Nisbah kelamin Aspek Biologi Reproduksi 1. Faktor kondisi

6 mempengaruhi kondisi ikan. Apabila faktor kondisi kurang baik dapat diindikasikan bahwa populasi terlalu padat, atau sebaliknya jika kondisi baik hal tersebut memungkinkan terjadi pengurangan populasi sehingga menyebabkan meningkatnya ketersediaan makanan Effendie 1979. Faktor kondisi dapat mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain indeks relatif penting makanan IP dan indeks kematangan gonad IKG. Berdasarkan Effendie 2002 peningkatan faktor kondisi dapat berhubungan dengan perubahan makanan ikan yang berasal dari ikan pemakan plankton menjadi ikan karnivora. Selain itu, khususnya pada ikan betina faktor kondisi yang tinggi dikarenakan ikan sedang mengisi gonadnya dengan cell sex dan mencapai puncak sebelum pemijahan selanjutnya energi yang diperoleh digunakan untuk pertumbuhan, maka IKG tinggi dapat mengindikasikan musim pemijahan Harahap Djamali 2005 in Triana 2011, namun pada saat makanan berkurang cadangan lemak digunakan oleh ikan sebagai sumber energi selama proses pematangan gonad dan pemijahan sehingga mengakibatkan penurunan faktor kondisi.

2.3.2. Nisbah kelamin

Nisbah kelamin didefinisikan sebagai perbandingan jumlah ikan jantan dengan ikan betina dalam suatu populasi Effendie 2002. Suatu populasi ideal memiliki proporsi kelamin 1:1 artinya proporsi jantan sebanding dengan proporsi betina dengan persentase 50 jantan dan 50 betina Ball Rao 1984 in Adisti 2010. Nisbah kelamin bervariasi menurut jenis ikan di dalam kelompok umur dan ukuran, sehingga dapat mencerminkan hubungan antara jenis ikan tersebut dengan lingkungannya Sulistiono et al. 2001a. Rahardjo 2006 menyatakan bahwa nisbah kelamin di daerah tropis seperti Indonesia bersifat variatif dan menyimpang dari 1:1. Kondisi ideal tersebut sering menyimpang kerena beberapa faktor, baik yang bersifat eksternal maupun internal. Menurut Effendie 2002 faktor eksternal berupa ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan sedangkan faktor internal berupa tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbuhannya. Perbedaan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap berkaitan dengan pola tingkah laku ruaya ikan, baik untuk memijah maupun mencari makan, pada 7 waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina Sulistiono et al. 2001b. Sebab menurut Nikolsky 1963 ikan betina lebih aktif mencari makanan untuk menutrisi tubuhnya agar perkembangan gonad dapat berkembang dengan baik dan menghasilkan telur yang baik pula. Namun pada suatu kondisi, intensitas ruaya dapat berkurang jika terjadi heterogenitas lingkungan sehingga yang terjadi adalah optimalisasi habitat Jennings et al. 2001. Kelestarian suatu populasi dapat dipertahankan jika rasio antara ikan jantan dengan betina adalah sama atau ikan betina lebih banyak jumlahnya di perairan Purwanto et al. 1986 in Sulistiono et al. 2001b. Sebab menurut Saputra et al. 2009 keseimbangan perbandingan jumlah individu antara jantan dan betina akan mengakibatkan peluang pembuahan sel telur oleh spermatozoa sampai menjadi individu baru akan semakin besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sivakami et al. 2001 selama periode pengambilan contoh yang dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember tahun 1996 sampai dengan 1999 diketahui bahwa dominasi Priacanthus hamrur betina melimpah pada setiap bulan pengambilan contoh kecuali April, Juli, dan Desember, sedangkan berdasarkan Premalatha 1997 nisbah kelamin dari ikan Priacanthus hamrur di pantai barat daya India didominasi oleh ikan betina setiap bulannya, kecuali Juli.

2.3.3. Tingkat kematangan gonad