dari laba perusahaan setelah pajak. PLN sendiri memiliki divisi khusus untuk menangani kegiatan CSR perusahaan.
Pelaksanaan kegiatan CSR PLN dilakukan untuk mencapai terwujudnya keharmonisan hubungan antara PLN dengan masyarakat sehingga akan
menunjang keberhasilan kegiatan perusahaan dalam menyediakan tenaga listrik bagi masyarakat. Sejalan dengan visi ini dilakukan dengan membantu
pengembangan kemampuan masyarakat agar dapat berperan dalam pembangunan; berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang dilakukan
dengan cara community empowering; berperan aktif dalam mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan; berperan aktif dalam mendorong tersedianya
tenaga listrik untuk meningkatkan kualitas hidup dengan jalan penggunaan listrik pada siang hari untuk Industri Rumah Tangga dan pengembangan desa mandiri
energi; berperan aktif dalam menjaga kesinambungan lingkungan melalui pelestarian alam.
4.1.2. Model Program CSR PLN
Program CSR PLN dilakukan dengan:
a. Program Kemitraan PK
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil selanjutnya disebut Pembinaan UKM atau Program Kemitraan PK yang merupakan program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Adapun dana PK bersumber dari:
1. Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1 persen sampai dengan 3 persen. 2. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program
Kemitraan setelah dikurangi beban operasional. 3. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
Program Kemitraan merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility CSR. PT PLN
Persero memberikan kepada Mitra BinaanMasyarakat berupa penyediaan tenaga listrik di area sekitar kegiatan Perusahaan serta mempunyai obyek Mitra
Binaan yaitu Usaha Mikro Kecil dan Koperasi UKM. Pada tahun 2009, jumlah mitra binaan adalah 35.644 dengan total penyaluran sebesar Rp 252.823.646.534,-
b. Program Bina Lingkungan
Program ini dilakukan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha PLN dalam bentuk kegiatan berupa Community Relation,
Community Service, Community Empowerment serta bantuan pelestarian alam.
Jenis kegiatan program bina lingkungan adalah sebagai berikut: 1. Community Relations: adalah kegiatan-kegiatan menyangkut pengembangan
kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada Para Pihak yang terkait pemangku kepentingan
2. Community Services : adalah program bantuan yang diberikan dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan umum.
Dana Program Partisipasi Pemberdayaan Lingkungan untuk tahun 2008 sebesar Rp 45.000.000.000,-
c. Lingkungan Hidup
PLN dalam menjalankan kegiatan bisnisnya berusaha untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup. Program kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan PLN di bidang lingkungan hidup, antara lain:
•
Melaksanakan kebijakan umum perusahaan bidang lingkungan hidup.
•
Mengikuti program peduli lingkungan globalpelaksanaan Clean Development Mechanism
CDM.
•
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Sebanyak 34 unit PLN tersebar diseluruh Indonesia telah mendapat sertifikat ISO 14001 dan sebanyak 12 Unit telah mendapat sertifikat Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja SMK3.
4.1.3. Community Relations
PLN melihat Community Relation sebagai kegiatan – kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi
kepada para pihak yang terkait stakeholder. Misalnya: pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait,
untuk peningkatan hubungan baik dengan kelompok masyarakat dan pemerintah setempat; bantuan konsultasi publik; serta bantuan penyuluhan.
Bentuk nyata community relations dilakukan juga melalui program Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMH. Pengadaan listrik tidak
terlepas dari sumber daya yang dimiliki. PLN dengan sejumlah pembangkit listriknya mampu menyinari hampir seluruh kawasan nusantara. Tenaga alternatif
yang tersedia bisa menjadi solusi untuk mendapatkan tenaga listrik di daerah yang belum terjangkau oleh listrik. Selain itu, pasokan tenaga listrik memakai energi
yang tidak dapat diperbaharui seperti Bahan Bakar Minyak BBM dan Batu Bara yang mengalami lonjakan harga bisa membuat PLN defisit, bahkan krisis listrik.
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan energi alternatif sangat diperlukan untuk memenuhi kuota listrik dan
penghematan sumber daya, yaitu melalui program biogas, bio metan, serta PLTS, dan PLTMH.
PLTMH dilakukan dengan cara community empowering yaitu melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan hingga pengelolaan. Tujuan pelibatan
masyarakat secara langsung dalam pelaksanaan PLTMH adalah untuk meningkatkan rasa kepemilikan terhadap PLTMH sehingga masyarakat bisa
mandiri dalam mengelola dan menjaganya. Lokasi PLTMH bantuan CSR PLN di Gunung Halimun Salak Banten
terdapat di delapan lokasi, yaitu di Desa Adat Susunan Karang Asem dengan kapasitas 25 kW, Dusun Kampung Sawah dengan kapasitas 6 kW yang menerangi
40 KK, Dusun Bojong Cisono dengan kapasitas 6 kW yang mampu menerangi 70 KK, Dusun Cibadak dengan kapasitas 6 kW yang menerangi 266 KK, Dusun
Cisuren dengan kapasitas 2x6 kW menerangi 120 KK, Dusun Ciawi dengan kapasitas 6 kW untuk menerangi 180 KK, Dusun Leuwi Gajah dengan kapasitas
2x6 kW mampu menerangi 70 KK, dan Dusun Lebak Picung dengan kapasitas 10 kW mampu menerangi 52 KK. Penelitian ini memfokuskan pada PLTMH yang
terdapat di Dusun Lebak Picung.
4.1.4. Program Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro PLTMH Lebak Picung
Pelaksanaan kegiatan CSR perusahaan melalui program PLTMH di Lebak Picung dilakukan PLN dengan bermitra dengan pihak lain. Organisasi pelaksana
program PLTMH dan program pendukung dalam rangka menyelenggarakan CSR PLN di Lebak Picung adalah Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH IPB.
Tim pelaksana kegiatan terdiri dari penanggung jawab yang dipimpin secara langsung oleh ketua PPLH-IPB, dengan bagian Pengembangan Energi
Terbarukan, Pengelolaan DAS dan Sumberdaya Lahan, Kelembagaan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, 2 asisten tenaga ahli, 2 pendamping masyarakat, serta
pegawai administrasi. Program ini sepenuhnya dilakukan oleh PPLH dengan pendanaan dari PLN. Tahapan pelaksanaan program diawali dengan survey lokasi
pada daerah dengan potensi sungai dan belum mendapatkan listrik, dan Lebak Picung merupakan daerah yang belum mendapatkan aliran listrik dari PLN dan
memiliki potensi untuk dikembangkan PLTMH. Survey lokasi dan pendekatan dengan warga dimulai dari akhir tahun 2008. Pelaksanaan kegiatan CSR PLN
dengan program PLTMH dimulai dengan melakukan identifikasi lokasi dan kelembagaan yang ada di daerah tersebut, dilanjutkan dengan survey teknis terkait
perencanaan PLTMH, dalam masa survey dilakukan juga pendampingan. Selama masa perencanaan pembangunan PLTMH juga dilakukan
pembentukan kelembagaan yang diperlukan terutama terkait pengelolaan PLTMH. Kelembagaan menjadi aspek penting untuk menunmbuhkan kepedulian
dan kemandirian dari masyarakat untuk mengelola PLTMH, sehingga ketika tidak lagi dilakukan pendampingan masyarakat bisa secara mandiri mengelola PLTMH.
Pembangunan PLTMH dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat kemudian juga diberikan pelatihan penggunaan dan perawatan PLTMH. Sumber
energi yang dihasilkan PLTMH sangat bergantung dengan persediaan debit air yang tentunya juga tergantung dengan kondisi hutan di sekitar Lebak Picung.
Berkaitan dengan hal tersebut PLN melalui PPLH juga melakukan pelatihan rehabilitasi hutan dan lahan, pengumpulan bibit dari dalam hutan, pembibitan,
serta penanaman. Pengembangan ekonomi produktif juga dilakukan agar masyarakat dapat memanfaatkan listrik pada siang hari untuk membantu
pemasukan rumah tangga. Melalui identifikasi potensi di Lebak Picung, sumber energi listrik dari PLMTH bisa digunakan untuk proses pembuatan gula semut
yang merupakan proses lebih lanjut dari pengolahan gula aren, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. Program pendukung PLTMH yaitu
pengembangan ekonomi produktif dan rehabilitasi hutan dan lahan dijalankan sampai proyek kerjasama antara PPLH dan PLN selesai, namun sayangnya
pengembangan ekonomi produktif melalui pembuatan gula tidak dilakukan lagi oleh masyarakat. Tidak adanya pendampingan membuat program lain yang
ditujukan agar masyarakat mampu meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfaatkan listrik PLTMH pada siang hari ternyata tidak berkelanjutan.
Kelembagaan yang ditujukan untuk mengelola penggunaan dan perawatan PLTMH berlangsung secara kontinu. Masyarakat memiliki jadwal jaga rutin tiap
malam dan terdapat sistem pembayaran tiap bulan untuk uang kas yang ditujukan untuk perawatan peralatan PLTMH.
Setelah melewati masa perencanaan, pembangunan, running-test, serta pendampingan selama tahun 2009, PLTMH resmi menjadi pembangkit listrik bagi
masyarakat Lebak Picung pada tahun 2010 hingga saat ini. Selama tahun 2010, PLTMH mengalami kematian selama 4 bulan karena debit air sungai
Ciambulaung yang sedikit saat musim hujan. Pendampingan pada masyarakat telah berakhir sesuai dengan kerjasama yang dilakukan pendamping dan
pelaksana program yaitu PPLH IPB dengan pihak perusahaan yaitu PLN. Sayangnya pendampingan ini sudah tidak dijalankan saat masyarakat belum
sepenuhnya mandiri. Terdapat informasi yang belum dimiliki sasaran program seperti teknis penggantian alat oleh PLN jika terjadi kerusakan pada PLTMH.
Program pemberdayaan yang dilakukan dengan bekerjasama dengan mitra memang memberikan manfaat bagi perusahaan, yaitu program dijalankan dengan
melibatkan ahli-ahli dalam bidangnya. Namun sayangnya komunikasi yang dilakukan oleh mitra sebagai tangan kanan perusahaan justru membuat sasaran
program lebih mengenal organisasi mitra pelaksana dibanding PLN. Tidak adanya komunikasi secara langsung yang dilakukan PR PLN juga membuat informasi
tentang perusahaan tidak sepenuhnya dimiliki sasaran program.
4.2. Kondisi Geografis
Kampung Lebak Picung merupakan daerah yang terletak di perbatasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS dan sebagian wilayahnya
berada di dalam kawasan taman nasional. Kampung Lebak Picung awalnya adalah kawasan hutan. Pertama kali hutan ini dibuka oleh orang-orang dari kampung
Cidikit dan Pasir Nangka yang berjumlah 6 orang. Pembukaan lahan awalnya disebabkan oleh perintah dari “carios aki” orang yang dituakan dalam
kasepuhan untuk membuka lahan baru sebagai tanah cadangan. Pembukaan lahan dilakukan pada saat penjajahan Jepang, karena saat itu dikhawatirkan tanah yang
ditempati menjadi tidak aman, maka dibutuhkan tanah cadangan untuk bermukim. Kemudian tempat ini berkembang menjadi sebuah kampung yang didiami oleh
keturunan para pembuka lahan. Handini, 2010
Sumber: Handini 2010
Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian.
Kampung Lebak Picung berada dalam wilayah Desa Cibeber yang saat ini berubah menjadi Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak.
Lokasi Penelitian
Labakpicung secara administratif masuk ke RW 04 Desa Hegarmanah dengan luas wilayah 230,98 ha, dan hanya 6,41 persen atau 14,81 ha saja yang didirikan
bangunan. Berdasarkan data Tabel 3 juga menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Lebak Picung di dominasi oleh hutan dan kebun campuran. Handini
2010 mengungkapkan bahwa 70,48 persen wilayah Lebak Picung atau sekitar 162,8 ha wilayah kampung berada di kawasan TNGHS. Adapun batas-batas
kampung yaitu, bagian utara berbatasan dengan Desa Ciusul, bagian barat berbatasan dengan kampung Karangropong dan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, dan bagian selatan serta timur berbatasan dengan TNGHS yang dibatasi oleh sungai Ciambulaung.
Tabel 3. Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun 2007.
No Tipe Penutupan
Lahan Luas Penutupan Lahan
Kawasan TNGHS
Luar Kawasan TNGHS
Total ha
persen ha
persen ha
persen
1 Hutan
25,37 51,66
23,74 48,34
49,11 21,26
2 Kebun Campuran
62,29 80,56
15,03 19,44
77,32 33,47
3 Semak
9,8 87,38
1,42 12,62
11,22 4,86
4 Ladang
24,39 81,16
5,66 18,84
30,06 13,01
5 Sawah
18,19 68,44
8,39 31,56
26,57 11,5
6 Lahan Terbuka
5,88 47,79
6,43 52,21
12,31 5,33
7 Lahan Terbangun
11,22 75,74
3,59 24,26
14,81 6,41
8 Badan Air
3,38 54,39
2,83 45,61
6,21 2,69
9 Tidak Ada Data
2,29 67,74
1,09 32,26
3,38 1,46
Total 162,81
614,86 68,17
285,14 230,98
100
Sumber: Handini 2010
Kampung Lebak Picung terletak di lembah yang dapat di akses melalui jalan berbatu dengan lebar 1,5 – 2 m diantara jurang dan tebing. Akses jalan menuju
Lebak Picung dapat dilalui dengan kendaraan sepeda motor atau berjalan kaki. Perjalanan dari kampung terdekat Kampung Hegarmanah ke Kampung Lebak
Picung adalah sekitar 20 menit dengan sepeda motor atau 1 jam dengan berjalan kaki. Hal ini dikarenakan kondisi jalan yang masih terbuat dari bebatuan dengan
kemiringannya cukup terjal.
Rumah-rumah penduduk umumnya didirikan dipinggir-pinggir Sungai Ciambulaung di sekitar perbukitan yang mengitari lembah. Adanya potensi sungai
di Lebak Picung dan sebagian besar wilayahnya masih di dominasi dengan hutan dan pepohonan membuat daerah ini menjadi daerah yang memiliki potensi untuk
dikembangkan PLTMH.
4.3. Kondisi Sosial