Pada skenario kompleks menunjukkan perilaku pendapatan ekonomi yang hampir mirip dengan kondisi eksisting yang disebabkan oleh skenario pelaksanaan RHL
untuk memenuhi target luas hutan sebesar 40 dari total luas lahan tidak berpengaruh pada pendapatan yang diterima masyarakat karena tidak untuk
diproduksi. Selain nilai ekonomi, dampak lain yang timbul dari perubahan penutupan
lahan adalah kemampuan lahan untuk menurunkan air limpasan. Bila kondisi lahan bertutupan hutan maka kemampuan untuk infiltrasi lebih besar sehingga air
limpasan menjadi rendah. Adapun hasil simulasi disajikan pada Gambar 72 berikut.
Gambar 72. Debit andalan permukaan Gambar 72 menunjukkan bahwa upaya pembangunan PLK dan PLKC
pada skenario simpel dan moderat akan meningkatkan runoff. Namun, jika RHL dilaksanakan pada skenario kompleks laju runoff lebih rendah.
Hasil simulasi di atas menunjukkan bahwa jika menggunakan sektor ekonomi sebagai pertimbangan prioritas pengelolaan DAS, maka skenario
moderat adalah yang terbaik. Jika pengelolaan DAS dengan mempertimbangkan faktor debit yang merupakan bagian dari sektor ekologi, maka skenario kompleks
adalah yang terbaik. Namun dalam penelitian ini, skenario terbaik yang diambil adalah skenario moderat. Luas hutan tetap diusahakan mencaai 40 dari luas total
dan sisa lahan lainnya tidak dibiarkan begitu saja melainkan dibangun menjadi 20 untuk PLK dan 20 untuk PLKC. Tentunya dampak ekonomi akan lebih
dirasakan masyarakat dalam kurun waktu singkat sementara jenis tanaman MPTS
20 40
60 80
100 120
140 160
180
2013 2018
2023 2028
2033 2038
2043 2048
R u
n of
f M
3 M
il li
on s
Tahun
Simpel Moderate
Kompleks
multi purpose tree species yang dibangun dengan pola agroforestri mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjaga laju debit serta mampu
menjaga volume air tersedia di sepanjang aliran sungai meski pada musim kemarau.
1.3. Simulasi Air Tersedia
Produksi air PDAM dan DSA belum mampu memenuhi peningkatan permintaan air. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa 40 dari total produksi
air PDAM bocor. Bila ada upaya untuk memperbaiki kebocoran produksi air, maka dapat meningkatkan produksi.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah pertambahan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,72tahun akan terus
meningkatkan permintaan air. Upaya ini dapat dilakukan dengan mengendalikan laju pertambahan penduduk lewat kelahiran, perpindahan penduduk, dan
konsentrasi penduduk untuk tinggal di wilayah tersebut. Oleh karena itu, upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk menjadi penting.
Tabel 40 menunjukkan bahwa pada skenario simpel, menurunkan laju pertumbuhan penduduk diharapkan mencapai 2tahun dan perlu mengendalikan
kebocoran produksi air PDAM sebanyak 10 yang direalisasi secara bertahap. Pada skenario moderat, upaya pengendalian laju pertambahan penduduk mencapai
2 dan menekan volume kebocoran produksi air PDAM sampai 15 serta meningkatkan upaya masyarakat sebanyak 100 dari air hujanair sungaiair
tanah membeli. Skenario kompleks dilakukan upaya untuk mengendalikan laju pertambahan penduduk sampai 1,5 dan menekan kebocoran produksi air PDAM
sampai 40. Perbandingan antara konsumsi dan persediaan air ditunjukkan dengan ketersediaan air. Adapun hasil simulasi ketersediaan air disajikan pada
Gambar berikut 73. Berdasarkan Gambar 73, menunjukkan bahwa secara umum kebutuhan air
domestic akan terus meningkat melebihi batas air tersedia. Upaya untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan menekan laju konversi hutan serta
membangun hutan campuran dengan pola agroforestri tidak menjadi jawaban yang tepat dalam memenuhi kebutuhan air. Untuk itu upaya lain seperti
meningkatkan pasokan air bersih dari luar DAS menjadi pilihan terbaik bila ketersediaan air konsumsi menjadi prioritas utama. Namun perubahan tutupan
lahan menjadi hutan dan kebun campuran dapat meningkatkan kualitas lahan dan nilai ekonomi lahan. Hal ini dapat mendukung fungsi ekologi lahan akan mampu
memberikan dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan air serta memperbaiki taraf hidup masyarakat.
a Kondisi Simpel b Kondisi Moderat
c Kondisi Kompleks Gambar 73. Hasil simulasi ketersediaan air
5.4.7. Analisis Kelembagaan Pengelolaan
Kelembagaan menurut Schmid 1987 dalam Kartodihardjo et al. 2004 seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang mana mereka telah
mendefinisikan kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk- bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya,
hak istimewa yang telah diberikan serta tanggungjawab yang harus mereka lakukan.
10 20
30 40
50 60
2013 2018
2023 2028
2033 2038
2043 2048
V o
lu m
e m
3 M
il li
o n
s
Tahun
Tot Produksi Air TotalKA
Air Tersedia
10 20
30 40
50 60
2013 2018
2023 2028
2033 2038
2043 2048
V o
lu m
e m
3 M
il li
o n
s
Tahun
Tot Produksi Air TotalKA
Air Tersedia 10
20 30
40 50
60
2013 2018
2023 2028
2033 2038
2043 2048
V o
lu m
e m
3 M
il li
o n
s
Tahun
Tot Produksi Air TotalKA
Air Tersedia
Kajian kelembagaan pengelolaan DAS dilakukan berdasarkan observasi lapangan terhadap stakeholders yang terkait dengan pengelolaan DAS Kota
Ambon. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat 17 stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh dalam pengelolaan DAS Kota Ambon
terpadu dan berkelanjutan Tabel 41 dan hasil wawancara dengan berbagai stakeholders ini di analisis secara diskriptif kualitatif tentang peran lembaga
masing-masing. Analisis stakeholders dilakukan dengan tujuan adalah untuk mengetahui
minatkepentingan dan peranan masing-masing dan stakeholders dan wewenang mereka dalam pengelolaan DAS. Keberhasilan dari penanganan suatu masalah
yang rumit dan terkait dengan banyak pihak, bergantung pada pemahaman yang je1as pada minat dan hubungan antar stakeholders.
Pada dasarnya pengelolaan lingkungan hidup di Kota Ambon sudah ada sejak jaman dahulu lewat suatu lembaga kearifan lokal yaitu Sasi. Sasi adalah
kearifan lokal di Maluku yang hadir dalam bentuk peraturan adat yang mempertahankan kelestarian lingkungan berupa larangan pengambilan hasil
sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati. Sasi ini dalam bentuk peraturan adat yang
mempertahankan nilai-nilai lama dan menjaga kelestarian lingkungan yang sudah berkembang sejak abad XVII. Namun sayangnya sasi ini hanya berperan pada
pemanenan sumberdaya alam, tetapi tidak melarang tentang penutupan lahan.
Tabel 41. Stakeholders yang terkait dalam pengelolaan DAS Kota Ambon
No Stakeholders
Potensi Peran
1. Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Wilayah XI Wai Apo – Batu
Merah BP DAS Maluku Perencanaan dan monev DAS
2. Dinas Kehutanan Provinsi Maluku
Merumuskan kebijakan kehutanan lintas kabupaten
3. Dinas kehutanan Dishut Kota
Ambon Perencanaan dan pembangunan
tutupan hutan 4.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kota Ambon
Perencanaan makro dan koordinasi lintas sektor
5. Dinas Pertanian Distan Kota
Ambon Perencanaan dan pembangunan
sektor pertanian 6.
Balai Sungai Wilayah IV Maluku Perencanaan dan pembangunan
sarana-prasarana pengendalian air permukaan
7. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Hidup Bapedalda Provinsi Maluku
Perencanaan dan pengendalian lingkungan hidup
8. Kantor Pengendalian Dampak
Lingkungan Kota Ambon Perencanaan dan pengendalian
lingkungan hidup 9.
Dinas PU Kota Ambon Perencanaan dan pembangunan
sarana-prasarana 10. Forum DAS
Pendampingan, pemberdayaan masyarakat
11. Kewang Lingkungan Hidup Merencanakan, mengelola dan
mengawasi. 12. Perguruan Tinggi PT, seperti
Univ. Pattimura Mendukung dalam menyediakan
data dan informasi serta narasi ilmiah
13. LSM Pendampingan dan pemberdayaan
masyarakat 14. Kelompok Tani Hutan Kelompok
Bibit RakyatKBR Kezia Terlibat langsung dalam kegiatan
pengelolaan DAS 15. Sinode Gereja Protestan Maluku
Pendampingan dan pembinaan kepada masyarakat
16 Masyarakat Hulu petani
Mendukung melalui pertanian ramah lingkungan
17 PDAM
Menyediakan air bersih bagi masyarakat
Analisis ini dimulai dengan menyusun stakeholders pada matriks dua kali dua menurut interest minat terhadap suatu masalah dan power kewenangan
stakeholder dalam mempengaruhi masalah tersebut. Yang dimaksud dengan interestminat adalah: minat atau kepentingan stakeholders terhadap pengelolaan
DAS. Hal ini bisa dilihat dari tupoksi masing-masing instansi. Sedangkan yang dimaksud dengan powerkewenangan adalah: kekuasaan stakeholders untuk
mempengaruhi atau membuat kebijakan maupun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan DAS. Gambar 74 memperlihatkan matriks analisis
stakeholders Pengelola DAS. Berdasarkan analisis stakeholders tersebut memberikan arahan tafsiran
bahwa dari empat kwadran, maka 17 stakeholders tersebar pada kwadran Contest Setter, Player dan Subyek. Secara lebih detail sebaran stakeholders disajikan pada
Gambar 74.
A. Subject
1. Masyarakat Hulu 2. Kelompok Tani Hutan KBR
3. Forum DAS 4. Sinode GPM
5. LSM 6. Akademisi
B. Players
1. BPDAS 2. Dishut Propinsi Maluku
3. Dishut Kota Ambon 4. Distan Kota Ambon
5. KPDL Kota Ambon 6. Bapedalda Prov. Maluku
7. Kewang Lingk. Hidup 8. PDAM Kota Ambon
C. Crowd
1. Masyarakat yang tidak peduli terhadap pengelolaan DAS
D. Contest Setter
1. Balai Sungai Maluku 2. Bappeda Kota Ambon
3. Dinas PU Kota Ambon
Gambar 74. Matrik Stakeholders pengelolaan DAS Kota Ambon
Subyek
Subyek adalah stakeholders yang mempunyai kepentingan besar namun pengaruh kecil. Beberapa pihak dari stakeholders ini bahkan mempunyai
kesungguhan dalam mengelola DAS Kota Ambon lebih baik walaupun tidak mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau membuat kebijakan atau aturan.
Beberapa stakeholders yang masuk dalam kwadran ini ialah sebagai berikut.
1 Masyarakat Hulu
Masyarakat yang tinggal di kawasan hulu DAS Kota Ambon memegang peranan yang penting pada keberhasilan pengelolaan DAS. Mereka yang telah
In te
rs t
K ep
en ti
n g
an
PowerPengaruh
Low High
Low High
mengerti artinya menjaga hutan dan menanam pohon demi ketersediaan air dan pencegahan longsor mempunyai minat yang besar terhadap pengelolaan DAS.
2 Kelompok Tani Hutan KBR Kezia
Kelompok tani hutan kelompok bibit rakyat Kezia merupakan kelompok yang di bentuk oleh Forum DAS dalam rangka mengelola DAS dengan cara
penyediaan bibit anakan dan kemudian dilakukan penananan serta pemeliharaan anakan tersebut. Kelompok tani ini sampai dengan saat ini
dianggap sangat berhasil dengan program-program mereka yang dapat diimplikasikan dengan tingkat keberhasilan di lapangan.
3 Forum DAS
Forum DAS dibentuk dengan satu tujuan yaitu pengelolaan DAS yang lebih baik. Artinya forum ini memiliki kepentingan untuk pengelolaan DAS
termasuk di dalamnya ialah DAS Kota Ambon. Namun forum ini tidak memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan hukum terkait pengelolaan
DAS Kota Ambon yang lebih baik. Memiliki potensi dalam pemberdayaan masyarakat.
4 Sinode GPM
Lembaga ini mempunyai peranan penting dalam hal pembinaan dan pemberdayaan masyarakat Anggota Jemaat, karena kenyataannya tingkat
kepatuhan, partisipasi masyarakat anggota jemaat terhadap lembaga gerejawi lebih besar daripada instasi pemerintah maupun lembaga-lembaga bentukan
pemerintah lainnya. Selain itu ada perpaduan program Sinode GPM tentang pengelolaan lingkungan, sehingga kolaborasi program rehabilitasi dan
pengelolaan lingkungan berjalan dengan baik. Namun lembaga ini tidak mempunyai kewenangan untuk melahirkan kebijakan hukum terkait
pengelolaan DAS Kota Ambon yang lebih baik.
5 LSM
Lembaga swadaya masyarakat bergerak dalam aspek sosial dan lingkungan. Lembaga ini lebih difungsikan sebagai fasilitator dan pendampingan pada
masyarakat yang berada pada DAS Kota Ambon. Lembaga mempunyai fungsi koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan perbaikan lingkungan khususnya