Analisis Metode Perencanaan Lanskap Agrowisata

Pengambilan data batasan tapak dan tata guna lahan menggunakan citra yang diambil dari Google Earth, digabungkan dengan peta yang didapatkan dari institusi desa, kemudian diproses menggunakan perangkat lunak ArcView GIS dan AutoCAD. Data mengenai aksesibilitas tapak didapatkan dari hasil pengamatan lapang dan dari institusi desa yang hasilnya berupa peta jalur sirkulasi. Data mengenai topografi, ketinggian, dan kemiringan lahan didapatkan dari BAPPEDA Cianjur. Data iklim diambil dari BMKG yang diambil dari stasiun PT. Fasung, hal ini dikarenakan stasiun terdekat dari tapak sudah tidak berfungsi. Untuk menentukan penempatan dan jenis atraksi-atraksi wisata, diperlukan data potensi objek wisata yang ada. Objek-objek yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata didapatkan dengan pengamatan langsung dan disusun dalam bentuk spasial dan deskriptif. Objek wisata yang diutamakan berupa kegiatan pertanian, sedangkan objek nonpertanian dapat berupa kesenian dan budaya dari kehidupan setempat. Informasi mengenai nilai budaya setempat didapatkan melalui wawancara langsung dengan penduduk dan studi literatur.

3.4.3. Analisis

Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan spasial dari data yang diperoleh pada tahap inventarisasi untuk menentukan potensi dan kendala pada tapak, dan kesesuaian area sebagai area wisata pertanian terpadu. Potensi dan kendala yang ada dikembangkan dan ditingkatkan sehingga dapat mendukung kawasan lanskap agrowisata. Sebaliknya, kendala dihilangkan atau dikurangi dengan dicari cara pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Hasil dari tahap inventarisasi yang berupa peta orientasi, penutupan lahan, hidrologi, potensi akustik dan visual, dan aksesibilitas digunakan dalam tahap ini. Selain itu, digunakan juga grafik dari data mikroklimat dan foto-foto untuk interpretasi kondisi tapak pada saat ini. Beberapa data diuraikan secara deskriptif, demikian juga dengan peta, grafik, dan foto yang didapatkan. Untuk analisis suhu dan kelembaban, digunakan standar kesesuaian iklim untuk pertanian menggunakan klasifikasi berdasarkan jumlah bulan basah BB dan bulan kering BK yang dibatasi oleh peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman menurut konsep yang dikemukakan oleh Oldeman Koesmaryono dalam Handoko, 1995. Bulan basah BB merupakan bulan dengan curah hujan 200 mm, sedangkan bulan lembab BL memiliki curah hujan 100 – 200 mm. Bulan kering BK merupakan bulan dengan curah hujan 100 mm. Menurut Schmidht – Ferguson, BK merupakan bulan dengan CH 60 mm, BL memiliki CH antara 60 – 100 mm, dan BB adalah bulan dengan CH 100 mm. Selain itu, untuk kenyamanan pengguna tapak dilakukan perhitungan THI Temperature Humidity Index. Untuk daerah tropis, apabila nilai THI antara 21 - 27, iklim tergolong nyaman Fandeli, 2009. Rumus yang digunakan adalah THI = 0,8 T + [Rh x T500] dengan T = suhu rata-rata Rh = kelembaban relatif . Analisis tanah dilakukan menggunakan studi pustaka sifat fisik dan kimia tanah. Kedua aspek tersebut mempengaruhi kesesuaian tumbuh tanaman pertanian. Selain itu, juga dapat diketahui tanaman yang cocok sehingga dapat dipertahankan atau ditambahkan di tapak. Untuk aksesibilitas, dilakukan pemetaan jalur dan pintu masuk dan keluar, keefektifan, dan keefisienan jalur yang akan disesuaikan dengan aktivitas. Tapak akan dibagi berdasarkan pola penggunaan lahan. Pada tiap zonasi akan dilakukan analisis untuk mendapatkan objek dan atraksi yang dapat digunakan untuk kegiatan agrowisata. Objek dan atraksi berasal dari aktivitas pertanian dan sumber daya pertanian yang ada. Selain itu dilakukan analisis untuk mengetahui daya dukung yang akan dikembangkan. Daya dukung yang dihitung adalah daya dukung pengunjung berdasarkan rata-rata dalam m 2 per orang Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003. DD = A S Keterangan: DD = Daya dukung orang A = Area yang digunakan m 2 S = Standar kebutuhan per orang m 2 orang

3.4.4. Sintesis