26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum PPP Labuan
PPP Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten merupakan pelabuhan perikanan pantai terbesar di Kabupaten Pandeglang yang didirikan oleh pemerintah
untuk memfasilitasi kegiatan masyarakat maupun nelayan dalam kegiatan perikanan. Lokasi PPP Labuan berada pada titik koordinat 06°24’30’’LS dan 105°49’15’’BT
Kartika 2007. Kondisi curah hujan rata-rata tahunan di PPP Labuan adalah sebesar
1.814 mm, sedangkan hari hujan rata-rata tahunan sebesar 101 hari. Musim hujan pada umumnya jatuh pada bulan Januari, Februari, Maret, November, dan Desember
dengan curah hujan rata-rata 374 mmbulan. Musim kemarau jatuh pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober dengan curah hujan 209 mmbulan
Kartika 2007. PPP Labuan terdiri dari TPI 1 dan TPI 3 yang berada di muara sungai
Cipunteun, serta TPI 2 yang berada di tepi pantai terbuka. Jenis kapal motor yang dioperasikan di TPI 1 dan TPI 3 berukuran 0-5 GT dan 5-10 GT yang merupakan
pelabuhan bagi armada kapal obor, rampus, dan cantrang, sementara kapal motor yang dioperasikan di TPI 2 berukuran lebih dari 10 GT karena merupakan pelabuhan
bagi armada kapal purse seine, dengan operasi penangkapan terjadi sepanjang tahun baik musim barat maupun musim peralihan. Kondisi daerah penangkapan yang
terhalang oleh pulau-pulau kecil membantu nelayan melakukan operasi penangkapan karena terlindung dari pengaruh gelombang Kartika 2007.
4.1.2. Kondisi perikanan Swanggi di PPP Labuan
Ikan swanggi Priacanthus tayenus merupakan salah satu ikan hasil tangkapan yang bersifat komersial dan banyak didaratkan di PPP Labuan, hal ini
dibuktikan dengan selalu terdapatnya ikan swanggi pada bulan-bulan pengamatan yaitu pada bulan Maret sampai Oktober 2011. Ikan swanggi menempati urutan
kelima hasil tangkapan terbanyak ikan-ikan demersal. Berikut ini merupakan diagram data hasil tangkapan dominan di PPP Labuan Banten Gambar 4.
27
Gambar 4. Komposisi hasil tangkap ikan demersal kecil di Labuan Sumber: Wulandari 2012
Daerah penangkapan ikan swanggi adalah di sekitar pulau-pulau kecil misalnya Pulau Liwungan, Pulau Sebesi, Pulau Panaitan, dan Pulau Papole.
Penangkapan ikan swanggi menggunakan alat tangkap cantrang yang dioperasikan dengan kapal motor berukuran 6-24 GT dan jaring rampus menggunakan kapal
motor berukuran 2-6 GT. Cantrang memiliki ukuran mata jaring bagian kantong adalah 1.5
–3 inchi dan ukuran mata jaring bagian selambar adalah 8 inchi, sedangkan ukuran mata jaring rampus 2 inchi.
4.1.3. Hubungan panjang bobot
Hubungan panjang dan bobot dianalisis untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan swanggi Priacanthus tayenus. Panjang dan bobot memiliki hubungan
keeratan yang digambarkan oleh r koefisien korelasi dan R
2
koefisien determinasi. Gambar 5 merupakan grafik pola pertumbuhan ikan swanggi
Priacanthus tayenus.
a b
Gambar 5. Hubungan panjang bobot betina a dan jantan b
24.70
23.43 23.04
13.70 8.25
6.89 Kue
Kurisi Kuniran
Kapasan Swanggi
Jolod
W= 0.00013L
2.56
R² = 0.85
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00
100 200
300
bobot g ra
m
panjang mm
W = 0.001L
2.05
R² = 0.90
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00
100 200
300
bobot g ra
m
panjang mm
28 Berdasarkan grafik diatas didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot
untuk ikan swanggi betina adalah W = 0.00013L
2.56
dan ikan swanggi jantan adalah W = 0.001L
2.05
. Nilai b pada ikan swanggi betina sebesar 2.56 sedangkan pada ikan swanggi jantan sebesar 2.05, keduanya menunjukkan besarnya nilai b yang kurang
dari 3, Setelah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa nilai b ≠ 3, hal ini memaksudkan bahwa pola pertumbuhan ikan swanggi betina dan
jantan bersifat allometrik negatif yang artinya pertumbuhan panjang lebih dominan daripada pertumbuhan bobot.
Koefisien determinasi pada ikan betina sebesar 0.85, artinya variabel panjang ikan betina dapat menjelaskan bobot sebesar 85 dan pada ikan jantan sebesar 0.90
artinya variabel panjang ikan jantan dapat menjelaskan bobot sebesar 90, sedangkan besarnya r koefisien korelasi panjang dan bobot untuk ikan betina
sebesar 0.92 dan untuk ikan jantan sebesar 0.95. Nilai koefisien korelasi tersebut yang nilainya lebih besar dari 0.8 ini baik pada ikan swanggi betina maupun jantan
menunjukkan bahwa hubungan antara panjang dan bobot adalah sangat erat.
4.1.4. Faktor kondisi