dan memerlukan kerja sama yang erat antara berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan seperti ilmu tanah, biologi, hidrologi dan teknik konservasi tanah dan
air. Pada akhirnya pengembangan dan penerapan konservasi tanah dan air ditentukan oleh berbagai aspek sosial, ekonomi dan budaya manusia.
Menurut Arsyad 2006, konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat
dengan konservasi air.
2.5. Pengelolaan Vegetasi dan Hasil Air
Pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan pengelolaan vegetasi atau tataguna lahan adalah agar daerah aliran sungai secara keseluruhan
dapat berperan atau memberikan manfaat sebesar-besarnya secara lestari bagi manusia didalam memenuhi kebutuhan hidup serta kesejahteraannya Dahuri
et al. 1996, sehingga selain dapat menampung perkembangan dan dinamika kegiatan ekonomi masyarakat setempat, maka pengelolaan tersebut diharapkan
dapat mengantisipasi berbagai permasalahan yang mungkin terjadi. Kegiatan tataguna lahan yang bersifat merubah tipe atau jenis penutup
lahan dalam suatu DAS seringkali dapat memperbesar atau memperkecil hasil air. Perubahan dari suatu jenis vegetasi ke jenis vegetasi lainnya adalah umum dalam
suatu pengelolaan DAS atau pengelolaan sumberdaya alam. Penebangan hutan, perladangan berpindah, atau perubahan tataguna lahan hutan menjadi areal
pertanian, padang rumput atau permukiman adalah contoh kegiatan yang sering dijumpai pada wilayah yang sedang bertumbuh. Terjadi perubahan tataguna lahan
dan jenis vegetasi tersebut dalam skala besar dan bersifat permanen dapat mempengaruhi besar kecil hasil air Lokollo, 2000.
Siriwardena et al. 2006 melakukan penelitian tentang Dampak Perubahan Lahan terhadap Kondisi hidrologi Daerah Aliran Sungai di DAS
Comet, Central Queensland, Australia dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh hasil akhir air dari Daerah Aliran Sungai Sungai Comet akibat konversi hutan
menjadi padang rumput, menunjukan bahwa dampak pembukaan vegetasi hutan dari luasan 83 menjadi 38 menyebabkan kenaikan limpasan sebesar 40.
Kebanyakan persoalan sumberdaya air berkaitan dengan waktu dan penyebaran aliran air. kekeringan dan banjir adalah dua contoh klasik yang
kontras tentang perilaku aliran air sebagai akibat perubahan kondisi tataguna lahan dan faktor meteorologi, terutama curah hujan. Hasil penelitian jangka
panjang yang dilakukan di berbagai penjuru dunia menunjukan bahwa pengaruh tataguna lahan dan aktivitas lain terhadap perilaku aliran air dapat terjadi dengan
cara Hibbert, 1983; Bosch and Hewlett, 1982; dalam Asdak, 2007: 1 Penggantian atau konversi vegetasi dengan transpirasi atau intersepsi tahunan
tinggi menjadi vegetasi dengan transpirasi atau intersepsi rendah dapat meningkatkan volume aliran air dan mempercepat waktu yang diperlukan
untuk mencapai debit puncak. Mekanisme peningkatan volume aliran air ini terjadi ketika hujan turun, kelembaban tanah awal cenderung meningkat dan
karenanya daya tampung air dalam tanah menjadi berkurang. 2 Kegiatan yang bersifat memadatkan tanah seperti pengembalaan yang
intensif, pembuatan jalan dan bangunan lainnya, dan penebangan hutan. Kegiatan-kegiatan tersebut dalam batas waktu tertentu dapat meningkatkan
volume dan waktu berlangsungnya air limpasan, dan dengan demikian memperbesar debit puncak. Kegiatan yang bersifat memacu infiltrasi
diharapkan dapat memberikan pengaruh sebaliknya. Berdasarkan karakteristik perubahan tataguna lahan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa permasalahan yang paling serius yang berkaitan dengan pembangunan adalah berubahnya laju dan kuantitas limpasan dalam mencapai
sungai, sehingga perencanaan dan manajemen penutupan lahan yang baik sangat bergantung kepada akuratnya analisis dampak lingkungan hidrologi yang
diakibatkan oleh pembangunan. Lisnawati 2006 melakukan penelitian dengan judul Analisis perubahan
penutupan lahan dan pengaruhnya terhadap debit sungai dan daya dukung lahan di kawasan puncak Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah 1.
Menganalisis perubahan penutupan lahan, 2. Menganalisis keterkaitan perubahan penutupan lahan terhadap selisih debit maksimum-minimum, 3. Menganalisis
besarnya daya dukung lahan di kawasan puncak Kabupaten Bogor; menunjukan bahwa perubahan lahan dari kebun campuran mengarah kepada permukiman
sebesar 250,42 ha 15,44. Hasil analisis regresi berganda menyimpulkan bahwa hutan mampu menurunkan selisih debit maksimum-minimum sebesar 0,027
m
3
detik jika luas hutan naik sebesar satu hektar. Perubahan penutupan lahan merupakan perubahan penggunaan dari satu
sisi penggunaan ke penggunaan lainnya yang diikuti dengan berkurangnya tipe penutupan lahan dari suatu waktu ke waktu berikutnya. Perubahan atau
perkembangan penutupan lahan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor alami dan faktor manusia Vink, 1975.
Ma et al. 2005 melakukan penelitian karakteristik sumberdaya air dan dampaknya akibat aktivitas manusia di DAS Shiyang China dengan tujuan untuk
mengetahui sumberdaya air tanah dan geokimia air tanah akibat kegiatan manusia. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas manusia selama 50 tahun terakhir,
telah menyebabkan perubahan luar biasa dari keberadaan air tanah. Proses pengisian ulang air tanah telah berkurang 50, akibatnya secara umum terjadi
penurunan sebesar 3-5 meter dengan penurunan maksimum 35 meter di beberapa kota sehingga perubahan hidrologi ini telah mengakibatkan degradasi ekosistem
yang serius, sehingga disarankan bahwa teknologi irigasi modern dan peraturan yang terkait dengan pengelolaan air dan alokasi sumberdaya dalam DAS sangat di
butuhkan untuk mencapai proses keberlanjutan sumberdaya air. 2.6. Indikator Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Secara umum pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan paling sedikit harus memenuhi indikator lestari dan berkelanjutan dibawah ini Rahmadi,
2002, yaitu: 1. Pengelolaan yang mampu mendukung produktifitas optimum bagi
kepentingan kehidupan indikator ekonomi 2. Pengelolaan yang mampu memberikan manfaat merata bagi kepentingan
kehidupan sosial 3. Pengelolaan yang mampu mempertahankan kondisi lingkungan untuk tidak
terdegradasi indikator lingkungan
4. Pengelolaan dengan menggunakan teknologi yang mampu dilaksanakan oleh kondisi penghidupan setempat, sehingga menstimulir tumbuhnya sistem
institusi yang mendukung indikator teknologi Pada pengelolaan DAS indikator paling memungkinkan adalah melihat
kondisi tata airnya. Yang dimaksud indikator kondisi tata air yang meliputi: 1. Indikator kuantitas air. Kondisi kuantitas air ini sangat berkaitan dengan
kondisi tutupan vegetasi lahan di DAS yang bersangkutan. Bila tutupan vegetasi lahan DAS yang bersangkutan berkurang dapat dipastikan
perubahan kuntitas air akan terjadi. Sehingga setiap pelaksanaan kegiatan yang bermaksud mengurangi tutupan lahan pada suatu tempat maka harus
diiringi dengan usaha konservasi. Indikator ini dapat dilihat dari besarnya air limpasan permukaan maupun debit air sungai.
2. Indikator kualitas air. Kondisi kualitas air disamping dipengaruhi oleh tutupan vegetasi lahan seperti pada kondisi kuantitas, tetapi juga dipengaruhi
oleh buangan domestik, buangan industri, pengolahan lahan, pola tanam, dan lain-lain. Dengan demikian bila sistem pengelolaan limbah, pengolahan
lahan, dan pola tanam dapat dengan mudah diketahui kejanggalannya dengan melihat indikator kualitas air. Kualitas air ini dapat dilihat dari kondisi
kualitas air limpasan, air sungai ataupun air sumur. 3. Indikator perbandingan debit maksimum dan minimum. Yang dimaksud
disini adalah perbandingan antara debit puncak maksimum dengan debit puncak minimum sungai utama di titik outlet DAS. Indikator ini
mengisyaratkan kemampuan lahan untuk menyimpan. Bila kemampuan menyimpan air dari suatu daerah masih bagus maka fluktuasi debit air pada
musim hujan dan kemarau adalah kecil. Kemampuan menyimpan air ini sangat bergantung pada kondisi permukaan lahan seperti kondisi vegetasi,
tanah, dan lain-lain. 4. Indikator muka air tanah. Indikator ini dapat dilihat dari ketinggian muka air
tanah di suatu lahan. Indikator muka air tanah ini mengisyaratkan besarnya air masukan ke dalam tanah dikurangi dengan pemanfaatan air tanah. Yang
mempengaruhi besarnya air masuk kedalam tanah adalah vegetasi, kelerengan, kondisi tanahnya sendiri, dan lain-lain. Ketinggian muka air