orang tertentu, yang berhak untuk menerima manfaat atau menikmati trusts yang telah diciptakan tersebut.
110
C. Ciri-ciri dan Karakteristik Unik Trusts dalam Perkembangan Awal Tradisi Hukum Anglo Saxon
Lusiana Ho mengemukakan sekurangnya ada empat hal yang menjadi alasan atau menyebabkan mengapa trusts tidak dikenal dalam tradisi hukum
Eropa Kontinental. Keempat hal tersebut adalah :
111
1. adanya pemisahan pemilikan ke dalam pemilikan dalam hukum dan pemilikan
dalam ekuitas yang merupakan penerima manfaat, dengan ketentuan bahwa kepemilikan dalam hukum diserahkan kepada trustee;
2. adanya pemisahan kepemilikan dari harta kekayaan yang diletakkan dalam
trusts di tangan trustee dengan harta kekayaan milik trustee sendiri; 3.
adanya kewajiban fidusia yang dibebankan kepada trustee; 4.
adanya kewenangan bagi beneficiary untuk melakukan equitable tracing dan menegakkan haknya dalam bentuk proprietary remedies dalam equity
terhadap benda yang diserahkan dalam trusts yang berada di tangan pihak ketiga, kecuali terhadap pembeli yang beritikad baik bona fide purchasers for
value without notice. Keempat hal tersebutlah yang menjadikan trusts sebagai sesuatu yang unik
dalam tradisi Anglo Saxon. Sir Frederick W. Maitland menyatakan bahwa trusts
110
Halliwell, op cit., hlm. 23.
111
Lihat Lusiana Ho, loc cit., hlm. 288.
Universitas Sumatera Utara
adalah
112
1. Pemilikan Ganda dan Penyerahan Pemilikan dalam Hukum Kepada Trustee
”the greatest and most distinctive achievement performed by Englishmen in the field of jurisprudence”. Keempat hal tersebut jugalah yang
merupakan ciri-ciri dan karakteristik unik dari trusts dalam perkembangan awal tradisi hukum Anglo Saxon, khususnya yang berlaku di Inggris.
Salah satu ciri khas trusts adalah adanya pemilikan ganda dual ownership. Maksud pemilikan ganda tersebut adalah pemilikan yang berada di
tangan dua orang atau subjek hukum. Pemilikan pertama yang dinamakan dengan legal ownership atau pemilikan dalam hukum yang ada di tangan trustee.
Sementara itu, pemilikan kedua yang disebut dengan beneficial owner atau equity owner adalah pihak yang menerima manfaat dari atau menikmati benda yang
diserahkan kepada trustee sebagai pemilik hukum. Ini berarti setiap tindakan atau perbuatan hukum yang bertujuan atau terkait dengan kepemilikan atas benda
tersebut dalam hukum common law hanya dapat dilakukan oleh trustee. Beneficiary, di mata hukum common law bukanlah pemilik yang berhak atas
benda yang berada dalam trusts tersebut. Penjelasan tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam suatu trusts, trustee
memiliki kewenangan yang terbatas, khususnya dalam hal tidak boleh menikmati benda yang berada dalam trusts, serta ketiadaan wewenang untuk melakukan
tindakan-tindakan yang semata-mata ia kehendaki atas trusts corpus yang dapat merugikan kepentingan beneficiary. Trustee tidak memiliki dominium plenum atas
112
FW Maitland, Equity: A Course of Lectures, 2nd ed Cambridge: Cambridge University Press, 1936, hlm. 23 dikutip dari Lusiana Ho, “The Reception of” Trust in Asia: Emerging Asian
Principles of Trust?” “Singapore Journal of” Legal Studies [2004], hlm. 288.
Universitas Sumatera Utara
benda yang berada dalam pemilikannya. Tindakan trustee untuk merusak atau menghancurkan benda dalam trusts adalah suatu tindakan yang merupakan
pelanggaran terhadap hak dalam equity dari seorang beneficiary. Hal ini menunjukkan bahwa seorang trustee tidaklah memiliki kewenangan sepenuhnya
untuk bertindak bebas atas benda yang berada dalam trusts. Kewenangan trustee yang terbatas ini mencerminkan adanya perbedaan antara kepemilikan dalam
trusts oleh trustee dan makna pemilikan yang sebenarnya.
113
2. Pemisahan Kepemilikan Trusts Corpus dengan Harta Kekayaan Milik Trustee
Pribadi Pemisahan kepemilikan trusts corpus atau harta kekayaan yang diserahkan
dalam trusts dengan harta kekayaan trustee sendiri merupakan konsekuensi logis bahwa trustee hanyalah merupakan pengurus atau pengelola harta kekayaan yang
diserahkan dalam trusts kepadanya. Sebagai pengurus dan pengelola harta kekayaan yang berada dalam trusts, trusts corpus tersebut bukanlah milik yang
sesungguhnya dari trustee meskipun benda tersebut berada dalam atau diserahkan kepemilikannya dalam hukum kepada trustee. Hukum hanya melihat trustee
sebagai satu-satunya pemilik dalam hukum sehingga setiap gugatan yang terkait dengan kewajiban trusts corpus-pun ditujukan semata-mata kepada trustee,
dengan kewajiban trustee untuk memenuhinya dari trusts corpus. Equity memberikan hak kepada trustee untuk memperoleh penggantian dari trusts corpus
atas segala sesuatu yang telah dikeluarkan dari harta kekayaan trustee pribadi.
113
Maurizio Lupoi, “The Civil Law Trusts”, Vanderbilt Journal of Transnational Law [Vol. 32 : 1999], hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan dan Kewajiban Fidusia dari Trustee Kepada Beneficiary
Dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan beneficiary, trustee diberikan kewenangan dan sekaligus juga kewajiban. Kewenangan yang dimaksud
adalah serangkaian kemampuan dan kecakapan yang dilahirkan dari instrumen yang menciptakan trusts tersebut, maupun yang diberikan oleh undang-undang
kepada trustee sebagai ”pemilik” benda yang diletakkan dalam trusts, untuk melakukan tindakan atau perbuatan hukum yang terkait dengan benda yang
berada dalam trusts tersebut. Tindakan atau perbuatan hukum tersebut antara lain meliputi kegiatan untuk melakukan investasi atas dana tunai yang dipercayakan
kepadanya. Trustee wajib melaksanakan kepercayaan yang diberikan untuk menentukan sendiri beneficiary yang berhak atas dana yang diserahkan dalam
discretionary trusts dan lain sebagainya.
114
Hubungan trustee-beneficiary adalah suatu bentuk hubungan kepercayan yang dinamakan ”fiduciary relation”. Pengertian ”fiduciary” itu sendiri tidaklah
dapat dengan mudah untuk dijabarkan atau didefinisikan. Secara sederhana hubungan kepercayaan fiduciary dapat dilihat dari hubungan antara direksi
perusahaan dengan perusahaan itu sendiri,
115
agen dengan perusahaan prinsipalnya,
116
rekanan bisnis dalam hubungan dengan rekanan lainnya.
117
114
Lihat Hudson, op cit., hlm. 34.
115
Lihat Regal Hasting Ltd v. Gulliver [1942] 1 All ER 378.
116
Lihat Boardman v Philips [1967] 1 AC 46.
117
Lihat Clegg v. Edmondson 1857 8 De GIGI DAN MULUT G 787.
Hubungan fiduciary melukiskan hubungan hukum di mana salah satu pihak dalam hubungan tersebut memiliki kewajiban yang dinamakan duty of loyalty kepada
Universitas Sumatera Utara
pihak lainnya dalam hubungan hukum tersebut. Dalam kaitannya dengan trusts, seorang trustee memiliki kewajiban kepada beneficiary berdasarkan pada
hubungan hukum trusts yang terkait dengan benda yang diletakkan dalam trusts, dan perilaku atau tindakan hukum yang terkait dengan cara pengelolaan benda
yang berada dalam trusts tersebut.
118
Kewajiban yang terkait dengan pengelolaan benda yang berada dalam trusts ini digunakan atau dipakai sebagai pedoman
untuk menghindari benturan kepentingan antara kepentingan trustee dengan kepentingan beneficiary sehubungan dengan eksistensi dan pemanfaatan dari
benda yang berada dalam kepemilikan trustee tersebut. Hubungan fiduciary antara trustee dan beneficiary ini lahir bersamaan dengan diciptakannya trusts oleh
settlor.
119
Hudson mengatakan bahwa kewajiban fiduciary merupakan kewajiban yang berada di luar atau tambahan kewajiban yang telah disebutkan dalam bentuk-
bentuk perjanjian yang melahirkan suatu hubungan fiduciary seperti tersebut di atas, maupun dalam instrumen pernyataan trusts oleh settlor. Kewajiban fiduciary
direksi dengan perseroan tidak hanya sebatas yang disebutkan dalam Anggaran Dasar atau peraturan perusahaan. Kewajiban fiduciary agen kepada prinsipalnya
tidak hanya sebatas yang disebutkan dalam perjanjian keagenan. Demikian juga halnya dengan trusts. Dalam suatu trusts berbentuk dana pensiun atau reksa dana,
kewajiban trustee tidak hanya terikat pada hubungan hukum sebatas Dari penjelasan yang diberikan di atas dapat diketahui bahwa fiduciary
relation memiliki karakteristik yang sangat luas.
118
Lihat Hudson, op cit., hlm. 34.
119
Ibid., hlm. 34
Universitas Sumatera Utara
pengangkatannya sebagai trustee tetapi lebih jauh lagi trustee diwajibkan untuk melaksanakan kewajibannya yang dibebankan kepadanya secara profesional,
seiring atau sejalan dengan keahliannya dalam bidang di mana ia telah diangkat dan ditunjuk untuk mewakili kepentingan dari seluruh beneficiary.
120
Sebagaimana halnya fiduciary duty yang berlaku bagi Direksi terhadap perseroan terbatas, fiduciary duty trustee terhadap harta kekayaan yang berada
dalam trusts trusts corpus juga dibedakan ke dalam duty of loyalty and good faith dan duty of care;
121
karena secara alamiah trusts berbeda dengan suatu perseroan terbatas, fiduciary duty trustee terhadap trusts corpus juga berbeda
dengan fiduciary duty direksi dalam suatu perseroan terbatas.
122
a. Duty of Loyalty dalam Trusts
Duty of loyalty adalah salah satu doktrin yang berkembang dalam equity. Dengan duty of loyalty, trustee diharapkan untuk tidak melakukan tindakan atau
perbuatan hukum yang dapat menguntungkan diri trustee itu sendiri, baik dengan merugikan atau tidak merugikan harta kekayaan yang berada dalam trusts.
123
120
Hudson, op cit., hlm. 400.
Hal yang sama dikatakan oleh Moffat bahwa “A person in a fiduciary position is
under a duty of loyalty to some other person or body; this is translated into the legal principle that a fiduciary should not allow his personal interest to conflict
121
Lihat Melanie B. Leslie, “Trust ing Trustees: Fiduciary Duties and the Limits of Default Rules”, Benjamin N Cardozo Scholl of Law, Jacob Burns Institute for Advanced Legal Studies,
Working Paper No. 111, 2005, hlm. 2, http:ssrn.comabstract=711849
.
122
Hukum perseroan terbatas berkembang dalam common law yang merupakan bagian dari perjanjian yang dipertahankan dalam court of common law, berbeda dari trusts yang berkembang
dari equity dan hanya dapat dipertahankan dalam court of equity. Perbedaan secara alamiah ini membawa pada akibat dapat dikecualikan tidaknya fiduciary duty ini dalam tindakan pengurusan
oleh direksi maupun trustee.
123
Leslie, op cit., hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
with that duty”.
124
1 Trustee Tidak Boleh Memperoleh Keuntungan Secara Tidak Wajar Dalam
Kapasitasnya Sebagai Trustee Dengan demikian, dalam duty of loyalty and good faith
terkandung prinsip duty not to profit from the position as trustee.
Kewajiban trustee untuk tidak mencari atau memperoleh keuntungan dalam kedudukan sebagai trustee dari suatu benda atau sejumlah dana tertentu
merupakan salah satu kewajiban fiduciary dari trustee. Dalam Bray v Ford, Lord Herschell mengatakan bahwa
125
2 Pelaksanaan Kewajiban Tanpa Kompensasi Berlebihan
“It is an inflexible rule of a court of equity that a person in a fiduciary position……is not, unless otherwise expressly provided,
entitled to make profit; he is not allowed to put himself in a position where his interest and duty conflict”.
Sejak tahun 1734, telah berlaku suatu adagium bahwa seorang trustee tidak diperkenankan untuk mengambil keuntungan secara tidak wajar atas setiap
tindakan yang dilakukannya untuk kepentingan beneficiary yang bendanya berada dalam pemilikan atau pengurusan trustee tersebut. Dalam konteks ini dikatakan
bahwa seorang pengacara yang menjadi trustee tidak diperkenankan untuk membuat perjanjian dengan firma hukum di mana ia merupakan rekan, atas
kepentingan yang terkait dengan benda yang diurus olehnya tersebut. Hal ini tidaklah berarti trustee tersebut tidak diperkenankan untuk mengangkat atau
124
Dikutip dari “Aquity dan Trusts; Trustee Duties and Powers, Breach of Trust, Tracing”. February 2002.
125
Pettit, op cit., hlm. 374.
Universitas Sumatera Utara
mempekerjakan pengacara lain turut serta melakukan pengurusan atas benda yang berada dalam pemilikan trustee tersebut.
126
Dalam hubungannya dengan hak untuk menerima remunerasi, tidak ada larangan trustee untuk memperoleh penghasilan dari jasa yang diberikan olehnya
sehubungan dengan benda yang diserahkan dalam trusts kepadanya tersebut. Hanya saja agar penghasilan tersebut merupakan penghasilan yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan, besarnya penghasilan yang harus dan dapat diterima oleh seorang trustee selama ia mengemban tugasnya sebagai trustee tersebut harus
ternyata secara tegas dalam instrumen yang menciptakan trusts tersebut atau dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai suatu hubungan
hukum trusts. Sebagaimana dinyatakan oleh Lord Norman,
127
1 instrumen yang melahirkan trusts.
“the rule is not that reward for services is repugnant to the fiduciary duty, but that he who has the
duty shall not take any secret remuneration or any financial benefit not authorized by the law, or by his contact, or by the trusts deed under which he acts, as the
case may be”. Dengan nerasi hanya jika remunerasi tersebut dinyatakan dengan tegas dalam :
128
2 perjanjian dengan cestui que trusts.
129
3 perintah pengadilan.
130
4 aturan dalam Cradock v Piper, yang di dalamnya dinyatakan bahwa suatu
kantor pengacara di mana salah satu pengacaranya merupakan trustee berhak
126
Ibid, hlm. 374-375.
127
Dikuti dari Ibid., hlm. 375.
128
Ibid.
129
Ibid., hlm. 376.
130
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
atas biaya dan keuntungan sewajarnya atas pemberian jasa kepada pengacara yang menjadi trustee dan co-trustee yang bukan rekan dalam kantor
pengacara tersebut. Dalam konteks ini, pengadilan mempertimbangkan bahwa biaya jasa hukum tersebut tidaklah lebih besar dari biaya jasa hukum yang
sedianya diberikan oleh kantor pengacara tersebut kepada co-trustee yang bukan rekan dalam kantor pengacara tersebut.
131
5 aturan hukum yang berlaku, seperti misalnya yang diberikan berdasarkan
Trustee Act 1925, yang menyatakan bahwa : where the court appoints a corporation, other than public trustee, to be a
trustee either solely or jointly with another person, the court may authorize the corporation to charge such remuneration for its services as trustee as the
court may think fit. 6
kebiasaan yang berlaku. Dalam konteks ini, pengadilan tidak dengan begitu saja menerima alasan adanya kebiasaan yang berlaku, yang memungkinkan
seorang pemegang kewajiban fiduciary untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dari kewajibannya sebagai pemegang kewajiban fiduciary
tersebut hal-hal berikut.
132
Selain hal tersebut diatas, seorang trustee juga dilarang untuk memperoleh keuntungan secara tidak benar atau tidak wajar, yang lahir sebagai akibat dari
pemilikan atau pengurusannya terhadap trusts corpus. Dalam konteks tersebut perlu diperhatikan hal-hal berikut.
133
131
Lihat Ibid, hlm. 377.
132
Ibid, hlm. 378.
133
Doherti, op cit., hlm. 183-184.
Universitas Sumatera Utara
1. Jika seorang trustee menjadi anggota direksi suatu perusahaan di mana
sebagian besar saham dalam perusahaan tersebut berada dalam pemilikan trusts oleh trustee, trustee tersebut bertanggung jawab sebagai constructive
trustee atas setiap gaji yang diterimanya dari perusahaan tersebut. Aturan tersebut tidak berlaku dalam hal trustee telah menjadi anggota direksi
sebelum ia ditunjuk sebagai trustee Re. Macadam [1946] Ch 73 atau ia menjadi anggota Direksi karen ia mempergunakan hak bersuaranya melalui
saham yang berada dalam pemilikannya sebagai trustee Re. Dover Coalfield Extension Ltd. [1908] Ch 65. Ini merupakan konsekuensi logis bahwa
seorang trustee dalam kondisi yang demikian pasti telah menerima sejumlah uang jasa dalam pelaksanaan tugasnya sebagai trustee.
2. Trustee bertanggung jawab sebagai constructive trustee atas penghasilan
yang diterima olehnya dari usaha yang secara langsung bersaingan dengan kegiatan usaha atas sejumlah dana yang berada dalam pemilikannya sebagai
trustee. 3.
Trustee tidak diperkenankan untuk mempergunakan informasi rahasia dan kesempatan yang diperolehnya dalam kaitannya dengan kedudukannya
sebagai trustee. 4.
Trustee bertanggung jawab sebagai constructive trustee atas setiap komisi yang diterima oleh kantornya sehubungan dengan atau dalam hal yang terkait
dengan harta atau kepentingan yang berada di bawah kepemilikan trusts olehnya. Trustee juga bertanggung jawab sebagai constructive trustee atas
setiap keuntungan yang diterima olehnya dari harta yang berada dalam trusts
Universitas Sumatera Utara
atas setiap transaksi yang terkait dengan harta dalam trusts tersebut, yang terjadi karena tidak adanya keterbukaan informasi oleh trustee.
3 Larangan Bagi Trustee Untuk Membeli Trusts Corpus dan Hak Dalam Equity
Trusts Corpus Kewajiban fiduciary kedua bagi seorang trustee terrefleksi dalam larangan bagi
trustee untuk membeli atau secara umum menjadi pemilik dalam hukum dan pemilik equitable dari benda yang semula diserahkan kepada trustee dalam trusts
tersebut. Larangan ini pada pokoknya dapat disimpulkan dari ketentuan yang melarang terjadinya transaksi sendiri atau yang dikenal dengan nama “self-dealing
rule”. Beneficiary berhak untuk melarang dan membatalkan pembelian atau tindakan apapun yang juga menyebabkan beralihnya hak milik secara absolut ke
tangan trustee, meskipun pembelian dan atau perbuatan hukum tersebut adalah perbuatan hukum yang dalam transaksi sewajarnya, yaitu pembelian atau
perbuatan hukum yang dinilai wajar, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan atau bahkan bermanfaat bagi harta yang berada di dalam trusts itu sendiri. Bahkan
secara umum dikatakan bahwa
134
b. Duty of Care
“the purchase is not permitted in any case, however honest the circumstances”.
Jika duty of loyalty and good faith terkait dengan kewajiban dari trustee untuk tidak mencari keuntungan pribadi dalam kedudukannya sebagai trustee atas
134
Pettit, op cit., hlm. 379.
Universitas Sumatera Utara
suatu trusts corpus yang berada di bawah kepemilikannya, baik dengan atau tidak merugikan kepentingan dari beneficiary, maka dalam duty of care terkait tugas
dari seorang trustee untuk menjaga agar harta kekayaan yang berada dalam trusts tersebut tidak berkurang dan jika memungkinkan terus bertambah.
Larangan untuk Mendelegasikan Kewajibannya Kewajiban fiduciary kedua adalah kewajiban dari seorang trustee untuk
menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya tanpa hak atau kewenangan untuk mengalihkan atau mendelegasikan segala sesuatu yang telah dibebankan
kepadanya kepada orang lain atau pihak lain. Dalam konteks ini tidaklah berarti seorang trustee sama sekali dilarang atau tidak diperkenankan untuk menyerahkan
atau mendelegasikan sebagian tugas dan kewajibannya kepada pihak lain. Seorang trustee diperkenankan untuk menyerahkan atau mendelegasikan sebagian tugas
atau kewajiban yang dibebankan kepadanya tersebut selama dan sepanjang hal tersebut dimungkinkan dalam instrumen yang melahirkan trusts tersebut atau
berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan atau karena adanya perintah pengadilan.
135
4. Pelacakan dalam Equity dan Hak Kebendaan Tersembunyi Remedies
Equity memberikan hak kepada beneficiary untuk melakukan tracing pelacakan terhadap benda yang diletakkan dalam trusts ketika beneficiary tidak
135
Lihat Pettit, op cit., hlm. 382.
Universitas Sumatera Utara
lagi dapat menikmati benda tersebut, karena trustee tidak lagi memenuhi kewajibannya. Equitable tracing atau pelacakan dalam equity ini adalah hak yang
diberikan oleh equity yang pelaksanaannya dibatasi oleh prinsip ketiga equity, yaitu where there is equal equity, the law shall prevail. Prinsip ketiga equity
tersebut menjelaskan bahwa dalam hal dua orang yang secara bersama-sama memiliki hak dalam equity equitable right yang sama menuntut kepemilikan atas
suatu benda, dan salah satu dari orang tersebut memiliki titel hak dalam hukum legal rights, dalam equity-pun orang ini, yang memiliki titel hak dalam hukum
akan menjadi pemilik dari benda tersebut, meskipun hak dalam equity dari orang yang lainnya sudah diperolehnya lebih dahulu sebelum orang yang memiliki titel
hak dalam hukum ini memperoleh hak dalam equity-nya.
136
Tracing dalam equity dengan tracing dalam common law sebagaimana dinyatakan oleh Lord Millet dalam Foskett v. McKeown.
137
Namun demikian, remedy dalam equity cenderung berbeda dengan remedy dalam common law.
138
Dikatakan bahwa :
139
Dalam common law, remedy pada umumnya terwujud dalam bentuk ganti rugi, dan pemilik menerima penggantian dalam bentuk uang, walaupun dalam hal-
hal tertentu bisa berbeda. The tracing claim in equity gives rise to a proprietary remedy which
depends on the continued existence of the trust property in the hands of the defendant. Unless he is a bona fide purchaser in value without notice, he
must restore the trust property to its rightful owner if he still has it.
140
136
Robert A Pearce dan John Stevens, op cit., hlm. 18.
137
Edwards dan Stockwell, op cit., hlm. 431.
138
Ibid.
139
Ibid.
140
Ibid. hlm. 429.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan tracing dalam equity, ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar tracing yang dilakukan tersebut dapat efektif. Ketiga hal
tersebut adalah :
141
a. Trusts-property must be identifiable. Pada konteks ini, equity mensyaratkan
bahwa benda yang berada dalam trusts yang telah beralih kepada pihak lain haruslah masih dapat diidentifikasikan atau dibedakan dari benda-benda
lainnya yang ada. b.
Adanya hubungan fidusia. Dalam equity, seseorang yang kehilangan suatu benda secara tidak sah yang berada dalam trusts tidaklah selalu melahirkan
kewenangan dalam equity untuk memperoleh penggantian. Untuk memperoleh penggantian dalam equity, suatu hubungan fidusia harus ada
antara pihak-pihak yang saling bersengketa. c.
Tracing tidak boleh menyebabkan “inequitable consequences”. Tracing tidak akan diperkenankan jika pelaksanaan tracing tersebut melahirkan akibat yang
tidak menyenangkan atau merugikan kepentingan pihak ketiga. Jika uang yang semula berada dalam trusts dipergunakan untuk memperbaiki suatu
benda tertentu, meskipun uang tersebut masih dapat diidentifikasikan. Namun, jika pada kenyataannya, tracing akan menyebabkan terjadinya penjualan
benda yang dimodifikasi dengan mempergunakan uang yang semula berada dalam trusts, equity tidak akan mengizinkan dilakukan tracing dan selanjutnya
tidak memperbolehkan penggantian dari equity.
142
141
Parker dan Mellows, op cit., hlm. 473-474.
142
Parker dan Mellows, op cit., hlm. 474.
Universitas Sumatera Utara
D. Transplantasi Trusts di Amerika Serikat