maka tingkat penangkapan informasi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penerima program dari perusahaan akan semakin tinggi. Penangkapan informasi
pada sasaran program dan pelaksanaan program akan mempengaruhi tahap pembentukan citra berikutnya yaitu tingkat perhatian terhadap program. Perhatian
pada program kemudian berpengaruh pada pemahaman yang dimiliki sasaran program terhadap pembentukan citra.
5.2.1. Tingkat Penangkapan Informasi Exposure
Dalam penelitian ini, tingkat penangkapan informasi dinilai dari sejauh mana sasaran program mengetahui atau menyadari adanya implementasi program
PLTMH. Tingkat penangkapan informasi digunakan untuk melihat informasi yang dimiliki responden tentang program PLTMH di Lebak Picung, hingga sejauh
mana responden mengetahui tentang PLN dan upaya yang dilakukan PLN. Sebanyak dua belas responden 23 persen menyatakan sangat mengetahui
program PLTMH yang dilakukan oleh PLN di Lebak Picung, hal ini ditunjukkan dari informasi yang mereka miliki tentang daya yang dihasilkan dari PLTMH
Lebak Picung, pentingnya menjaga hutan agar debit air tetap terjaga, kelembagaan untuk mengelola PLTMH, hingga pentingnya menjaga kebersihan sungai. Empat
puluh responden lain 77 persen sekedar mengetahui program PLTMH yang dilakukan PLN di Lebak Picung. Secara garis besar seluruh responden
mengetahui program PLTMH yang dilakukan oleh PLN di Lebak Picung khususnya melalui sosialisasi yang dilakukan sebelum program dijalankan.
Terdapat empat responden 8 persen menyatakan lebih mengenal PLN setelah adanya PLTMH, responden ini menyatakan bahwa sebelumnya tidak tahu
tentang PLN, namun setelah adanya PLTMH di Lebak Picung mereka mengetahui bahwa PLN merupakan perusahaan yang berjasa dalam penyediaan listrik.
Sebanyak 36 responden 69 persen menyatakan bahwa sebelumnya telah mengenal PLN namun setelah adanya PLTMH, informasi yang dimiliki tentang
PLN semakin banyak. Sedangkan dua belas responden lain 23 persen menyatakan bahwa PLTMH tidak mengubah pengetahuan yang dimiliki tentang
PLN, dimana keduabelas responden ini mengenal PLN tidak melalui adanya PLTMH yang ada di lokasi mereka tinggal.
Sebanyak enam responden 12 persen menyatakan bahwa PLN secara sangat kontinu menjalankan program PLTMH di Lebak Picung, menurut mereka
hal ini dibuktikan dari bentuk nyata yang dilakukan PLN dengan membangun PLTMH, walaupun PLTMH sempat mati beberapa bulan, namun responden
berpendapat bahwa hal ini lebih dikarenakan debit air sungai yang rendah. Empat puluh tiga responden 83 persen menyatakan bahwa PLN terus menerus
menjalankan program PLTMH, responden berpendapat bahwa selama PLTMH masih mengalirkan listrik memberikan pasokan listrik maka PLN masih tetap
menjalankan program pemberdayaan melalui PLTMH, dan tiga responden lain 5 persen berpendapat bahwa PLN masih belum terus menerus menjalankan
PLTMH karena tidak ada pengontrolan yang dilakukan oleh pihak PLN dan saat membeli alat baru untuk PLTMH, warga harus mencari sendiri ke Bandung,
menurut mereka PLTMH yang ada juga sempat mengalami kematian sehingga menunjukkan bahwa PLN belum secara terus menerus menjalankan program
PLTMH. Sebanyak empat responden 8 persen menyatakan sangat mengetahui
bahwa PLTMH merupakan salah satu bentuk komunikasi PLN dengan masyarakat, bahkan menurut responden, PLTMH tidak hanya sekedar sebagai
sarana komunikasi yang dilakukan perusahaan, namun juga memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. empat puluh tiga responden 83 persen hanya sekedar
mengetahui bahwa PLTMH sebagai salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan PLN dengan masyarakat, sedangkan lima responden 9 persen menyatakan
kurang mengetahui bahwa PLTMH merupakan bentuk komunikasi PLN dengan masyarakat.
Sebanyak delapan responden 15 persen menyatakan sangat mengetahui program pemberdayaan yang dilakukan oleh PLN melalui PLTMH dari sosialisasi
yang dilakukan ke Lebak Picung, sedangkan 44 responden lain 85 persen lain mengetahui informasi tentang program PLTMH melalui sosialisasi yang
dilakukan ke Lebak Picung. Sosialisasi ini dilakukan dengan bantuan mitra yaitu Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor. Seluruh responden
mengetahui tentang PLTMH dari sosialisasi yang dilakukan kepada sasaran program. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan dengan sengaja
yaitu melalui sosialisasi mempengaruhi tingkat penangkapan informasi sasaran program.
Tiga belas responden 25 persen sangat setuju bahwa listrik mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik, melalui kemudahan yang didapatkan
dengan adanya alat elektronik, hingga pekerjaan yang bisa dilakukan dengan adanya listrik sehingga bisa menambah penghasilan keluarga, salah satunya yaitu
dari home industry pembuatan meubel. Sedangkan 38 responden 73 persen setuju bahwa listrik mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan satu
orang responden 2 persen tidak setuju karena walaupun listrik memberikan dampak yang positif, namun dengan adanya listrik kebutuhan hidup juga ikut
meningkat. Tabel 16. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Penangkapan
Informasi Exposure.
No. Tingkat Penangkapan Informasi skor
Jumlah N
Persen
1 Rendah ≤11
2 Sedang 12-18
32 62
3 Tinggi ≥19
20 38
Jumlah 52
100 Berdasarkan data Tabel 16 diketahui bahwa sebanyak dua puluh responden
responden 38 persen memiliki skor keseluruhan di atas 19 yang berarti mereka memiliki informasi yang tinggi tentang program PLTMH maupun PLN sebagai
perusahaan penyelenggara PLTMH. Tiga puluh dua responden 62 persen memiliki skor 12-18 yang berarti memiliki cukup informasi atau tingkat
penangkapan informasi sedang tentang program PLTMH. “...sebelumnya ya nggak tau kalau ada PLN, baru pas ada PLTMH
tahu tentang PLN....” Sgn, 47 tahun
Meskipun sebagian responden menilai bahwa PLN belum menjalankan program PLTMH secara terus menerus karena tidak adanya pengontrolan yang dilakukan
perusahaan ke Lebak Picung, namun secara keseluruhan responden memiliki informasi yang memadai tentang program PLTMH.
5.2.2. Tingkat Perhatian Attention