Kebutuhan Air Domestik ANALISIS KEBUTUHAN AIR

Gambar 50. Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi DAS Kota Ambon Penyerapan Tenaga Kerja Agroforestri , dalam hal ini adalah kegiatan ekonomi yang berbasis pada sistem agroforestri yaitu pemanaman tanaman berumur panjang dan dipadukan dengan tanaman perkebunan, dan tanaman semusim yang bernilai ekonomis. Semakin banyak kebutuhan akan tenaga kerja untuk mengelola hasil produksi agroforestri maka secara ekonomi akan menjadi baik karena melibatkan banyak orang. Data Desa Soya dan Desa Urimesing menunjukan bahwa 47,5 masyarakat yang bermukim pada DAS Hulu Kota Ambon adalah bermata pencaharian adalah petani. Ketergantungan terhadap produk agroforestri. Ketergantungan konsumen terhadap produk agroforestri yang berasal dari DAS Kota Ambon sangatlah tinggi. Hal ini diperoleh dari pengamatan di lapangan yang mana antusias masyarakat yang konsumtif terhadap buah-buahan salak, durian, langsat, duku, dan lain sebagainya yang merupakan produk dari agroforestri DAS bagian hulu Kota Ambon, apabila produk agroforestri lokal sudah tidak ada di pasar maka untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal pemenuhi akan kebutuhan produk agroforestri dapat di pasok dari luar Pulau Ambon. RAP Insus DAS Ordination Dimensi Ekonomi Gambar 51. Hasil analisis leverage pada dimensi ekonomi Potensi objek wisata . Potensi objek wisata yang ada pada DAS Kota Ambon adalah Tempayang Sirimau, kolam pemandian Air Besar yang terletak di Desa Soya, kolam pemandian Air Keluar dan Gua Leang Ekang di Desa Urimesing. Jumlah pengunjung yang banyak hanya pada tempat permandian Air Besar di Desa Soya karena akses kesana yang mudah dan transportasi lancar. Namun data jumlah pengunjung tidak terdata dengan baik untuk semua objek wisata. Pengelolaan kawasan wisata sebagai sumber pendapatan tambahan juga tidak dikelola dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan adanya objek wisata namun dibiarkan begitu saja tanpa ada pengelolaan dengan baik oleh masyarakat, pemerintah desa maupun instansi terkait. Pada objek wisata ini dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat sekitar lokasi objek wisata. Pendapatan Petani agroforestri . Tingkat pendapatan petani agroforestri berada pada kisaran antara Rp. 975.000 – Rp. 1.500.000.- pendapatan ini berasal dari hasil produk agroforestri seperti cengkeh, pala, durian, manggis, langsat, duku, salak dan lain-lain yang bernilai ekonomis tinggi. Tingginya nilai ekonomis ini tidak sebanding dengan produksi agroforestri yang bisa dipanen secara terus menerus karena tergantung pada musim buah-buahan.

5.4.4. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial

Hasil analisis Rap-Insus DAS Kota Ambon terhadap 9 atribut dimensi sosial dan budaya diperoleh bahwa nilai indeks tingkat keberlanjutan pada dimensi sosial sebesar 60,15 berada di antara 50,00 –74,99 berarti cukup berkelanjutan. Hasil analisis keberlanjutan dimensi sosial disajikan pada Gambar 52. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh 4 lima atribut yang sensitif terhadap indeks keberlanjutan sosial dan budaya yaitu 1 Ketergantungan masyarakat terhadap DAS sebagai sumber nafkah RMS = 4,61; 2 Tingkat partisipasi masyarakat RMS = 3,15; 3 Konflik Lahan RMS = 3,03; 4 Aturan kelembagaan lokal RMS = 2,90. Hasil leverage terhadap dimensi sosial disajikan pada Gambar 53. Ketergantungan Masyarakat Kepada DAS. Ketergantungan masyarakat terhadap DAS sebagai sumber mencari nafkah dengan jumlah penduduk yang tergantung sebesar 33,20 jika dibandingkan dengan total seluruh penduduk maka dikatakan baik karena semakin sedikit orang yang ketergantungan hidup ekonominya kepada DAS maka peluang kelestarian DAS akan semakin baik. Secara ekonomi, jumlah 33,20 tersebut memang kecil nilainya sehingga masyarakat yang mendapat keuntungan ekonomi kecil. Sehingga diharapkan peningkatan sumber perekonomian dari alternatif yang lain. Partisipasi masyarakat . Tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan DAS berdasarkan hasil wawancara dengan aparat pemerintah Desa Soya dan Desa Urimesing yang merupakan wilayah di hulu DAS Kota Ambon adalah sebesar 25. Artinya bahwa tingkat partisipasi ini dinilai sedang sehingga perlu di naikkan lagi tingkat partisipasi masyarakat. Partisipasi yang pernah dilakakukan antara lain penanaman pohon dalam bentuk program Gerhan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Maluku dan Dinas Kehutanan Kota Ambon. Kegiatan lintas alam yang dilakukan dalam rangka memperingati hari- hari besar keagamaan yang didalamnnya juga dilakukan kegiatan reboisasi. Kegiatan ini baik dalam hal pelestarian DAS Kota Ambon, namun tingkat keterlibatan masyarakat yang masih kurang sehingga diharapkan agar keterlibatan masyarakat harus dimaksimalkan dalam rangka ikut bersama melestarikan DAS Kota Ambon. Konflik Lahan. Konflik lahan yang terjadi pada DAS Kota Ambon bagian hulu memang pada skala jarang terjadi. Namun konflik ini terjadi karena masalah kepemilikan lahan antara Desa Batu Merah dan Desa Soya yang sampai dengan saat ini belum jelas sehingga terkadang ada konflik antara sesama pemilik lahan yang mengklaim bahwa mereka mempunyai lahan pada tempat yang sama. Apalagi pasca konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon 10 tahun belakangan ini. Peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan kiranya dapat sebagai jembatan dalam hal penyelesaian status kepemilikan lahan yang menjadi konflik supaya pihak-pihak yang saling konflik dapat berakhir. Gambar 52. Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial DAS Kota Ambon Aturan kelembagaan lokal. Aturan kelembagaan lokal yang berlaku pada Kota Ambon umumnya dan wilayah DAS Kota Ambon khususnya masih berlangsung dengan baik dan ada aturan yang tidak tertulis serta ada kelembagaan adat yang mengurus tentang pelarangan atau penundaan panen pada jenis-jenis tanaman tertentu. Aturan kelembagaan ini masih berjalan sampai dengan saat ini sehingga perlu untuk dipertahankan dalam rangka pelestarian sumberdaya alam secara umum dan DAS khususnya. RAP Insus DAS Ordination Dimensi Sosial