Rencana Tur Agrowisata Perencanaan Lanskap Agrowisata

Mempersiapkan media tanam, menanam, dan memetik sayur 40 Kunjungan ke packing house 30 Pertanian Mengunjungi museum palawija 40 Membajak sawah, menanam padi, memanen padi 40 Kunjungan ke rumah penggilingan padi menjemur padi, menggiling padi, mengemas 20 Pelayanan satelit rest area Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih 25 Ruang Masyarakat Mengunjungi ruang masyarakat 30 Menginap, aktivitas bebas hingga hari berikutnya Total Hari I 325 Hari II ± 7 jam Ruang Masyarakat Mengunjungi industri sangkar burung 30 Perikanan Mengunjungi akuarium air tawar 30 Memperhatikan dan mengikuti teknik budi daya ikan pemijahan, pemilihan induk, penetasan telur, penyortiran 30 Menangkap ikan, memberi makan ikan, memindahkan ikan ke sawah 25 Pelayanan satelit rest area Istirahat, makan dan minum, sholat, bersih-bersih 25 Peternakan Melihat-lihat ternak di padang gembala, mendengarkan informasi dari tour guide, memandikan ternak, bermain dengan hewan ternak 30 Memperhatikan teknik-teknik budi daya ternak memberi vaksin, teknik mengawinkan, mencukur bulu domba 30 Memberi makan ternak, memerah susu, mencukur bulu domba 30 Kunjungan ke rumah pengolahan hasil peternakan 30 Teknologi Pertanian Mengamati dan mengikuti proses pembuatan kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau 20 Mengunjungi rumah kaca 30 Mengamati percontohan lahan pertanian terpadu 15 Mengunjungi laboratorium dan nursery 40 78 Pelayanan pusat Istirahat, berbelanja produk pertanian, sholat, makan dan minum 30 Check out 50 Total Hari II 455 Total Hari I II 780 79 Tabel 17. Daya Dukung Pengunjung Berdasarkan Fasilitas Wisata

4.4.4. Daya Dukung Agrowisata

Berdasarkan fasilitas ruang wisata yang direncanakan, dapat ditentukan daya dukung ruang terhadap pengunjung. Daya dukung didapatkan dari perhitungan membagi rencana luasan ruang dengan kebutuhan ruang per orang sehingga didapatkan jumlah pengguna yang dapat ditampung suatu ruang. Hal ini dilakukan agar penyebaran pengunjung sesuai dengan kapasitas suatu ruang wisata, sehingga tidak terjadi over capacity kelebihan muatan yang membuat kualitas fasilitas wisata menurun dan ketidaknyamanan pengunjung. Dari Tabel 17, diketahui bahwa Kampung Karangsari dapat menampung maksimal sebanyak 1.698 orang dengan berbagai kegiatan. Sebayang, 1996 dalam Pratiwi, 2011 No Fasilitas Wisata Rencana Luasan m 2 Standar Aktivitas Daya Dukung 1 Area parkir 496 15 m 2 mobil 33 mobil 65 2 m 2 motor 32 motor 2 Toko suvenir 110 2 m 2 org 55 orang 3 Restoran kedai makanan 100 1,5 m 2 org 66 orang 4 Jalur sepeda 1390 8 m 2 sepeda 173 sepeda 5 Lahan sawah aktivitas aktif 1717 4 m 2 org 429 orang 6 Packing house 200 2 m 2 org 100 orang 7 Lahan kering aktivitas aktif 834 4 m 2 org 208 orang 8 Museum pertanian 100 2 m 2 org 50 orang 9 Rumah penggilingan padi 100 2 m 2 org 50 orang 10 Akuarium air tawar 100 2 m 2 org 50 orang 11 Pemancingan 327 8 m 2 org 40 orang 12 Pabrik sangkar burung 104 3 m 2 org 35 orang 13 Kolam budidaya 165 3 m 2 org 55 orang 14 Homestay 500 8 m 2 org 65 orang 15 Padang gembala 152 4 m 2 org 38 orang 16 Kandang ternak 119 3 m 2 org 40 orang 17 Rumah pengolahan ternak 100 2 m 2 org 50 orang 18 Rumah kaca dua 50 2 m 2 org 25 orang 19 Rumah kompos 30 2 m 2 org 15 orang 20 Laboratorium dan nurseri 150 4 m 2 org 75 orang TOTAL 1.698 orang

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kampung Karangsari memiliki potensi sebagai kawasan agrowisata secara fisik dan visual, terutama dari dominasi penggunaan lahan pertanian yang bervariasi. Kendala yang ada berupa karakter lahan yang berfokus pada kegiatan produksi dan jalur sirkulasi yang belum tertata untuk wisata. Dari potensi dan kendala tersebut direncanakan suatu kawasan wisata pertanian terpadu yang menyediakan ruang dan fasilitas untuk kegiatan agrowisata. Ruang yang direncanakan diantaranya ruang agrowisata utama seluas 26.234 m 2 , terdiri dari subruang sawah lahan sawah, museum pertanian, rumah penggilingan 7.155 m 2 , subruang kebun sayuran lahan kering, packing house 6.678 m 2 , subruang peternakan padang gembala, kandang ternak 4.293 m 2 , subruang perikanan kolam ikan, akuarium air tawar, pemancingan 4.056 m 2 , dan subruang teknologi pertanian nurseri, rumah kaca, rumah kompos, laboratorium 4.052 m 2 . Untuk ruang agrowisata pendukung seluas 13.474 m 2 terdiri dari subruang penerimaan 477 m 2 , subruang pelayanan rest area, shelter sepeda, dan kantor pelayanan 1.073 m 2 , subruang transisi 4.767 m 2 , dan subruang masyarakat 7.157 m 2 dengan ruang dimanfaatkan sebagai homestay dan wisata nonpertanian seluas 1.244 m 2 . Jalur wisata yang direncanakan terdiri jalur primer dengan lebar 3 m sepanjang 1090 m, jalur sekunder dengan lebar 6 m sepanjang 705 m, dan jalur tersier selebar 1,2 m dengan jalan yang diaspal sepanjang 415 m. Dengan adanya perencanaan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan kawasan Kampung Karangsari.

5.2. Saran

Studi perencanaan pada kawasan ini merupakan perencanaan lanskap secara garis besar dengan memanfaatkan potensi ruang pertanian yang telah ada di tapak. Perencanaan dapat dilanjutkan dengan desain pada setiap ruang yang telah direncanakan dengan konsep pertanian terpadu yang lebih detail. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 1989. Prospek dan kendala pengembangan wisata agro di Indonesia. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor. Arifin HS. 1992. Beberapa pemikiran pengembangan agrowisata pada kawasan cagar budaya betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor. Brooks RG. 1988. Site Planning Environment, Process, and Development. United States: Pretice-Hall, Inc. Fandeli C dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gold SM. 1980. Recreation and Planning Design. New York: McGraw-Hill Book co. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Hardjowigeno S, dkk. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Laurie. 1984. Pengantar Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermedia. Lynch K. 1981. Site Planning. London: The MIT Press Cambridge. Miller RW. 1991. Urban Forestry: Planning and Managing Urban Greenspaces. New York: John Wiley Sons Inc. Nurisjah S. 2001. Pengembangan kawasan wisata agro agrotourism. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001. Bogor. Nurisjah S dan Q. Pramukanto. 2009. Penuntun Perencanaan Lanskap. Bogor. Nurisjah S, Q. Pramukanto dan S. Wibowo. 2003. Daya Dukung Dalam Perencanaan Tapak. Bahan Praktikum Analisis dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Pratiwi V. 2011. Desain Lanskap Pertanian Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia YAPIPI Desa Bojongsari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: IPB, Fakultas Pertanian, Departemen Arsitektur Lanskap.