Trend Analysis Sejarah Rumput Laut Indonesia

38 LnEx = α + α1 LnPec t + α2 LnEr t + α3 LnP t + α4 Dk + α5 Eyi t + α6 Ln GDP t + et Dimana: α = Intersep α 1, α 2, α 3, α 4, α 5, α 6 = Parameter yang akan diestimasi LnY t = Ekspor rumput laut ke China selama periode t kg LnX1 t = Harga ekspor rumput laut Indonesia ke China periode t USkg LnX2 t = Nilai tukar terhadap dolar periode t RpUS LnX3 t = Produksi rumput laut domestic selama periode t ton X4 = Dummy revitalisasi LnX5 t = Volume ekspor rumput laut Indonesia periode t ton LnX6 t = GDP t US E t = Residual

4.9. Trend Analysis

Trend merupakan suatu gerakan kecenderungan naik dan turun dalam jangka waktu panjang yang diperoleh dari rata-rata waktu ke waktu dan nilainya cukup rata atau mulus Suhardi 2008. Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi data yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoritis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau keakuratan dari informasi atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan. Analisis trend dapat dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari angka indeks Kasmir, 2008 adalah: x 100............................................4.4 39 V GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT INDONESIA

5.1. Sejarah Rumput Laut Indonesia

Rumput laut di Indonesia mulai diidentifikasi sejak tahun 1899 oleh Max Weber, identifikasi ini dikenal dengan nama Siboga expedition, kemudian pada tahun 1928 Max Weber dan Van Bose melakukan klasifikasi jenis rumput laut. Pada tahun 1940 mulai dilakukan pemasaran rumput laut jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum dari Makasar dan Surabaya. Proses identifikasi rumput laut komersial juga dilakukan oleh Zaneveld dari FAO pada tahun 1968, jenis rumput laut yang diidentifikasi adalah Euchema, Gracilaria, Gelidium, Hypnea, dan Sargassum. Pada tahun 1967 pertama kali rumput laut jenis Eucheuma Spinosum dibudidayakan di Indonesia yaitu di Kepulauan Seribu tepatnya di Pulau Pari oleh Prof. Soerjodinito dan Hariadi Adnan, kemudian pada tahun 1947 rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang berasal dari Filipina dapat dibudidayakan di Indonesia, setahun kemudian LIPI memulai proyek budidaya Spinosum di Pulau Samaringga dan Pulau Rio di Sulawesi namun proyek ini tidak berkembang sehingga proyek dihentikan. Pada tahun 1985 dilakukan uji coba budidaya rumput laut jenis cottonii di Bali tepatnya di daerah Nusa Lombongan, Nusa Penida dan Nusa Ceningan. Kemudian pada tahun 1986 Hans Porse memperkenalkan rumput laut Indonesia jenis Euchema cottonii dan Eucheuma spinosum pada International Seaweed Symposium di Brazil. Pada tahun 1994 APBIRI menyelenggarakan Seaweed Symposium di Bali Hans, Porse, 2008. Pada tahun 2007, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Komisi Rumput Laut Indonesia, Aspperli dan Masyarakat Rumput Laut Indonesia ISS menyelenggarakan Seaweed International Bussines Forum and Exhibition SEABFEX di Bali, dan pada tahun 2008 SEABFEX II diselenggarakan di Makasar bersamaan dengan Indonesia Seaweed Forum. SEABFEX II diselenggarakan pada Juli 2010 di Surabaya, dihadiri 19 negara, dan sampai dengan saat ini SEABFEX sudah menjadi agenda pertemuan rumput laut dunia setiap dua tahun. 40

5.2. Jenis Komoditi Rumput Laut