Pengeluaran Pembangunan APBD Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan

Hal ini menunjukkan realisasi pengeluaran APBD yang diproporsi berdasarkan jumlah penduduk memberikan andil yang cukup besar dalam pengentasan kemiskinan. Besaran nilai realisasi pengeluaran APBD perkapita menggambarkan kemampuan daerah dalam segi pendanaan dalam rangka dalam pembangunan daerah termasuk untuk mengatasi masalah kemiskinan. Semakin besar nilai realisasi pengeluaran APBD berarti semakin besar pula peran pemerintah daerah dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan fasilitas pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan terutama untuk penduduk miskin. Selain itu, realisasi pengeluaran APBD juga menjadi stimulus dan motor penggerak bagi seluruh sektor perekonomian daerah agar dapat tumbuh dengan lebih cepat. Penyusunan anggaran yang efisien sangat penting karena berkaitan erat dengan berbagai sektor perekonomian. Kontribusi APBD dalam pembangunan daerah selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, juga untuk menciptakan stabilitas ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Alokasi anggaran dalam APBD merupakan salah satu instrumen pemerintah untuk menjalankan peranannya dalam perekonomian sebagai fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi alokasi berkaitan dengan upaya pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya dalam perekonomian. Kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan penduduk terutama yang tidak bisa dipenuhi oleh pasar. Penyediaan dengan alokasi anggaran pengeluaran ini sangat vital karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan berpengaruh terhadap mobilitas penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik untuk memperlancar aktivitas pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, pengeluaran untuk membangun infrastruktur jalan, jembatan, saluran irigasi, pasar, sarana pendidikan dan kesehatan serta sarana publik lainnya. Upaya ini juga dapat dilakukan melalui subsidi untuk mendorong kegiatan tertentu atau melalui pajak untuk menghambat kegiatan yang lain. Fungsi distribusi menyangkut upaya pemerintah untuk mendistribusikan produk-produk yang dihasilkan masyarakat kepada seluruh penduduk. Hal ini terkait masalah trade-off antara efisiensi dan pemerataan. Upaya distribusi pendapatan dan aset kekayaan untuk menjamin terpenuhinya suatu keadaan distribusi yang merata. Fungsi ini tertuang dalam bentuk subsidi yang diberikan pemerintah daerah kepada penduduk kurang mampu agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti subsidi pendidikan, kesehatan dan pelayanan umum lainnya. Di samping itu, subsidi juga diberikan dalam bentuk pemberdayaan penduduk kurang mampu dan keringanan pajak bagi penduduk miskin dan kelompok usaha kecil. Sedangkan fungsi stabilisasi berguna untuk memastikan bahwa perekonomian berada dalam full-employment dan harga-harga yang stabil. Penggunaan kebijakan pemerintah sebagai suatu alat untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas ekonomi dan laju pertumbuhan yang cepat. Fungsi ini digunakan pemerintah daerah untuk mengatasi situasi pasar tertentu yang perlu dilakukan suatu kebijakan yang dapat menstabilkan harga-harga barang yang langsung berdampak terhadap kepentingan ekonomi publik, seperti menstabilkan harga barang kebutuhan pokok penduduk Priyarsono, et al. 2008b.

6.2.4 Jumlah Pekerja sektor pertanian

Besarnya pengaruh peningkatan jumlah pekerja di sektor pertanian dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien parameter yang juga menunjukan nilai elastisitasnya. Berdasarkan Tabel 8, jumlah pekerja di sektor pertanian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pengurangan kemiskinan, dengan elastisitas sebesar 0,11. Nilai koefisien jumlah pekerja sektor pertanian per tenaga kerja sebesar 0,11 berarti setiap kenaikan 1 persen jumlah pekerja di sektor pertanian akan meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 0,11 persen, dengan asumsi cateris paribus. Peningkatan produktivitas seluruh sektor mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya pengurangan kemiskinan, terutama sektor pertanian dan jasa. Hal ini dikarenakan sekitar 65 persen penduduk menggantungkan sumber penghasilan utamanya dari sektor pertanian dan sekitar 24 persen penduduk memiliki sumber penghasilan utama dari sektor jasa. Selain itu, sebagian besar penduduk miskin di daerah perdesaan bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagian besar penduduk miskin perkotaan bekerja di sektor jasa terutama pada sektor informal seperti pedagang kecil eceran, kaki lima atau asongan, tukang kayubatu, tukang becakojek, tukang cukur dan sebagainya. Hasil ini sejalan dengan temuan Suryahadi, et al 2006 yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada sektor jasa di perdesaan menurunkan kemiskinan di semua sektor dan lokasi. Pertumbuhan jasa di perkotaan memberikan nilai elastisitas kemiskinan yang tinggi di semua sektor kecuali pertanian perkotaan. Sedangkan pertumbuhan pertanian di perdesaan memberikan dampak yang besar terhadap penurunan kemiskinan di sektor pertanian perdesaan, yang merupakan kontributor terbesar kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan pertumbuhan seluruh sektor merupakan upaya terbaik dalam pengurangan kemiskinan. Demikian juga dengan temuan Siregar dan Wahyuniarti 2007, yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, peningkatan share sektor pertanian dan sektor industri memberikan pengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin walaupun dengan pengaruh yang relatif kecil. Hal ini juga sejalan dengan penemuan Kakwani 2001 untuk studi kasus di Philipina. Pengurangan tingkat kemiskinan di Philipina lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian, diikuti sektor jasa dan industri. Peningkatan 1 persen output sektor pertanian berdampak pengurangan kemiskinan sebesar 1,12 persen. Peningkatan output sektor jasa dan sektor industri sebesar 1 persen hanya mengakibatkan pengurangan kemiskinan sebesar 0,33 persen dan 0,25 persen. Peningkatan produktivitas sektor pertanian hanya akan terjadi bila peningkatan output sektor pertanian lebih besar dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Oleh karena itu, perlu peningkatan produktivitas sektor pertanian dengan revitalisasi pertanian dan pendayagunaan sumber irigasi. Hal utama yang perlu dilakukan adalah peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta penguatan lembaga pendukungnya, peningkatan akses petani dan nelayan kepada sumber daya produktif seperti teknologi, informasi pemasaran, pengolahan dan permodalan, serta perbaikan iklim usaha dalam rangka meningkatkan diversifikasi usaha dan memperluas kesempatan berusaha. Disamping itu, perlu penekanan kembali kebijakan pemerintah di sektor pertanian agar lebih berorientasi pada penduduk miskin, karena selama periode