kota yang membeli lahan di Kampung Karangsari. Petani pada lahan garapan dan sewaan bekerja pada lahan yang lebih luas dari 1 hektar.
Lahan sewaan merupakan lahan yang disewa oleh petani untuk digarap. Pemilik lahan merupakan orang kota atau warga setempat. Para petani membayar
sewa lahan sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan, yaitu dengan membagi hasil pertanian atau dengan uang sewa per tahun. Kebanyakan pemilik lahan meminta
bayaran berupa berbagi hasil pertanian dengan petani.
Hanya sedikit warga Kampung Karangsari yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena pada umumnya mereka lebih memilih untuk bekerja
setelah lulus sekolah Tabel 9. Hal ini menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah. Untuk membangun area agrowisata diperlukan
tenaga kerja yang terampil. Berdasarkan data yang ada, petani sudah cukup berpengalaman, tetapi masih perlu bimbingan mengenai pertanian terpadu dan
untuk mengambil tenaga kerja selain petani masih memerlukan pelatihan. Untuk menunjang perekonomian, beberapa warga membuat industri
sangkar burung di samping bertani Gambar 21. Industri sangkar burung di Desa Sindangasih berpusat di Kampung Karangsari dan Kampung Kabandungan. Hal
ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisata nonpertanian di Kampung Karangsari. Wisatawan dapat ikut membuat sangkar burung atau membelinya
sebagai oleh-oleh.
Mata Pencaharian Pokok Laki-laki Perempuan
Total
Petani 433
125 558
29,63 Buruh tani
306 225
531 28,20
Pengrajin Industri Rumah Tangga 167
143 310
16,46 Buruh migran
60 164
224 11,90
Pedagang keliling 54
21 75
3,98 Bidan swasta
21 20
41 2,18
Pensiunan PNSTNIPOLRI 17
21 38
2,02 PNS Guru
19 16
35 1,86
Pengusaha kecil dan menengah 27
4 31
1,65 Karyawan perusahaan swasta
15 14
29 1,54
POLRI 6
- 6
0,32 Pengusaha besar
5 -
5 0,27
Total 1130
753 1883
100
Tabel 8. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Sindangasih
4.1.4. Objek dan Atraksi Wisata
Untuk merencanakan suatu kawasan wisata, tersedianya objek dan atraksi wisata yang dapat dinikmati pengunjung merupakan aspek yang penting. Suatu
daerah tujuan wisata harus memiliki objek dan atraksi yang dapat dijual kepada wisatawan Yoeti, 1997. Terdapat tiga kondisi yang harus diperhatikan, yaitu
sesuatu yang dapat dilihat, sesuatu yang dapat dilakukan, dan sesuatu yang dapat dibeli.
Kampung Karangsari memiliki banyak objek wisata yang dapat dikembangkan menjadi wisata pertanian terpadu, mulai dari tersedianya lanskap
pertanian yang bervariasi, lanskap perdesaan, kondisi sosial masyarakat, hingga seluruh aktivitas pertanian yang ada di tapak. Objek yang dimiliki berupa sawah,
ladang, kolam, dan ternak. Pemandangan alam perbukitan yang mengelilingi Kampung Karangsari mendukung potensi Kampung Karangsari sebagai kawasan
wisata.
Tingkat Pendidikan Tertinggi Jumlah
Total Laki-laki
orang Perempuan
orang Orang
Tamat SD 412
398 886
47,79 Tamat SMP
320 319
639 34,47
Tamat SMA 124
123 247
13,32 Tidak tamat SD
20 21
41 2,21
Tamat Perguruan Tinggi 13
18 41
2,21 Total
889 879
1854 100
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Tertinggi Penduduk Desa Sindangasih
Gambar 21. Industri Sangkar Burung di Kampung Karangsari
4.1.4.1 Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Persawahan dan Kebun Sayuran
Sebagian besar lahan Kampung Karangsari digunakan sebagai areal persawahan. Sejauh mata memandang ditemukan hamparan hijau yang
didominasi petakan sawah. Waktu penanaman yang tidak serentak menyebabkan suatu variasi view yang menarik, petak sawah yang baru ditanam berwarna
kehijauan, sedangkan padi yang telah memasuki masa panen akan berwarna kekuningan. Aktivitas petani yang dimulai pada pagi hari hingga sore hari
merupakan suatu pemandangan yang menarik. Mulai dari membajak sawah, menanam padi, memanen padi, membuat orang-orangan sawah, bersantai di
saung, hingga menggiling dan mengemas padi yang telah menjadi beras. Wisatawan yang mengunjungi area ini dapat diharapkan melihat-lihat kegiatan
bertani dan juga ikut serta mencoba berbagai pekerjaan petani. Petani yang menerapkan sistem pertanian terpadu biasanya adalah yang
bertani dengan lahan sewaan atau lahan sendiri, petani tersebut juga memiliki kandang atau kolam. Saat mengolah tanah setelah panen, biasanya jerami
dibiarkan begitu saja, atau disusun sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai mulsa dan penyubur tanah Gambar 22. Untuk sawah dan kebun digunakan
pupuk kompos yang berasal dari limbah saat panen ditambah beberapa sampah organik rumah tangga. Kotoran ternak didaur ulang untuk kolam ikan dan pupuk
kompos. Beberapa petani juga menggunakan sistem mina-padi, yaitu memelihara ikan di lahan sawah. Membuat pupuk kompos dan menangkap ikan di sawah
dapat dijadikan sebagai salah satu atraksi wisata.
Gambar 22. Aktivitas Penggunaan Limbah Pertanian: a Menggunakan Jerami untuk Menyuburkan Tanah b Membuat Kompos
b a
Terdapat dua cara yang digunakan petani dalam mengolah jerami, yaitu dengan membakarnya terlebih dahulu kemudian abunya disebar di lahan atau
dengan menimbun di pinggiran sawah hingga terdekomposisi dan siap digunakan. Cara yang pertama, yaitu dengan dibakar, berisiko menghilangkan beberapa unsur
hara penting dan menyebabkan pencemaran udara yang kurang nyaman apabila tapak akan dikembangkan sebagai area agrowisata. Cara yang kedua, yaitu dengan
menimbun, dapat menyebabkan tumpukan jerami sebagai sarang tikus. Di Kampung Karangsari, hama tikus merupakan masalah yang cukup merugikan
petani. Menurut Sutanto 2002, salah satu solusi penggunaan jerami adalah dengan cara jerami langsung ditinggal di lahan, kemudian jerami tersebut
dibenamkan dengan cara menggaru dan membalik tanah pada saat pengolahan tanah.
Di beberapa petak sawah terletak saung sebagai tempat berteduh petani. Beberapa petak sawah menggunakan orang-orangan sawah untuk menangkal
serangan hama burung. Petani yang menanam padi lahan sendiri akan melakukan pengeringan dan penumbukan padi di halaman atau teras rumah, sedangkan padi
milik perusahaan akan diolah di gudang penyimpanan, seperti tempat pengolahan padi milik PB Sindang Asih yang ada di Kampung Pandan Jaya, di sebelah selatan
Kampung Karangsari. Padi yang selesai diolah di sini biasanya langsung dikemas dalam karung dan dijual.
Selain sawah, terdapat area kebun sayuran tetap ataupun yang merupakan peralihan penggunaan sementara dari sawah Gambar 23. Berbagai varietas
ditanam di area kebun sayuran, seperti terung, cabai, dan kangkung. Tanaman yang digunakan untuk mengganti padi biasanya adalah kacang dan jagung. Area
perkebunan dominan terletak di sebelah timur dan utara tapak. Tapak sebelah utara menyajikan suatu view persawahan dan perkebunan yang menarik sehingga
berpotensi untuk kegiatan santai sambil menikmati pemandangan. Vegetasi pertanian yang ditanam di tapak umumnya adalah tanaman
palawija dan sayuran, dengan komoditi utama berupa padi sawah Tabel 9. Komoditas lainnya adalah jagung, terung, kacang panjang, kangkung, kacang
tanah, dan bawang daun. Di pinggiran sawah dan ladang biasanya para petani menanam pohon kelapa, pisang, atau singkong.