13
2.2. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan merupakan bagian dari acuan yang dapat digunakan sebagai pengembangan, penambahan, pelengkap
dari kemajuan penelitian sebelumnya. Dewasa ini, rumput laut kering Indonesia merupakan komoditas unggulan dalam ekspor hasil perikanan ke negara China.
Komoditas ini mampu berkontribusi dalam pemerolehan devisa bagi negara Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan
serta menganalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara China dengan menguji kembali
variabel-variabel yang telah ada serta menambahkan variabel terkait tertentu untuk menyempurnakan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Disamping itu, pada penelitian ini juga diidentifikasi mengenai perkembangan serta memproyeksikan trend ekspor rumput laut Indonesia baik ke
seluruh negara maupun terhadap negara pengimpor terbesar yaitu negara China. Proyeksi trend yang dilakukan yaitu untuk lima tahun mendatang. Pemaparan dan
kajian ini dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alat analisis trend untuk dapat mengetahui kecenderungan kenaikan atau penurunan proyeksi trend
untuk lima tahun mendatang. Data yang digunakan berupa data time series dengan jenis data sekunder tahunan. Periode tahun yang digunakan pada penelitian ini
yaitu tahun 1999-2011. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan beberapa penelitian terkait sebagai penunjang, serta meyakinkan dan menguatkan terhadap penelitian
yang dilakukan peneliti.
14
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan dunia telah mengalami ekspansi besar-besaran selama tiga dekade terakhir ini. Perubahan teknologi dan komunikasi, keuangan dunia dan
sistem perdagangan yang lebih terbuka kini telah mendorong peningkatan pendapatan negara-negara di berbagai kawasan. Beberapa negara yang telah
sukses menggunakan pasar dunia sebagai landasan mereka untuk pembangunan ekonomi sedangkan negara yang lainnya kemajuan ekonominya terhambat karena
mengabaikan dukungan perdagangan dan pengaruh dari luar negeri. Dalam dua dekade terakhir ini hampir seluruh negara sepakat bahwa mereka harus
mendapatkan keuntungan dari meningkatnya globalisasi sebagai suatu cara untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi domestik secara optimal.
Indonesia memiliki ekonomi yang relatif terbuka. Menurut Fane 1996, Feridhanusetyawan dan Pangestu 2003, liberalisasi di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 1980 dan modernisasi sistem pajak sekitar tahun 1983 dan 1985. Hal ini dilakukan karena Indonesia merupakan anggota dari AFTA Asian Free Trade
Area , APEC Asia Pasific Economic Cooperation, dan WTO World Trade
Organization sehingga perdagangan internasional menjadi sangat penting bagi
perekonomian Indonesia. Disamping itu, Hamdy Hady 2004 juga mengungkapkan bahwa perdagangan internasional menjadi semakin penting
karena adanya pengaruh globalisasi ekonomi dunia. Adapun ciri atau karakteristik tersebut diantaranya:
1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus uang
serta transfer teknologi secara internasional. 2.
Keterkaitan dan ketergantungan ekonomi, keuangan, perdagangan dan industri antarnegara atau perusahaan yang ditunjukkan oleh adanya kecenderungan
integrasi ekonomi regional. 3.
Persaingan yang semakin kuat antarnegara ataupun perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas yang optimal.
15
Menurut Lipsey 1997 perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara. Perdagangan
internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing akan memproduksi barang dan jasa yang dapat
dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak diproduksinya. Masing-masing
negara mempunyai perbedaan tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas dan jenis produksinya. Sebagai contoh, suatu negara A membutuhkan jenis
barang dan jasa tertentu, tetapi barang dan jasa tersebut hanya bisa dihasilkan oleh negara lain B, atau barang tersebut dapat dihasilkan oleh negara A, tetapi
ongkos produksinya lebih besar jika dibandingkan dengan negara A membeli atau mengimpor dari negara lain. Dari perbedaan inilah akan menimbulkan
transaksi perdagangan. Gonarsyah 1997 juga menyatakan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara dimana tidak semua negara
menghasilkan komoditi yang diperdagangkan dan adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Keunggulan yang dimiliki komoditi
tertentu menunjukkan adanya kelebihan yang melekat pada suatu komoditi yang dihasilkan suatu negara dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di
negara lain. Menurut Amir 2003, beberapa faktor yang menyebabkan suatu komoditi mempunyai keunggulan tertentu diantaranya adalah faktor alam, faktor
biaya produksi dan faktor teknologi. Di samping itu, Sukinto 1993 juga mengungkapkan manfaat dari perdagangan internasional diantaranya dapat
memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan serta
transfer teknologi modern. Aktivitas perdagangan internasional ekspor dan impor barang dan jasa
terjadi jika suatu negara cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negeri relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang
sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan
16
barang yang sama di luar negeri. Sehingga selisih antara penawaran dan permintaan domestik excess supply dapat diartikan sebagai penawaran ekspor
sedangkan penawaran impor yaitu adanya kelebihan permintaan domesrik di negara pengimpor excess demand.
Secara teoritis, suatu negara misal negara 1 akan mengekspor suatu komoditas komoditas x ke negara lain misal negara 2 apabila harga domestik
di negara 1 sebelum terjadi perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di negara 2. Kurva perdagangan internasional dapat dilihat pada
Gambar 1. Kondisi awal di negara 1 misalnya berada dalam kondisi keseimbangan dan harga berada pada P
1
. Pada kondisi ini tidak terjadi ekspor dari negara 1. Ketika harga berada pada posisi P
2
, struktur harga yang relatif lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran excess supply di negara
1 yaitu sebesar QA’QA”. Dalam hal ini faktor produksi di negara 1 relatif berlimpah, dengan demikian negara 1 mempunyai kesempatan menjual kelebihan
produksinya ke negara lain. Sebaliknya di negara 2, pada kondisi harga berada di P
2
, negara ini terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik
excess demand sebesar QB’QB” sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada keadaan ini, negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditas dari negara lain
dengan harga yang relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara 1 dan 2, maka terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut.
Supply di pasar internasional akan terjadi jika harga lebih besar dari P
1
, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih
rendah dari P
3
. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditas perdagangan akan sama besarnya dengan besarnya impor komoditas tersebut. Berikut adalah
kurva perdagangan internasional pada gambar berikut.
17
P
x
P
y
S
x
P
x
P
y
S P
x
P
y
S
x
P
3
Ekspor A
P
3
P
2
B E
B E P
2
B’ E’ A
A D
x
D Impor
D
x
Q Q
Q Q
A’
Q
A
Q
A”
Q
P1
Q
B
Q
B
Q
B
Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional
Sumber: Salvatrore
1997
Berdasarkan gambar di atas, Panel A menunjukkan bahwa ketika harga berada pada P
1
, kuantitas komoditi X yang ditawarkan QS
x
sama dengan kuantitas yang diminta QD
x
oleh konsumen negara 1 sehingga negara tersebut tidak akan mengekspor komoditinya sama sekali. Oleh sebab itu, muncul titik C
yang menunjukkan kurva S pada gambar ii panel B yang menandakan kurva penawaran ekspor negara 1. Apabila P
x
bergerak naik ke P
2
maka akan terjadi kelebihan penawaran jika dibandingkan dengan permintaannya sebesar BE.
Kuantitas BE merupakan jumlah komoditi yang akan diekspor negara 1 pada tingkat harga P
2
. BE sama dengan BE pada gambar ii panel B dimana titik E berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari negara 1.
Panel C menunjukkan bahwa ketika harga berada pada P
3
maka penawaran dan permintan komoditi X di negara 2 akan sama besarnya QD
x
=QS
x
sehingga negara tersebut tidak akan mengimpor komoditinya sama sekali dimana titik A
menunjukkan kurva permintaan impor negara 2 yang terdapat pada gambar ii panel B. Apabila harga bergerak turun ke P
2
maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar B’E’. Kelebihan tersebut akan diimpor oleh negara 2. Jumlah
B’E’ sama dengan BE dimana titik E berada pada gambar ii. Panel B menunjukkan bahwa ketika harga berada pada P
2
, jumlah impor komoditi X yang diminta negara 2 sama dengan jumlah ekspor yang ditawarkan
Panel A
Pasar di negara 1
komoditi X
Panel B
Hubungan perdagangan
internasional
komoditi X Panel
C
Pasar di negara 2
komoditi X
P
1
C
18
oleh negara 1. Kurva tersebut menunjukkan perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X diperdagangkan antar dua negara. Apabila P
x
lebih besar dari P
2
, maka jumlah ekspor yang ditawarkan akan melebihi jumlah permintaan impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi tersebut akan turun
sehingga pada akhirnya akan sama dengan P
2
. Sedangkan jika P
x
lebih kecil dari P
2
, jumlah impor yang diminta akan lebih besar dari jumlah ekspor yang ditawarkan sehingga P
x
akan naik dan pada akhirnya sama dengan P
2
. Dengan demikian, P
2
merupakan harga ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung.
3.1.2. Teori Permintaan dan Penawaran Ekspor
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Faktor-faktor yang menentukan diantaranya harga barang
itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi
pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang. Hukum permintaan pada
hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka suatu barang makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut
3
. Namun demikian, terdapatnya permintaan belum merupakan syarat yang
cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang wujud hanya dapat dipenuhi apabila para penjual dapat menyediakan barang-barang yang
diperlukan tersebut sehingga terdapat penawaran dari para penjual atau produsen. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Oleh sebab itu, hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa
semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang
3
Sukirno S. Juli 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta.RajaGrafindo Persada.Hlm75-76
19
semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Hukum penawaran mengindikasikan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya
apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah
4
. Adapun faktor-faktor yang menentukan diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang-barang lain, biaya
produksi, tujuan-tujuan operasi perusahaan tersebut serta tingkat teknologi yang digunakan.
3.1.3. Teori Nilai Tukar
Menurut Anindita 2008, nilai tukar merupakan suatu harga relatif yang diartikan sebagai nilai dari satu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Perusahaan pengekspor menyukai mata uang dengan nilai yang lebih rendah karena membuat produk mereka lebih murah bagi pembeli asing. Kegiatan ekspor
suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar mata uang ini mempengaruhi kebijakan
perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor. Peningkatan atau penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing
dapat mempengaruhi volume ekspor yang diperdagangkan. Bertambah mahal atau murahnya suatu komoditi ekspor di pasar internasional sangar ditentukan oleh
nilai tukar mata uang suatu negara. Nilai tukar riil dihitung berdasarkan pada nilai tukar nominal dan Indeks
Harga Konsumen IHK di kedua negara. Hubungan antara nilai tukar suatu mata uang dengan nilai tukar nominal dan Indeks Harga Konsumen IHK dapat
dirumuskan sebagai berikut:
3.1.4. Teori Ekonometrika
Istilah ekonometrika pertama kali diperkenalkan tahun 1926 oleh seorang pakar ekonomi dan statistika bangsa Norwegia bernama Ragner Frisch. Kata
ekonometrika terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yang jika
4
Ibid, Hlm 85-86 Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK Negara Pengimpor : IHK Negara Pengekspor
20
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi economy dan measure. Kata economy
berarti kegiatan manusia untuk mencukupi kebutuhannya melalui usaha pengorbanan sumber daya yang seefisien dan seefektif mungkin untuk
mendapatkan tujuan yang seoptimal mungkin, sedangkan kata measure berarti pengukuran. Dengan demikian maka ekonometrika berarti suatu pengukuran atas
kegiatan-kegiatan ekonomi. Teradapat beberapa pakar yang mendefinisikan ekonometrika sebagai berikut:
1. Ekonometrika dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial yang menggunakan alat
berupa teori ekonomi, matematika dan statistika infernesia untuk menganalisis kejadian-kejadian ekonomi. Goldberger 1964
2. Ekonometrika didefinisikan sebagai analisis kuantitatif dari fenomena
ekonomi riil berdasarkan pada pengembangan teori dan observasi yang dihubungkan dengan metode inferensia. Samuelson 1954
3. Ilmu ekonometrika adalah aplikasi dari teori metode statisik dan matematika
untuk menganalisis data-data ekonomi dengan satu tujuan untuk memberikan kandungan dan verifikasi pada teori ekonomi. Maddala 1992
4. Sebagai suatu ilmu yang mengkombinasikan teori ekonomi dan statistika
ekonomi dengan tujuan menyelidiki dukungan empiris dari skema yang dibangun oleh teori ekonomi dengan memanfaatkan ilmu ekonomi,
matematika dan statistika, ekonometrika membuat hukum-hukum ekonomi teoritis tertentu menjadi nyata. Sumodiningrat 1994
3.1.5. Teori Regresi Linier Berganda
3.1.5.1. Model Regresi Linier Berganda
Analisis regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galtom pada tahun 1886. Berdasarkan penelitiannya, Galtom menemukan adanya
kecenderungan bahwa orang tua yang memiliki tubuh tinggi juga memiliki anak- anak yang tinggi. Sebaliknya, orang tua yang memiliki tubuh pendek juga
memiliki anak-anak yang bertubuh pendek. Namun demikian juga terdapat kecenderungan bahwa tinggi anak bergerak menuju ke arah tinggi rata-rata
populasi secara keseluruhan. Hukum regresi Galton didukung oleh Karl Pearson dan A.lee 1903, dalam Gespersz, 1991 yang menemukan bahwa tinggi rata-rata
21
anak laki-laki dari kelompok ayah yang tinggi adalah lebih pendek dari ayah mereka, dan sebaliknya tinggi rata-rata anak laki-laki dari kelompok ayah yang
pendek adalah lebih tinggi dari ayah mereka. Dengan demikian, anak laki-laki yang tinggi dan pendek akan menuju tinggi rata-rata dari semua orang laki-laki.
Oleh karena itu makna regresi itu sendiri berarti kemunduran atau kecenderungan ke arah sedang.
Menurut Gujarati 2006, model regresi berganda merupakan model regresi dengan lebih dari satu variabel penjelas atau dapat diartikan terdapat lebih
dari satu variabel penjelas independent yang mempengaruhi variabel tak bebas dependent. Model regresi penelitian ini disebut berganda karena terdapat banyak
faktor variabel yang mungkin mempengaruhi variabel tak bebas. Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ … + b
n
X
n
+ € Dimana :
Y = Variabel tergantung
a = Konstanta Intercept
b
1
= Koefisien regresi untuk X
1
b
2
= Koefisien regresi untuk X
2
X
1
= Variabel bebas pertama X
2
= Variabel bebas kedua X
n
= Variabel bebas ke- n €
= Nilai residu Kuat atau tidaknya hubungan linier antara peubah-peubah bebas dapat
diukur dari koefisien korelasi r. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh dari bebas terhadap peubah tak bebas dapat dilihat dari nilai koefisien r-square
R². Pada penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan
metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS yang berfungsi untuk menduga parameter. Namun demikian, pada metode ini terdapat kelemahan.
Kelemahan tersebut yaitu seluruh asumsi-asumsi yang terkait di dalamnya harus dapat dipenuhi oleh suatu model. Apabila salah satu asumsi tidak dapat dipenuhi
22
oleh suatu model, maka akan menimbulkan masalah normalitas, heteroskeasitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Dengan demikian, diperlukan suatu pengujian
terhadap model tersebut. Jika asumsi-asumsi yang telah disebutkan di atas dapat dipenuhi maka
penduga OLS akan dapat menghasilkan koefisien regresi yang memenuhi sifat- sifat BLUE Gujarati 1997, yaitu:
a. Best
= efisien yang berat ragam atau variannya minimum dan konsisten, dalam artian bahwa walaupun menambah jumlah sampel maka nilai estimasi
yang diperoleh tidak akan berbeda jauh di parameternya. b.
Linier = koefisien regresinya linier
c. Unbiased = Nilai estimasi dari sampel akan mendekati populasi, ini
mengindikasi bahwa suatu model tidak bias d.
Estimator = penduga parameter
3.1.5.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap data-data penelitian yang meliputi pengujian
normalitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. a.
Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah peubah bebas dan terikat dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Apabila
terdapat penyimpangan terhadap asumsi distribusi normalitas maka masih akan tetap menghasilkan penduga koefisien regresi linear, tidak berbias dan terbaik.
Penyimpangan asumsi normalitas ini akan semakin kecil pengaruhnya jika jumlah contoh diperbesar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk
nilai peubah yang semula nilainya absolut ditransformasikan menjadi bentuk lain seperti kuadratik, respirokal dan lain sebagainya sehingga akan menghasilkan
distribusi yang normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov K-S dengan kriteria: 1.
Jika taraf nyata 0,05, maka data berdistribusi normal 2.
Jika taraf nyata 0,05, maka data tidak mempunyai distribusi normal
23
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan ragam dari sisa satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah model yang homokedasitas tidak terjadi heteroskedasitas. Terdapat dua cara untuk mengamati ragam dalam model regresi
yaitu dengan menggunakan uji metode grafis dan statistik. Metode grafis adalah cara untuk melihat ada atau tidaknya pola tertentu yang tergambar pada
scatterplot . Sedangkan, pengujian dengan menggunakan metode statistik dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Glejser, Park, White, Rank Spearman dan Bresch-Pagan-Godfrey BPG. Pada penelitian ini menggunakan metode
White dengan kriteria:
1. Jika nilai p-value alpha
α = 5, maka terjadi homoskedastisitas 2.
Jika nilai p-value alpha α = 5, maka terjadi heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi