55 ukuran panjang yang sama, hal ini diduga karena pengaruh lingkungan dan
penangkapan. Hasil analisis umur matang gonad terhadap ikan swanggi yang didaratkan di
PPP Labuan, Banten menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian di India yang dilakukan oleh Sivakami et al. 2001 pada spesies satu genus dari
Priacanthus tayenus yaitu Priacanthus hamrur meskipun pada selang kelas panjang yang berbeda. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa umur ikan tersebut
matang gonad pertama kali untuk ikan jantan sebanyak 53.50 berada pada selang kelas panjang 171-180 mm dan sebesar 58 berada pada selang kelas panjang 181-
190 mm, sedangkan pada ikan betina diketahui umur ikan matang gonad pertama kali sebesar 47.57 berada pada selang kelas panjang 182-190 mm dan sekitar 50
berada pada selang kelas panjang 191-200 mm. Umur matang gonad ikan swanggi Priacanthus tayenusyang berada di
perairan Selat Sunda lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan di India, sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Premalatha 1997 di
sepanjang pantai barat daya Indiaikan Priacanthus hamrur yang matang gonad memilki ukuran panjang rata-rata 175 mm untuk jantan dan 190 mm untuk betina.
Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain perbedaan kondisi lingkungan serta spesies. Ikan swanggi Priacanthus teyenus berbeda dengan
spesies Priacanthus hamrur, selain itu perbedaan lintang dapat mengakibatkan perbedaan umur matang gonad, serta adanya pengaruh dari kegiatan penangkapan
yang berlebihan, sebab menurut Jennings et al. 2001 semakin tinggi intensitas penangkapan mengakibatkan ikan-ikan yang belum matang gonad akan matang
gonad lebih awal daripada seharusnya.
4.3. Alternatif Pengelolaan
Ikan swanggi Priacanthus tayenus merupakan ikan karang demersal di perairan Selat Sunda yang memiliki nilai ekonomi dan ekologis. Maka dalam rangka
mempertahankan keberadaannya diperairan aspek pengelolaan ikan swanggi harus diperhatikan.
Berdasarkan hasil kajian aspek reproduksi ikan swanggi yang didaratkan di PPP Labuan Banten, maka pengelolaan yang dapat dilakukan adalah konservasi
secara ekologi dari habitat ikan swanggi. Ikan swanggi di perairan Selat Sunda
56 memiliki habitat yang meliputi spawning ground, feeding ground, dan nursery
ground yang harus dijaga sehingga tetap sesuai sebagai tempat hidup ikan swangg. Penangkapan dilakukan pada wilayah yang bukan merupakan wilayah pemijahan.
Kedua penetapan jumlah tangkapan yang disesuaikan dengan nilai JTB Jumlah Tangkap Boleh yang diizinkan. Ketiga dalam melakukan upaya pengelolaan harus
mempertimbangkan aspek biaya atau ekonomi sehingga hal ini dapat menguntungkan bagi pihak nelayan, maka dapat dilakukan perhitungan jarak dari
fishing base sehingga biaya operasi yang tinggi sebelumnya dapat diperhitungkan dan diminimalisasi. Prinsip pengelolaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sutono 2003 bahwa bentuk-bentuk pendekatan pengelolaan yang dapat dilakukan antara lain pemberlakuan kuota penangkapan. Waktu penangkapan tidak dapat
dibatasi sebab ikan swanggi mengalami musim pemijahan setiap bulan sepanjang tahun.
57
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Ikan swanggi betina matang gonad pada ukuran panjang 173 mm dan ikan jantan pada ukuran panjang 154 mm. Musim pemijahan ikan swanggi terjadi hampir
setiap bulan yaitu Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan Oktober dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Maret dan September. Pola pemijahan ikan
swanggi adalah partial spawner. Ikan swanggi memiliki potensi reproduksi yang cukup besar dengan fekunditas 10.678-835.805 butir.
5.2. Saran
Pengelolaan sumberdaya ikan swanggi yang baik dapat dilakukan jika tersedia data dasar cukup. Maka dari itu dibutuhkan penelitian lanjutan tentang ikan swanggi
di perairan Selat Sunda selama satu tahun yang dilakukan pada musim yang berbeda, serta perlu dilakukan penambahan jumlah ikan contoh sehingga hasil yang
didapatkan akan lebih representatif. Selain itu, data yang diperoleh dalam mengkaji pola reproduksi ikan swanggi diambil secara langsung dari perairan yang merupakan
wilayah penangkapan serta difokuskan hanya kepada ikan-ikan yang berasal dari hasil tangkapan alat tangkap yang tidak selektif yaitu cantrang.