapat ditemukan misalnya dalam ketentuan- ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan bagi pemilik proyek konstruksi,
general contractors, subcontractors dan pemasok dalam industri konstruksi yang dapat ditemukan di Maryland, New York, New Jersey, Illinois, Minnessota,
Wisconsin dan Michigan.
152
Pengaturan yang demikian statutory trusts juga dapt ditemukan di Canada.
153
Peran trusts dalam kegiatan ekonomi di Amerika Serikat telah berkembang sedemikian rupa sehingga trusts sudah berperan sebagai :
154
a. kegiatan operasional dari suatu bisnis keluarga;
b. kegiatan operasional dari skema investasi kolektif investment collective
scheme; c.
”pemilikan” penguasaan harta kekayaan asset holding dari sekelompok individu tertentu, keluarga maupun kelompok-kelompok lainnya
152
James D. Fullarton, “Trust Fund Laws and Agreements”, hlm. 2. http:fulltertonlaw.comTrustfundchap.htm
153
Charles G.T. Wiche dan Duncan W. Glaholt, “Construction Trusts in Ontario”, hlm. 4, disajikan di hadapan Lumberman’s Credit Bureau tanggal 23 April 2003,
http:www.glaholt.com
154
Baca lebih lanjut Statistic Department IMF, “The Legal Structure, Economic Function, and Statistical Treatment of Trusts”, disampaikan dalam the 14th meeting of the IMF Committee on
Balance Payment Statistic, 24-26 Oktober 2001, Tokyo, Jepang, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
Secara praktis, trusts, khususnya pure trusts, dalam berbagai kegiatan ekonomi tersebut diatas mengambil bentuk yang serupa dengan suatu perusahaan,
hanya saja bentuk perusahaan yang demikian tidaklah tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti misalnya suatu perseroan
terbatas atau persekutuan perdata, melainkan tunduk pada aturan kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian.
155
2. Perkembangan dan Perubahan Ciri-ciri dan Karakteristik Trusts di Amerika
Serikat Seperti dijelaskan sebelumnya transplantasi hukum senantiasa membawa
perubahan dalam isi hukum yang ditransplantasikan tersebut. Demikian juga kiranya transplantasi trusts dari Inggris ke Amerika Serikat juga membawa
perubahan dalam paradigma dan konsepsi trusts. Perubahan-perubahan tersebut pada pokoknya terjadi karena perbedaan dalam struktur hukum yang ada dan
budaya hukum yang berkembang di Amerika Serikat, yang tidak mengakui keberadaan Ratu Inggris sebagai Kepala Negara. Hal-hal tersebut pada akhirnya
memberikan nuansa baru bagi trusts yang tercermin dari perbedaan dalam pemberian definisi atau pengertian terhadap trusts yang berkembang di Amerika
Serikat. Underhill, misalnya mendefinisikan trusts sebagai berikut :
156
155
Lihat Sweet, op cit., hlm. 2.
156
Parker Mellow, op cit., hlm. 5.
An equitable obligation binding a person who is called trustee to deal with property over which he has control which is called trust
property for the benefit of persons who are called beneficiaries or cestui que trusts of whom he may himself be one and anyone of
whom any enforce the obligation.........
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, Lewin memberikan pengertian trusts sebagai berikut.
157
a. Trusts melibatkan eksistensi tiga pihak, yaitu settlor, trustee dan beneficiary.
Eksistensi dari tiga pihak ini dapat terjadi karena kehendak sendiri, baik karena kematian trusts will, maupun selama hidupnya settlor intervivos
trusts, atau karena adanya perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga pure trusts.
The word trust refers to the duty or aggregate accumulation of obligations that rest upon a person described as a trustee. The
responsibilities are in relation to the property held by him, or under his control. That property he will be compelled by a court in its
equitable jurisdiction to administer in the manner lawfully prescribed by the trust instrument, or where there be no specific
provision written or oral, or to the extent that such provision is invalid or lacking, in accordance with equitable principles. As a
concequence the administration will be such a manner that the consequential benefits and advantages accrue, not to the trustee,
but to the person called cestui que trust or beneficiaries, if there be any; if not, for some purpose which the law will recognize and
enforce. A trustee may be a beneficiary, in which case advantages will accrue in his favour to the extent of his beneficial interest.
Dari beberapa rumusan dan penjelasan yang telah diberikan sebelumnya,
dapatlah diketahui bahwa trusts dalam tradisi hukum Anglo Saxon yang ditransplantasikan di Amerika Serikat dalam perkembangannya dewasa ini tidak
lagi sama atau serupa dengan trusts yang ada di negara asalnya, Inggris. Dalam proses transplantasi tersebut, trusts yang berkembang di Amerika Serikat
memperlihatkan ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut.
b. Dalam suatu trusts selalu terjadi penyerahan benda, termasuk hak, baik itu
hak kebendaan, maupun hak perseorangan yang diakui sebagai benda. Hak
157
Ibid., hlm. 6.
Universitas Sumatera Utara
kebendaan yang diserahkan ini dapat merupakan hak kebendaan yang paling luas yaitu hak milik maupun hak kebendaan yang merupakan turunan jura
in re-aliena dari hak milik, sebagai suatu benda yang independen. Demikian juga hak perseorangan yang dapat diserahkan adalah juga hak yang diakui
sebagai benda dalam hukum. Penyerahan benda, hak kebendaan atau hak perseorangan yang merupakan benda ini dilakukan oleh settlor kepada trustee.
c. Penyerahan benda, hak kebendaan, atau hak perseorangan yang merupakan
benda ini oleh settlor kepada trustee tersebut senantiasa dikaitkan dengan kewajiban pada trustee untuk mengurus benda tersebut, dan untuk
menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan benda atau hak kebendaan yang diserahkan oleh settlor tersebut
kepada beneficiary. Kewajiban tersebut tercermin dalam bentuk kewajiban yang disebutkan dengan tegas dalam pernyataan atau perjanjian yang
menciptakan trusts itu sendiri atau dalam ketentuan peraturan perundang- undangan, termasuk putusan hakim yang mengandung fiduciary duty di
dalamnya. d.
Benda atau hak kebendaan atau hak perseorangan yang diserahkan oleh settlor kepada trustee meskipun tercatat atas nama trustee, namun merupakan harta
kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan milik trustee yang lainnya. e.
Pada umumnya settlor, trustee dan beneficiary merupakan tiga pihak yang berbeda. Walau tidak selalu atau sering terjadi, settlor dimungkinkan untuk
dapat menjadi beneficiary; demikian juga trustee, dalam hal tertentu dapat juga menjadi beneficiary. Dalam hal settlor merupakan beneficiary; demikian
Universitas Sumatera Utara
juga trustee, dalam hal tertentu dapat juga menjadi beneficiary. Dalam hal settlor merupakan trustee yang terjadi adalah suatu grantor trusts, yang pada
umumnya bersifat revocable.
158
Ciri-ciri dan karakteristik trusts tersebut diatas, agak berbeda dengan lima ciri-ciri dan karakteristik trusts yang dikemukakan oleh Maurizio Lupoi, di mana
menurut Lupoi dengan dilaksanakannya penyerahan suatu benda oleh settlor, settlor telah kehilangan kewenangan dan haknya atas benda yang diserahkan
tersebut. Kelima ciri-ciri atau karakteristik menurut Lupoi tersebut adalah :
159
a. adanya penyerahan suatu benda kepada trustee, atau suatu pernyataan trusts;
b. adanya pemisahan kepemilikan benda tersebut dengan harta kekayaan milik
trustee yang lain; c.
pihak yang menyerahkan benda tersebut settlor, kehilangan kewenangannya atas benda tersebut;
d. adanya pihak yang memperoleh kenikmatan beneficiary atau suatu tujuan
penggunaan benda tersebut, yang dikaitkan dengan kewajiban trustee untuk melaksanakannya;
e. adanya unsur kepercayaan fiduciary component dalam penyelenggaraan
kewajiban trustee tersebut, khususnya yang berkaitan dengan benturan kepentingan.
158
”Grantor’s Trust”, diambil dari : http:search.yahoo.comsearch?p=property+transferred+in+Breach+of+Trustsm=yahoo2
1+Searchtoogle=1ei=UTF-8fr=FP-TAB-WEB-T-296=51 , hlm. 15.
159
Lupoi, op cit., hlm. 4. Bandingkan juga dengan Sri Sunarni Sunarto, “Penerapan Konsepsi Trust Dalam Rangka Pembangunan Hukum Nasional Indonesia”, Disertasi Doktoral yang
dipertahankan di Program Pascasarjan Universitas Padjajaran Bandung, 2003, hlm. 86-97 dan 115- 148, yang tidak memasukkan pentingnya eksistensi Settlor dalam penelitiannya.
Universitas Sumatera Utara
Uraian dan penjelasan di atas memperlihatkan dan menunjukkan bahwa trusts yang semula hanya dibuat untuk kepentingan :
1. orang perorangan tertentu dalam suatu private trusts;
2. tujuan tertentu dalam suatu trusts of imperfect obligation, termasuk charitable
trusts yang merupakan public trusts, kemudian ternyata juga dapat dipergunakan untuk kepentingan;
3. komersial, yang dinamakan dengan commercial trusts.
160
Di samping itu, trusts yang semula secara sederhana dapat diklasifikasikan ke dalam :
161
a. express trusts;
b. implied trusts;
c. resulting trusts;
d. constructive trusts.
Oleh Edwards Stockwell dalam Trusts and Equity selanjutnya diubah klasifikasinya menjadi :
162
a. express trusts;
b. resulting trusts;
c. constructive trusts;
d. statutory trusts.
Demikianlah dari seluruh uraia dan penjelasan yang diberikan di atas dapatlah dilihat bagaimana konsepsi trusts yang semula berada dalam sistem
160
Lihat James, McIntyre, “Trusts”, Fall 1995, hlm. 2.
161
Pettit, Ibid.
162
Edwards Stockwell, op cit., hlm. 13-15.
Universitas Sumatera Utara
equity, yang tidak mengenal dan mengakui perjanjian sebagai dasar lahirnya suatu trusts, telah berubah sedemikian rupa sehingga perjanjian menjadi salah satu
instrumen penting bagi kelahiran dan eksistensi trusts.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TRANSPLANTASI LEMBAGA TRUSTS KE DALAM
SISTEM HUKUM INDONESIA SISTEM EROPA KONTINENTAL
A. Eksistensi Equity dan Pranata Serupa Trusts dalam Tradisi Hukum Eropa Kontinental