Pertanian Terpadu TINJAUAN PUSTAKA

9. toilet, dan 10. tempat sampah. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin 1999, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan obyek wisata, antara lain, pengelolaan obyek yang ditawarkan, pengelolaan pengunjung, pengelolaan fasilitas pendukung, keamanan untuk melindungi obyek dan fasilitas, serta keselamatan pengunjung, dan pengelolaan kelembagaan. Pengelolaan diperlukan untuk menjamin keberlanjutan dari aktivitas agrowisata pada tapak.

2.7. Pertanian Terpadu

Sistem pertanian terpadu merupakan konsep LEISA low-external-input and sustainable agriculture, pertanian berkelanjutan yang bermasukan eksternal rendah, sistem buatan yang meniru alam. Pada sistem terdapat upaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal yang tersedia dengan mengombinasikan komponen berbeda, antara lain, tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusianya Tim dosen IPB, 2006. Menurut Reijntjes et al. 1999, LEISA adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang tersedia di tempat seperti tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan lokal, serta tenaga manusia, pengetahuan, dan keterampilan dan layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, disesuaikan dengan budaya, dan adil secara sosial. Sistem pertanian modern yang belum menggunakan sistem pertanian terpadu mengandalkan input dari luar sistem, seperti pupuk kimia, varietas unggul, dan pestisida, yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan mengganggu ekosistem. Untuk menekan laju kerusakan lingkungan, penggunaan masukan luar yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan ditekan dan diarahkan agar sesuai dengan kondisi lingkungan. Untuk menjaga kondisi lingkungan, diperlukan sistem pertanian yang berupaya meminimalkan penggunaan masukan benih, pupuk kimia, pertisida, dan bahan bakar dari luar ekosistem, yang dalam jangka panjang dapat membahayakan kelangsungan hidup pertanian Salikin, 2003. Model LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian yang memperhatikan hal-hal berikut: 1. optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal Tabel 1 yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, ternak, ikan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar; 2. pemanfaatan input luar yang dilakukan hanya jika diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan manusia, serta dalam pemanfaatannya perhatian utama diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan Reijntjes et al, 1999. Sumber Bahan Organik Jenis Bahan Organik Contoh Pemanfaatan Bahan Organik Pertanian Limbah dan residu Jerami dan sekam padi, gulma, daun, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa Limbah dan residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, tepung tulang, cairan proses biogas Pupuk hijau Gliriside, terrano, mukuna, turi, lamtoro, centrosema, albisia Tanaman air Azola, ganggang biru, rumput laut, eceng gondok, dan gulma air lainnya Penambat nitorgen Mikroorganisme, mikoriza, rhizobium, biogas Industri Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, kelapa sawit, pengalengan makanan, pemotongan hewan Limbah cair Alkohol, kertas, bumbu masak MSG, kelapa sawit POME Limbah Rumah Tangga Sampah Tinja, kencing, sampah dapur Setiap ekor kambing dewasa dapat menghasilkan feses 300-500 grhari Sutama dan Budiarsana, 2009. Feses ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang maupun penyubur tanah melalui proses pengomposan karena feses ternak mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Pemberian pupuk kandang Tabel 1. Sumber Bahan Organik yang Umum Dimanfaatkan sebagai Pupuk Sutanto, 2002 pada tanah dapat memberikan dampak positif berupa memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan air tanah dalam mengikat air, mengurangi erosi, memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi kecambah biji dan akar, serta merupakan sumber unsur hara tanaman Setiawan, 2002. Metode LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, melainkan untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. LEISA berupaya mempertahankan dan sedapat mungkin meningkatkan potensi sumber daya alam serta memanfaatkannya secara optimal. Pada prinsipnya, hasil produksi yang keluar dari sistem atau dipasarkan harus diimbangi dengan tambahan unsur hara yang dimasukkan ke dalam sistem tersebut Tim dosen IPB, 2006. Zamora 1995 dalam Salikin 2003 memberikan lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian menjadi berkelanjutan, yaitu 1. kelayakan ekonomis, 2. bernuansa dan bersahabat dengan ekologi, 3. keberterimaan secara sosial, 4. kepantasan secara budaya, dan 5. pendekatan sistem dan holistik. Jenis Ternak Kadar Zat hara dan Air Nitrogen Fosfor Kalium Air Sapi - padat 0,40 0,20 0,10 85 - cair 1,00 0,50 1,50 92 Kambing - padat 0,60 0,30 0,17 60 - cair 1,50 0,13 1,80 85 Domba - padat 0,75 0,50 0,45 60 - cair 1,35 0,05 2,10 85 Ayam 1,00 0,80 0,40 55 Sumber: Pinus Lingga, 1992 dalam Setiawan, 2002 Tabel 2. Kandungan Zat Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang

III. METODE PENELITIAN