28 Berdasarkan grafik diatas didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot
untuk ikan swanggi betina adalah W = 0.00013L
2.56
dan ikan swanggi jantan adalah W = 0.001L
2.05
. Nilai b pada ikan swanggi betina sebesar 2.56 sedangkan pada ikan swanggi jantan sebesar 2.05, keduanya menunjukkan besarnya nilai b yang kurang
dari 3, Setelah dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji t, diketahui bahwa nilai b ≠ 3, hal ini memaksudkan bahwa pola pertumbuhan ikan swanggi betina dan
jantan bersifat allometrik negatif yang artinya pertumbuhan panjang lebih dominan daripada pertumbuhan bobot.
Koefisien determinasi pada ikan betina sebesar 0.85, artinya variabel panjang ikan betina dapat menjelaskan bobot sebesar 85 dan pada ikan jantan sebesar 0.90
artinya variabel panjang ikan jantan dapat menjelaskan bobot sebesar 90, sedangkan besarnya r koefisien korelasi panjang dan bobot untuk ikan betina
sebesar 0.92 dan untuk ikan jantan sebesar 0.95. Nilai koefisien korelasi tersebut yang nilainya lebih besar dari 0.8 ini baik pada ikan swanggi betina maupun jantan
menunjukkan bahwa hubungan antara panjang dan bobot adalah sangat erat.
4.1.4. Faktor kondisi
Faktor kondisi merupakan suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan Lagler 1961 in Effendie 1979. Berikut adalah grafik faktor kondisi ikan swanggi
betina dan jantan berdasarkan selang kelas ukuran panjang Gambar 6.
Gambar 6. Faktor kondisi betina berdasarkan selang kelas panjang
0.4 0.8
1.2 1.6
2
F aktor
kondis i
selang kelas panjang mm
29
Gambar 7. Faktor kondisi jantan berdasarkan selang kelas panjang Berdasarkan grafik faktor kondisi diatas diketahui bahwa faktor kondisi rata-
rata ikan swanggi jantan lebih tinggi dibandingkan dengan ikan swanggi betina. Faktor kondisi rata-rata terbesar ikan swanggi betina terletak pada kisaran panjang
181-199 mm dengan nilai 1.05 dan ikan swanggi jantan berada pada kisaran panjang 162-180 mm dengan nilai 1.75.
Selain faktor kondisi rata-rata ikan swanggi yang diamati berdasarkan selang kelas ukuran panjang, Berikut ini disajikan grafik faktor kondisi rata-rata swanggi
betina dan jantan berdasarkan bulan pengamatan Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Faktor kondisi betina berdasarkan bulan pengamatan
0.4 0.8
1.2 1.6
2
F aktor
kondis i
selang kelas panjang mm
0.5 1
1.5 2
2.5
F aktor
kondis i
Bulan Pengamatan
30
Gambar 9. Faktor kondisi jantan berdasarkan bulan pengamatan Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa ikan swanggi betina dan ikan
swanggi jantan mengalami fluktuasi terhadap faktor kondisi, pada ikan swanggi betina dan ikan swanggi jantan faktor kondisi rata-rata tertinggi terdapat pada bulan
Juli, untuk ikan swanggi betina faktor kondisi rata-rata sebesar 1.15 dan pada ikan swanggi jantan sebesar 2.01.
4.1.5. Nisbah kelamin
Nisbah kelamin hasil tangkapan merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina. Di bawah ini merupakan proporsi hasil tangkapan ikan contoh
pada ikan swanggi Priacanthus tayenus disetiap bulan pengamatan dan proporsi total ikan swanggi selama delapan bulan pengamatan.
Gambar 10. Nisbah kelamin berdasarkan bulan pengamatan
0.5 1
1.5 2
2.5
F aktor
kondis i
Bulan Pengamatan
20 40
60 80
100
P
ropor si j
enis
Bulan Pengamatan Betina
Jantan
31 Berdasarkan Gambar 10 terdapat variasi komposisi hasil tangkapan antara
betina dan jantan berdasarkan waktu pengamatan, yaitu selama delapan bulan. Ikan betina lebih dominan tertangkap dibandingkan ikan jantan. Persentase tertinggi hasil
tangkapan ikan betina terdapat pada bulan Maret sebesar 83.08 dan terendah terdapat pada bulan September sebesar 24. Persentase tertinggi hasil tangkapan
ikan jantan terdapat pada bulan September sebesar 76 dan terendah pada bulan Maret sebesar 16.92. Sedangkan proporsi kelamin ikan swanggi secara total,
dengan jumlah ikan contoh 478 ekor diperlihatkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Nisbah kelamin total Proporsi hasil tangkapan di atas didasarkan pada total ikan contoh yang
diambil selama delapan bulan pengamatan, dapat terlihat bahwa ikan betina lebih banyak tertangkap dibandingkan dengan ikan jantan, dengan proporsi ikan betina
sebesar 51.26 atau sekitar 245 ikan dan ikan jantan sebesar 48.75 atau sekitar 233 ekor dari 478 jumlah ikan contoh total. Nisbah kelamin ikan swanggi secara
total antara jantan dengan betina adalah 1: 1.05. Selain nisbah kelamin yang diamati berdasarkan bulan pengamatan, dan secara total. berikut ini disajikan nisbah kelamin
atau proporsi hasil tangkapan ikan swanggi pada TKG IV sampai TKG VI mature dan ripe Gambar 12.
48.74 51.26
jantan betina
32
Gambar 12. Nisbah kelamin TKG IV sampai VI Berdasarkan Gambar 12 ikan swanggi betina matang gonad banyak tertangkap
pada bulan Maret dan sedikit ditemukan pada bulan April dan Juli. Ikan swanggi jantan matang gonad banyak tertangkap pada bulan September dan sedikit
ditemukan pada bulan Oktober. Pada bulan Oktober komposisi proporsi hasil tangkapan ikan swanggi betina dengan jantan yang matang gonad adalah sama yaitu
50. Nisbah kelamin ikan swanggi yang telah matang gonad antara jantan dengan betina sebesar 1: 1.29.
4.1.6. Tingkat kematangan gonad