dengan pendapatan yang rendah, terutama kembali kepada sektor pertanian sehingga keduanya akan berdampak pada bertambahnya kemiskinan. Selain itu,
penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur didominasi oleh penduduk non produktif, ini ditunjukkan dengan besarnya angka beban ketergantungan di daerah
ini masih tinggi. Tingginya angka beban tanggungan akan mengurangi pendapatan per kapita yang diterima oleh setiap penduduk, sehingga berakibat pada tingginya
angka kemiskinan.
6.2.2 Produk Domestik Regional Bruto Per kapita
Berdasarkan hasil regresi, PDRB perkapita secara signifikan memengaruhi penurunan kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nilai elastisitas
sebesar -0,59 yang artinya setiap kenaikan PDRB perkapita 1 persen maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,59 persen, ceteris paribus. Pengaruh PDRB
perkapita terhadap penurunan penduduk miskin relatif besar karena faktor-faktor produksi yang belum terdistribusi dengan baik antara lain lahan dan aset produktif
lainnya. Lahan dan aset produktif lainnya lebih banyak dikuasai oleh golongan masyarakat menengah keatas sehingga keuntungan atau tambahan pendapatan
lebih banyak dinikmati oleh mereka daripada masyarakat miskin. Maka dari itu, dalam menanggulangi kemiskinan diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi
yang lebih melibatkan peran serta masyarakat miskin agar lebih memberikan manfaat peningkatan kesejahteraan bagi mereka. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Abustan 2010 yang menyatakan bahwa peningkatan PDRB per kapita akan berdampak pada penurunan kemiskinan.
6.2.3 Pengeluaran Pembangunan APBD
Koefisien variabel realisasi pengeluaran APBD perkapita sebesar -0,09 berarti setiap peningkatan realisasi pengeluaran APBD perkapita sebesar 1 persen
akan berdampak pengurangan penduduk miskin sebesar 0,09 persen, dengan asumsi cateris paribus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Hasibuan 2006 di Provinsi Sumatera Utara, yang menemukan bahwa besarnya APBD berhubungan negatif yang signifikan terhadap jumlah penduduk
miskin.
Hal ini menunjukkan realisasi pengeluaran APBD yang diproporsi berdasarkan jumlah penduduk memberikan andil yang cukup besar dalam
pengentasan kemiskinan. Besaran nilai realisasi pengeluaran APBD perkapita menggambarkan kemampuan daerah dalam segi pendanaan dalam rangka dalam
pembangunan daerah termasuk untuk mengatasi masalah kemiskinan. Semakin besar nilai realisasi pengeluaran APBD berarti semakin besar pula peran
pemerintah daerah dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan penyediaan fasilitas pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan terutama untuk penduduk
miskin. Selain itu, realisasi pengeluaran APBD juga menjadi stimulus dan motor penggerak bagi seluruh sektor perekonomian daerah agar dapat tumbuh dengan
lebih cepat. Penyusunan anggaran yang efisien sangat penting karena berkaitan erat
dengan berbagai sektor perekonomian. Kontribusi APBD dalam pembangunan daerah selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, juga untuk menciptakan
stabilitas ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Alokasi anggaran dalam APBD merupakan salah
satu instrumen pemerintah untuk menjalankan peranannya dalam perekonomian sebagai fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Fungsi alokasi berkaitan dengan upaya pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya dalam perekonomian. Kebijakan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan penduduk terutama yang tidak bisa dipenuhi oleh pasar. Penyediaan dengan alokasi anggaran pengeluaran ini sangat vital karena menyangkut hajat
hidup orang banyak dan berpengaruh terhadap mobilitas penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, pemerintah harus menyediakan barang dan
jasa publik untuk memperlancar aktivitas pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, pengeluaran untuk membangun infrastruktur jalan, jembatan, saluran irigasi,
pasar, sarana pendidikan dan kesehatan serta sarana publik lainnya. Upaya ini juga dapat dilakukan melalui subsidi untuk mendorong kegiatan tertentu atau
melalui pajak untuk menghambat kegiatan yang lain. Fungsi distribusi menyangkut upaya pemerintah untuk mendistribusikan
produk-produk yang dihasilkan masyarakat kepada seluruh penduduk. Hal ini terkait masalah trade-off antara efisiensi dan pemerataan. Upaya distribusi