Pengelolaan Vegetasi dan Hasil Air

naiknya tingkat kesejahteraan secara berkelanjutan World Bank 1992 dalam oleh Rogers et al. 2007. Rogers, Jalal dan Boyd 2007 menyatakan bahwa terdapat tiga pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekologi, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dimensi ekologi artinya optimalisasi manfaat ekologis tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan sosial. Dimensi sosial maksudnya tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan ekologis. Sedangkan dimensi ekonomi artinya tidak mengabaikan dimensi ekologi dan sosial. Dengan demikian ketiga pilar tersebut harus digerakkan secara simultan dalam perencanaan dan implimentasi pembangunan. Selanjutnya Smith dan Jalal 2000 dalam Rogers et al. 2007 menjelaskan kaitan antara pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan kemiskinan seperti pada Gambar 5. Permasalahan lingkungan disumbang oleh dua kutub, yaitu 1 kemiskinan yang berimplikasi pada kerusakan sumberdaya alam, dan 2 pembangunan yang berimplikasi pada degradasi lingkungan serta deplesi sumberdaya alam. Strategi atas permasalahan tersebut ialah dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan. Pada kutub kemiskinan melalui pengurangan kemiskinan dengan beberapa programnya. Sedangkan pada kutub pembangunan dilakukan integrasi antara pembangunan dengan lingkungan hidup Gambar 6. Penjelasan tersebut sejalan dengan pengertian pembangunan berkelanjutan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan bagi umat manusia tidak rusak. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak absolute, tetapi merupakan batas yang luwes flexible yang tergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta kemampuan biosfir menerima dampak kegiatan manusia. Beberapa peneliti menguraikan keberlanjutan lebih rinci lagi dalam lima dimensi yaitu dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi kelembagaan dan dimensi teknologi Fauzi dan Anna, 2005. Dimensi ekologi ialah terkait menjaga daya dukung, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistem menjadi perhatian utama. Dimensi sosial ekonomi ialah terkait keberlanjutan kesejahteraan masyarakat dalam rangka keberlanjutan. Dimensi kelembagaan ialah terkait kelembagaan yang mendorong keberlanjutan. Dimensi sosial ialah terkait keberlanjutan sosial masyarakat. SDA rusak Pembangunan Berkelanjutan Reduksi kemiskinan 1. Pemenuhan kebutuhan dasar 2. Kontrol demografi 3. Kontrol penggunaan common property 4. Meningkatkan produktivitas ReduksIntegrasi Pembangunan lingkungan 1. Amdal 2. Teknologi ramah lingkungan 3. Kontrol mitigasi 4. Energi terbarukan Permasalahan Lingkungan: Pencemaran, Degradasi Lahan, Perubahan Iklim SDA rusak Kemiskinan Pembangunan Gambar 6. Keterkaitan pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan kemiskinan 2.9. Sistem dan Pendekatan Sistem 2.9.1. Pengertian dan Tipe Sistem Sistem adalah suatu gugus dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu, Manetsch dan Park, 1979 dalam Eriyatno, 1997. Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa dalam sistem terdapat bagian-bagian yang saling berinteraksi dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh karena itu Marimin 2004 mengatakan bahwa sistem merupakan gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka mencapai tujuan atau subtujuan. Menurut Hartrisari 2007 suatu sistem dapat terdiri atas beberapa subsistem. Masing-masing susbsistem tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Namun secara keseluruhan dalam konsep sistem memiliki fungsi yang sama. Artinya masing-masing fungsi dari subsistem tersebut saling mendukung untuk berjalannya fungsi sistem secara keseluruhan. Hartrisari 2007 menjelaskan bahwa sistem dapat digolongkan dalam dua tipe yaitu, 1 sistem terbuka atau open sistem dan 2 sistem tertutup atau closed sistem. Sistem terbuka ialah sistem yang outputnya merupakan tanggapan dari input, namun tidak memberi umpan balik terhadap input. Sebaliknya sistem tertutup, outputnya memberikan umpan balik terhadap input.

2.9.2. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis Marimin, 2004. Sedangkan Eriyatno 1998 menjelaskan bahwa pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang terkenal sebagai pendekatan sistem sistim approach. Dengan demikian pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang komprehensif dan berorientasi tujuan. Selanjutnya disampaikan bahwa pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Hartrisari 2007 menjelaskan pendekatan sistem merupakan pendekatan yang tidak secara langsung mereduksi faktor yang berpengaruh tetapi lebih bersifat menyeluruh. Pendekatan yang bersifat holistik lebih memfokuskan keterkaitan antara faktor. Pendekatan sistem menggunakan model untuk mempelajari perilaku sistem yang dikaji, yang digunakan sebagai dasar perbaikan sistem. Sementara model adalah penyederhanaan sistem. Artinya karena sistem merupakan sangat komplek, maka model dibuat untuk memudahkan memahami gambaran sistem. Tujuan penyusunan model yaitu; 1 memahami proses yang terjadi dalam suatu sistem; 2 membuat prediksi dan 3 menunjang pengambilan keputusan, Hartrisari, 2007. Eryatno 1999 menjelaskan bahwa untuk dapat bekerja secara sempurnah suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi 1 metodelogi untuk perencanaan dan pengelolaan, 2 tim yang multidisipliner, 3 pengorganisasian, 4 disiplin untuk bidang yang kuantitatif, 5 teknik model matematik, 6 teknik simulasi, 7 teknik optimasi dan 8 aplikasi komputer. Keunggulan pendekatan sistem antara lain: 1 pendekatan sistem diperlukan karena makin lama makin dirasakan interdependensinya dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem, 2 sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang hendak dicapai, dan tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri, 3 dalam banyak hal pendekatan manajemen tradisional seringkali mengarahkan pandangan pada cara-cara koordinasi dan kontrol yang tepat, seolah-olah inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal tindakan-tindakan koordinasi dan kontrol ini hanyalah suatu cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dihadapi, 4 konsep sistem terutama berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisis, yang dapat memberi pengertian yang lebih mendasar mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuannya Marimin, 2007. Menurut Marimin 2007 sifat dasar dari suatu sistem terdiri atas tujuh, yaitu: 1. Pencapaian tujuan, prinsip ini memberikan sifat bahwa sistem merupakan sesuatu yang dinamis dalam mencapai tujuan; 2. Kesatuan usahan, prinsip ini menjelaskan bahwa hasil keselurahan dari sistem melebihi bagian-bagiannya atau disebut konsep sinergi; 3. Keterbukaan terhadap lingkungan, prinsip ini menjelaskan bahwa lingkungan merupakan sumber potensi dan hambatan. Oleh karena itu pencapaian tujuan suatu sistem relatif tidak mutlak. Sebaliknya dapat dilakukan dengan berbagai cara sesusia dengan tantangan lingkungannya; 4. Transformasi, yaitu prinsip yang menjelaskan tentang proses perubahan input menjadi output. Menurut Hartrisari 2007, pendekatan sistem memiliki beberapa tahapan yaitu; 1 analisis kebutuhan, bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan dari masing-masing stakeholders, 2 formulasi permasalahan, mengkombinasikan dan mensinergiskan semua permasalahan yang merupakan kebutuhan stakeholders dalam sistem, 3 identifkasi sistem, yaitu memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem mencakup faktor-faktor yang terkait di dalamnya. Identifikasi sistem dapat dilakukan dengan diagram input-output atau diagram lingkar sebab akibat, 4 simulasi pemodelan, yaitu tahap interaksi antara analisis sistem dengan pembuatan keputusan yang menggunakan model dengan mempertimbangkan berbagai variabel yang dimasukkan, 5 validasi dan verifikasi.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian lapangan secara fisik berlokasi di DAS Batu Gantung, DAS Batu Gajah, DAS Wai Tomu, DAS Batu Merah dan DAS Ruhu di Semenanjung Leitimor Pulau Ambon Gambar 7. Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah hanya pada wilayah DAS yang merupakan daerah sumber air yang dipasok untuk kebutuhan air minum di Kota Ambon dengan luas 4.123,09 ha. Sumber : Bappeda Kota Ambon, 2003 Gambar 7. Peta lokasi penelitian

3.2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga macam metode analisis, yaitu untuk menjawab tujuan pertama adalah interpretasi data secara visual yaitu dengan menganalisa warna. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan fenomena- fenomena bersifat kualitatif, berkaitan dengan interpretasi data citra satelit tingkat perubahan dan penyimpangan pemanfaatan lahan sebagai akibat dari upaya pertumbuhan wilayah. Analisis hidrologi untuk menjawab tujuan kedua yaitu dengan menggunakan Metode MWSWAT. Analisis pertumbuhan penduduk berdasarkan Wae Ruhu Wae Batu Merah Wae Tomu Wae Batu Gajah Wae Batu Bantung