Disamping itu masih terdapat areal di luar tutupan hutan yang juga perlu untuk direhabilitasi seluas 310.071 ha. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
MTB memiliki lahan kritis terluas, yaitu 690.479 ha atau 43,4 dari total luas lahan kritis di Maluku, disusul Kabupaten Buru seluas 272.246 ha 17,1 dan
Kabupaten Seram Bagian Timur SBT seluas 172.268 ha 10,8. Sementara itu untuk Kota Ambon luas lahan kritis adalah 25.344 ha, di dalam kawasan 9.755 ha
di luar kawasan 15.589 ha.
4.5. Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Kota Ambon menggunakan sumber air baku yang berasal dari mata air yang berada di wilayah Kota Ambon. Untuk menjaga keberlanjutan penggunaan
sumber air baku ini, maka perlu dilakukan pembatasan pola pemanfaatan daerah sekitar mata air yaitu pada mata air Air Kaluar Dusun Kusu-kusu Sereh Desa
Urimesing, Wainitu Kelurahan Wainitu, Air besar Karang Panjang serta beberapa mata air di sekitarnya seperti Air Panas dan Wai Niwu Kelurahan Karang Panjang
untuk melayani pusat kota, mata air Wai Pompa di Desa Halong Kecamatan Teluk Ambon Baguala yang melayani Desa Halong dan Desa Hative Kecil.
4.6. Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum
Kebutuhan ideal air bersih adalah 60 –220 literorang dengan cakupan
pelayanan 55-75 pelayanan minimal untuk permukiman dari Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534KPTSM2001. Jika
kebutuhan air bersih Kota Ambon diasumsikan 100 literoranghari maka kebutuhan air bersih untuk Kota Ambon dapat dihitung dari perkalian antara
jumlah penduduk dengan jumlah kebutuhan dasar penduduk untuk klasifikasi kota sedang 100 literoranghari. Dengan demikian kebetuhan air bersih Kota Ambon
Tahun 2007 sebesar 27.197.200 literhari. Kapasitas sumber air sebesar 132 literdetik. Jika dianalisa lebih lanjut
maka bisa dikatakan bahwa kapasitas produksinya tidak melebihi kapasitas sumber, sehingga Kota Ambon masih membutuhkan peningkatan kapasitas
produksi, karena untuk kebutuhan air bersih saja sebesar 314 literdetik. Jadi masih dibutuhkan peningkatan kebutuhan air bersih yang dihasilkan sekitar
182,78 literdetik.
Pelanggan yang tercatat pada perusahaan Daerah Air Minum Kota Ambon selama Tahun 2007 berjumlah 5.248 pelanggan diantaranya pelanggan rumah
tangga dengan jumlah sambungan rumah SR sebanyak 5.058 SR. Jika 1 sambungan rumah SR memenuhi kebutuhan penduduk sebanyak 6 jiwa luar
Pulau Jawa maka bisa dihitung pula jumlah pelanggan yaitu 30.348 jiwa, sehingga dapat dikatakan tingkat pelayanan sebesar 11,16 Bappeda Kota
Ambon, 2009.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. ANALISIS TUTUPAN LAHAN 5.1.1. Penutupan lahanTutupan Lahan Di DAS Kota Ambon
Data tipe penutupan lahantutupan lahan di 5 lima DAS di Kota Ambon diperoleh melalui analisis data Citra Landsat Tahun 2002 dan Tahun 2009.
Berdasarkan analisis citra secara visual, penutupan lahantutupan lahan di kelima DAS di Kota Ambon dibedakan dalam 6 kelas berdasarkan Badan Planologi
Departemen Kehutanan Republik Indonesia Anonim, 2008 yaitu Hutan sekunder 2002, Semakbelukar 2007, Pertanian lahan kering 20091, Pertanian lahan
kering campur semak 20092, Permukiman 2012, Tanah terbuka 2014. Sebaran tipe penutupan lahantutupan lahan Tahun 2002 dan 2009, jenis tanah,
kelerengan dan jenis tutupan lahan di ke lima DAS di Kota Ambon pada disajikan pada Gambar 24, Gambar 25, Gambar 26, dan Gambar 27, sedangkan luasan
masing-masing tipe penutupan lahantutupan lahan disajikan pada Tabel 9. Penilaian akurasi hasil klasifikasi menggunakan matriks kesalahan error
matrikconfusion matrix yaitu membandingkan antara data referensi yang diketahui ground truth data dengan hasil klasifikasi Lillesand dan Kiefer, 1994
dalam Purnama 2005. Kolom dari matriks ini mempresentasikan ground truth dari setiap kelas berdasarkan test sample, sedangkan baris dari matriks berisi kelas
hasil klasifikasi dari test sample tersebut. Tingkat akurasi keseluruhan overall classification atau overall performance class dapat dihitung dengan
menjumlahkan total jumlah piksel yang diklasifikasikan dan membaginya dengan total jumlah piksel yang diuji.
Parameter akurasi lainnya adalah kappa statistic atau KHAT, yaitu dengan menunjukkan kecocokan antara dua kategori variabel. Dalam penginderaan jauh,
kappa menunjukkan ukuran kecocokan data antara hasil klasifikasi dengan data ground truth. Nilai kappa dihitung berdasarkan matriks kesalahan dan berada
pada interval 0 sampai dengan 1, dimana 0 berarti tidak ada kecocokan sama sekali antara data hasil klasifikasi dengan ground truth, sedangkan kappa semakin
mendekati 1,0 memperlihatkan tingkat akurasi yang lebih baik.
Hasil perhitungan nilai akurasi keseluruhan sebesar 83.56, secara rinci perhitungan nilai akurasi disajikan pada Tabel 9 dan sebaran titik pengamatan
dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 9. Luas masing-masing tutupan lahan kelima DAS di Kota Ambon
No. Penutupan lahanTutupan
Lahan 2002
2009 Perubahan
ha Ha
ha 1 Hutan Sekunder
918,96 22,29
1.664,68 40,37
+745,2 2 Pert. Lahan Kering Campuran
1.680,94 40,77
310,99 7,54
-1.369,95 3 Lahan Terbuka
42,31 1,03
66,60 1,62
+24,29 4 Pemukiman
479,06 11,62
498,12 12,08
+19,06 5 Pertanian Lahan Kering
979,60 23,76
141,45 3,43
-838,15 6 Semak Belukar
22,23 0,54
1.441,27 34,96
+1.419,04 Jumlah
4.123,1 100,01
4.123.11 100
-0.01
Keterangan : + peningkatan luas area, - penurunan luas area Hasil analisis perubahan penutupan lahan sebagaimana ditunjukan pada
Tabel 9, terihat bahwa telah terjadi perubahan penutupan lahan dari Tahun 2002 ke Tahun 2009 dimana yang mengalami peningkatan luasan yaitu hutan sekunder
mengalami peningkatan luasan sebesar 745,2 ha; lahan terbuka sebesar 24,29 hha; permukiman sebesar 19,06 ha; dan semak belukar sebesar 1.419,04 ha. Jenis
tutupan lahan yang mengalami pengurangan luasan adalah pertanian lahan kering campur sebesar 1.136,95 ha dan pertanian lahan kering sebesar 838,15 ha.