Gambar 58 menjelaskan bahwa pendapatan masyarakat dari pengolahan lahan untuk pertanian terus menurun. Hal ini disebabkan oleh menurunnya luas
lahan. Penurunan pendapatan mengakibatkan angka pengangguran yang sangat tinggi dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Masyarakat beralih dari
petani menjadi penyedia jasa seperti tukang becak, tukang ojeg dan lainnya. Perekonomian berjalan lambat, karena sebagian besar aliran transaksi jual beli
terjadi di luar kota Ambon dan bahkan di luar Provinsi Maluku.
3 Submodel Ekologi
a. Perubahan penutupan lahan
Perubahan penutupan lahan di Kota Ambon, memang tidak dapat disamakan dengan dinamika yang terjadi di kota-kota besar pada umumnya.
Provinsi Maluku pernah berhadapan dengan konflik sosial terbesar sepanjang sejarah yang mengakibatkan rusaknya tatanan hidup dan merubah perilaku
pengelolaan lahan. Permukiman banyak yang dibakar dan ditinggal mengakibatkan semak bertambah, sementara lahan pertanian ditinggal petani
begitu saja sehingga berubah menjadi semak belukar. Selain itu, terdapat perbaikan luas areal berhutan disebabkan oleh
pelaksanaan Gerhan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, serta areal pertanian lahan kering campuran yang ditinggal sehingga tidak tertata dengan
baik. Tabel 36. Perubahan penutupan lahan berdasarkan peta penutupan lahan
2002-2009 ha
Tahun Penutupan lahan
ha Luas
Awal Ha
2009 Jumlah
Hutan PLKC
Lahan Terbuka
Pemukiman PLK
Semak 1.664,68
310,99 66,60
498,12 141,45
1.441,27 2002
Hutan 918,96
- PLKC
1.680,94 106,53
89,18 195,71
Lahan Terbuka 42,31
- Pemukiman
479,06 -
PLK 979,60
3,47 2,72
113,54 119,73
Semak 22,23
- Total luas Ha
106,53 -
3,47 2,72
- 202,72
315,44
Berdasarkan hasil analisis peta penutupan lahan pada Tahun 2002 dan 2009 terdapat beberapa alih penutupan lahan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
36 yang menerangkan bahwa perubahan penutupan lahan dari Tahun 2002 ke