Fasilitas dan Utilitas Data dan Analisis 1. Aspek Biofisik

Jumlah fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata di Kampung Karangsari sudah cukup memadai, tetapi kondisi beberapa WC Umum, musala, dan balai desa masih kurang terawat, beberapa musala bahkan sudah tidak diurus dan dibiarkan begitu saja. Ketersediaan tempat sampah masih tergolong kurang. Tempat sampah umum belum tersedia di jalan-jalan. Para warga banyak yang masih membuang sampah sembarangan di selokan atau saluran air. Hal ini selain tidak baik untuk kenyamanan, juga dapat menyumbat aliran air dan menimbulkan bibit penyakit. Namun, sebagian warga yang memiliki lahan pertanian menggunakan sampah rumah tangganya untuk dijadikan kompos, terutama sampah dapur. Dalam mengembangkan ruang agrowisata dengan aktivitas yang beragam, diperlukan penempatan fasilitas dan utilitas yang tepat didasarkan pada fungsi ruang tersebut dan aktivitas pengguna. Selain itu, juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan material yang digunakan. Penempatan fasilitas dan utilitas yang kurang tepat akan menyebabkan fasilitas dan utilitas tersebut menjadi tidak terpakai.

4.1.3. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Pengguna tapak umumnya merupakan penduduk setempat dan beberapa pengunjung yang datang dengan keperluan tertentu dalam jangka waktu yang bervariasi. Para petani biasanya melakukan aktivitas bertani pada pukul 07.00 pagi hingga pukul 16.00 sore. Umumnya aktivitas dimulai dengan memberi makan hewan ternak, setelah itu baru pergi ke sawah untuk melakukan kegiatan menyiangi gulma, membajak sawah, menebar benih, dan sebagainya. Beberapa petani yang memiliki kolam pergi memberi makan ikan setelah selesai menggarap sawah. Para pengguna tapak 86,67 umumnya setuju jika Kampung Karangsari dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Warga mengharapkan dengan adanya agrowisata dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka. Selain itu, para petani juga berharap bahwa dengan adanya kawasan agrowisata pemerintah menjadi lebih memperhatikan masalah pertanian di Kampung Karangsari. Para pengunjung yang datang ke tapak biasanya untuk melakukan transaksi jual beli dengan para petani. Menurut hasil wawancara dengan petani, tapak pernah dikunjungi beberapa kali oleh pelajar dan mahasiswa yang melakukan praktik lapang. Ada juga pengunjung yang datang dari kota untuk menikmati suasana perdesaan di kampung ini, biasanya pengunjung merupakan anggota keluarga penduduk setempat yang tinggal di kota. Namun, belum ada pengunjung dalam jumlah besar karena tapak belum menjadi kawasan wisata. Dalam bertani, petani tidak memiliki suatu ritual kepercayaan khusus. Menurut warga, dulu memang ada beberapa adat seperti meletakkan sangkar burung berisi telur di sawah, tetapi seiring dengan perkembangan jaman kebiasaan tersebut sudah tidak dilakukan. Tradisi yang ada sekarang adalah berupa syukuran hasil panen yang dilakukan oleh sesama petani. Petani yang menggarap lahan milik sendiri menjual hasil panennya sendiri langsung ke pasar dan biasanya sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Ada juga yang mempekerjakan orang untuk menjual atau mengirim ke kota hasil panen tersebut. Petani yang berladang di lahan garapan dan sewaan biasanya menjual hasil panen ke tengkulak atau ke pemilik lahan. Untuk membangun sebuah kawasan agrowisata terpadu, dibutuhkan tenaga kerja yang terampil untuk mengenalkan pertanian terpadu kepada pengunjung. Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sindangasih, termasuk di dalamnya Kampung Karangsari, memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Setiap keluarga umumnya memiliki sawah atau ladang yang digarap. Sebagian besar sudah berpengalaman dan bersedia untuk membantu pengunjung dalam kegiatan agrowisata. Menurut hasil wawancara dengan penduduk setempat, para petani di Desa Sindangasih yang mengelola sawah umumnya sudah memiliki pengalaman bertani lebih dari 10 tahun. Hal ini disebabkan mereka sudah memulai pekerjaan bertani sejak kecil dan sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli. Terdapat tiga jenis kepemilikan lahan di Kampung Karangsari, yaitu lahan milik sendiri, lahan garapan, dan lahan sewaan. Sebagian besar lahan pertanian di tapak merupakan lahan garapan, yaitu para petani bekerja sebagai buruh tani untuk menggarap lahan milik orang lain. Pemilik lahan umumnya adalah orang kota yang membeli lahan di Kampung Karangsari. Petani pada lahan garapan dan sewaan bekerja pada lahan yang lebih luas dari 1 hektar. Lahan sewaan merupakan lahan yang disewa oleh petani untuk digarap. Pemilik lahan merupakan orang kota atau warga setempat. Para petani membayar sewa lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan, yaitu dengan membagi hasil pertanian atau dengan uang sewa per tahun. Kebanyakan pemilik lahan meminta bayaran berupa berbagi hasil pertanian dengan petani. Hanya sedikit warga Kampung Karangsari yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena pada umumnya mereka lebih memilih untuk bekerja setelah lulus sekolah Tabel 9. Hal ini menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Untuk membangun area agrowisata diperlukan tenaga kerja yang terampil. Berdasarkan data yang ada, petani sudah cukup berpengalaman, tetapi masih perlu bimbingan mengenai pertanian terpadu dan untuk mengambil tenaga kerja selain petani masih memerlukan pelatihan. Untuk menunjang perekonomian, beberapa warga membuat industri sangkar burung di samping bertani Gambar 21. Industri sangkar burung di Desa Sindangasih berpusat di Kampung Karangsari dan Kampung Kabandungan. Hal ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisata nonpertanian di Kampung Karangsari. Wisatawan dapat ikut membuat sangkar burung atau membelinya sebagai oleh-oleh. Mata Pencaharian Pokok Laki-laki Perempuan Total Petani 433 125 558 29,63 Buruh tani 306 225 531 28,20 Pengrajin Industri Rumah Tangga 167 143 310 16,46 Buruh migran 60 164 224 11,90 Pedagang keliling 54 21 75 3,98 Bidan swasta 21 20 41 2,18 Pensiunan PNSTNIPOLRI 17 21 38 2,02 PNS Guru 19 16 35 1,86 Pengusaha kecil dan menengah 27 4 31 1,65 Karyawan perusahaan swasta 15 14 29 1,54 POLRI 6 - 6 0,32 Pengusaha besar 5 - 5 0,27 Total 1130 753 1883 100 Tabel 8. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sindangasih