Pengeluaran Pesta dan Upacara

Substansi persoalan kemiskinan dan mental masyarakat Nusa Tenggara Timur berakar pada pola hidup. Pola hidup berfoya–foya, pesta pora dan budaya atau adat masih melekat kuat. Contoh pesta yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah pesta baptis dan sidi baru bagi masyarakat beragama Kristen Protestan, pesta penerimaan komuni pertama bagi masyarakat beragama khatolik, pesta perkawinan nikah adat, pesta masuk rumah baru, pesta wisuda, pesta kematian dan lain sebagainya. Intinya di Nusa Tenggara Timur terdapat banyak pesta dan upacara adat yang digunakan untuk konsumsi sehingga menggerogoti pendapatan masyarakat yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sisi positif dari budaya Nusa Tenggara Timur adalah saling membantu satu sama lain yang dikenal dengan istilah “kumpul keluarga”. Tradisi “kumpul keluarga” tersebut adalah seluruh keluarga yang diundang, berkumpul untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat lainnya yang mengadakan pesta. Acara “kumpul keluarga” atau semacam arisan tersebut berlaku bagi setiap keluarga yang akan mengadakan pesta. Sumbangan yang dikumpulkan berupa uang tunai maupun hewan yang jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah. Tradisi kumpul keluarga tersebut sesungguhnya adalah modal bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur untuk melakukan pembaruan, inovasi atau rekayasa budaya menjadi kekuatan ekonomi yang berbasiskan budaya yang lebih menyentuh masyarakat miskin. Adat istiadat butuh pembaruan. Pembaruan kebudayaan itulah yang menjadi satu dari sekian banyak hal yang semestinya dipertimbangkan dalam pembangunan ke depan. Pembaruan bukan berarti meninggalkan apa yang menjadi pusaka kultural kita, melainkan memformatnya secara baru tanpa melepaskan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Pembangunan tidak harus mengubah budaya lokal tetapi format budaya lokal yang tidak menguntungkan harus dicarikan bentuk yang lebih relevan. Solusi pertama adalah perlunya intervensi urusan adat masyarakat. Dalam arti bahwa hal itu dimasukkan dalam pertimbangan penanggulangan kemiskinan. Misalnya, program ‘duduk bersama’ atau diskusi dengan para pemuka adat dan tokoh masyarakat, mulai dari tingkat dusun, desa dan kelurahan sampai level daerahkabupaten. Tujuannya semata-mata untuk mengajak dan membantu mengembangkan kesadaran kritis masyarakat akan hakikat dan persoalan kebudayaannya. Kemudian, dibicarakan bersama format adat yang lebih tepat atau lebih sederhama secara ekonomis, agar menekan sampai sekecil mungkin kerugian ekonomis yang mesti ditanggung untuk upacara-upacara budaya. Selanjutnya, perlu pendekatan-pendekatan persuasif yang terus-menerus dan terprogram, yang melibatkan segenap stakeholder seperti Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, LSM, dan lembaga-lembaga pendidikan. Budaya hemat, budaya menabung, dan kebiasaan menyusun prioritas kebutuhan pun mesti di kampanyekan terus-menerus. Kelompok usaha bersama KUB dan Koperasi adalah salah satu solusi alternatif kedua untuk melakukan rekayasapembaruan budaya menjadi kekuatan ekonomi masyarakat Nusa Tenggara Timur dan solusi terakhir adalah peningkatan pendidikan untuk merubah pola pikir tentang budaya pesta yang menunjukan prestise di kalangan masyarakat akan semakin berubah kearah yang lebih baik. Terdapat dua cara untuk menghabiskan pendapatan. Pertama , membelanjakannya untuk barang-barang konsumsi. Kedua , tidak membelanjakannya atau ditabung. Pengeluaran konsumsi berupa pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan dapat dipakai sebagai alat untuk memantau kemiskinan penduduk. Masyarakat dianggap hidup layak apabila dapat mengkonsumsi makanan setara 2100 kalorioranghari. Untuk pengeluaran non makanan standartingkat kemiskinan pendudukrumah tangga dapat dipantau dari besarnya pengeluaran untuk kebutuhan-kebutuhan pokok non makanan seperti biaya berobat ke puskesmas, menyekolahkan anak, dan sejenisnya termasuk pengeluaran untuk pesta dan upacara. Gambar 22 menunjukan persentase pengeluaran untuk pesta dan upacara di Provinsi Nusa Teggara Timur. Pada tahun 2005, pengeluaran pesta dan upacara perkapita terendah adalah sebesar 0.10 persen di Kabupaten Flores Timur, sedangkan tertinggi adalah sebesar 2,30 persen di Kabupaten Belu. Pada tahun 2010, pengeluaran pesta dan upacara perkapita terendah adalah sebesar 0.36 persen di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sedangkan tertinggi adalah sebesar 2,81 persen di Kabupaten Belu. Prensentase pengeluaran pesta dan upacara tersebut akan jauh lebi minuman yang di kelu Sumber: BPS Prov.NTT Gambar 22. Persenta pengelua 2005 da Pengeluaran unt Timur dapat mening karena sumber penda melakukan pesta dan tersebut pada umumn Aset yang sering diguna Kondisi ini menyebabk dalam bentuk hewan dapat segera digunaka Gambar 23 m untuk keperluan pest dengan pendidikan da bukan makanan ruma keperluan pesta dan sedangkan pengeluara untuk pesta dan upaca 1,5 1,2 1,3 1,1 1,0 1,6 - 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 K ab .S u m b a B ar at K ab .S u m b a T im u r K ab .K u p an g Persen uh lebih besar apabila di tambahkan dengan biay keluarkan untuk membiayai keperluan pesta dan upa TT diolah ntase jumlah pengeluaran pesta dan upacara ngeluaran rumahtangga di Provinsi Nusa Tengga 2005 dan 2010 n untuk keperluan pesta dan upacara di Provinsi ningkatkan kemiskinan melalui kerentanan tim ndapatan keluarga miskin yang terbatas justru di dan upacara adat. Dalam rangka membiayai pe nya masyarakat, menggunakan asetnya yang digunakan adalah hewan ternak, seperti kuda, sapi babkan masyarakat yang menyimpan asetnya n ternak daripada bentuk tabungan lainnya se unakan sewaktu-waktu jika ada keperluan adat. menunjukan perbandingan antara pengeluara pesta dan upacara dengan kebutuhan esensial n dan perbaikan kesehatan keluarga terhadap tot umahtangga. Hasilnya menunjukan bahwa pen n upacara relatif sama dengan pengeluaran unt uaran untuk biaya pendidikan masih lebih tingi da n upacara. 0,8 2,0 2,3 1,5 1,5 0,1 1,3 1,7 1,6 2,2 1,2 1,6 0,4 2,8 2,2 0,9 1,0 0,6 1,3 2,3 1,3 2,2 1,5 K ab .T T S K ab .T T U K ab .B el u K ab .A lo r K ab .L em b at a K ab .F lo ti m K ab .S ik a K ab .En d e K ab .N g ad a K ab .M an g g ar ai K ab .R o te N d ao biaya makanan dan an upacara. ara terhadap total ggara Timur tahun nsi Nusa Tenggara timbulnya resiko u digunakan untuk pesta dan upacara ng sangat terbatas. sapi maupun babi. ya atau menabung seperti uang agar uaran rumahtangga nsial yang berkaitan p total pengeluaran pengeluaran untuk n untuk kesehatan, i dari pengeluaran 1,2 1,2 1,3 2,2 1,5 1,5 1,6 K ab .R o te N d ao K ab .M ab ar K o ta K u p an g 2005 2010 Ka b k o ta 4,07 4,39 4,00 4,49 4,76 2,98 6,25 7,40 6,83 5,66 8,53 6,77 3,50 4,38 4,35 3,91 4,12 3,51 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pesta dan upacara pendidikan kesehatan Tahun Persen

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMISKINAN

6.1 Uji Model Regresi Data Panel

Analisis data panel digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Analisis data panel dilakukan dengan menggunakan data 16 Kabupatenkota di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada kurun waktu 2005 sampai 2010. Pemilihan model regresi terbaik dilakukan untuk mendapatkan hasil estimasi yang sesuai. Proses ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu membandingkan pooled model dengan fixed effects model kemudian dilanjutkan dengan membandingkan fixed effects model dengan random effect model. Pada tahap pertama, untuk membandingkan pooled model dengan fixed effects model digunakan uji Chow, sedangkan pada tahap kedua untuk membandingkan fixed effects model dengan random effect model digunakan uji Hausman. Berdasarkan hasil uji Chow, secara signifikan Ho pooled model ditolak atau terdapat heterogenitas individu pada model. Ini ditunjukkan dengan nilai p- value lebih kecil 0,05. Jika dalam model terdapat heterogenitas individu maka fixed effects model akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan pooled model . Setelah dihasilkan fixed effects model pada langkah pertama, maka langkah selanjutnya membandingkan antara fixed effects model dan random effects model dengan uji Hausman. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi-Square dengan derajat bebas sebanyak jumlah variabel bebas. Hasil uji Hausman, menunjukkan nilai p-value probabilita lebih besar 0,05, bahkan lebih besar dari 0,10. Hal ini berarti random effects model lebih sesuai digunakan. Berbeda dengan fixed effects model , efek spesifik dari masing-masing individu diperlakukan sebagai bagian dari komponen error yang bersifat acak dan tidak berkorelasi dengan variabel penjelas yang teramati, model seperti ini dinamakan random effects model REM. Dari semua asumsi yang harus dipenuhi dalam persamaan regresi yang berkaitan dengan random effects model REM, asumsi paling penting adalah asumsi bahwa nilai harapan dari xit untuk setiap τi adalah 0, atau Eτi xit= 0. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu between estimator dan Generalized Least Square GLS. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Generalized Least Square GLS karena pendekatan GLS mengkombinasikan informasi dari dimensi antar dan dalam between and within data secara efisien. GLS dapat dipandang sebagai rata-rata yang dibobotkan dari estimasi between and within dalam sebuah regresi, sedangkan pendekatan between estimator tidak digunakan karena hanya akan konsisten untuk N tak hingga. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah residual mengikuti distribusi normal atau tidak. Hasil estimasi menunjukkan model faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai nilai residual berdistribusi normal. Ini dapat diketahui dari nilai probabilita Jarque-Bera sebesar 0,5024. Nilai probabilita Jarque-Bera lebih besar dari 0,05 sehingga dapat diperoleh kesimpulan nilai residual berdistribusi normal. Setelah dilakukan pengujian dan diperoleh model dan metode yang paling sesuai, maka dilakukan estimasi dari persamaan tersebut. Estimasi dilakukan dengan metode random effect model. Estimasi dilakukan untuk mengetahui besarnya elastisitas dari setiap variabel bebas independent variable terhadap variabel tidak bebas dependent variable. Variabel tidak bebas yaitu jumlah penduduk miskin, sedangkan variabel bebas meliputi jumlah penduduk, jumlah pekerja sektor pertanian, jumlah pengeluaran pembangunan APBD,rata-rata lama sekolah, PDRB perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000, pengangguran, jumlah pengeluaran pesta dan upacara, jumlah pengeluaran tembakau dan sirih pinang. Dalam model data panel tersebut, terlihat bahwa REM lebih baik dibandingkan metode FEM. Hal ini tercermin dari nilai statistik uji Hausman 5,873197 yang tidak signifikan pada taraf uji 10 persen dengan p-value 0,6614 yang berarti belum cukup bukti untuk menolak hipotesis tidak adanya korelasi antara peubah penjelas dengan komponen error. Metode estimasi dalam model data panel menunjukkan hasil estimasi yang cukup baik, hal ini terlihat dari uji kesesuaian modelnya goodness of fit. Uji model REM secara keseluruhan valid dalam taraf signifikansi 5 persen yang