di Kota Ternate dibanding dengan daerah kabupatenkota lainnya di Provinsi Maluku Utara. Kondisi seperti ini akan menjadi salah satu faktor yang
menimbulkan ketimpangan pembangunan wilayah kabupatenkota di Provinsi Maluku Utara. Selain itu, kedua sektor tersebut merupakan sektor-sektor
penunjang dalam mendukung pertumbuhan sektor-sektor lainnya dalam hal penyediaan modal investasi dan operasional keuangan lainnya oleh sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sebagai penyedia akses informasi dan komunikasi yang akurat, cepat dan terpadu oleh sektor komunikasi.
7.2. Identifikasi Sektor Basis KabupatenKota sebagai Lokasi
Pengembangan Sektor Unggulan Provinsi Maluku Utara
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini yaitu mengetahui pada kabupatenkota mana saja, sektor-sektor unggulan Provinsi Maluku Utara tersebar
dan berperan. Oleh karena itu, pada bagian ini akan diidentifikasi dan dianalisis sektor-sektor yang menjadi basis setiap kabupatenkota, sehingga nantinya dapat
direkomendasikan lokasi yang sesuai guna pengembangan sektor-sektor unggulan Provinsi Maluku Utara. Widodo 2006 menyatakan bahwa faktor penentu
pertumbuhan ekonomi daerah adalah permintaan demand barang dan jasa dari luar daerah ekspor, yang merupakan konsep dari teori basis ekonomi economic
base theory . Disamping itu, pembangunan ekonomi akan optimal dan ideal bila
didasarkan pada keunggulan komparatif comparative advantage dan keunggulan kompetitif competitive advantage.
Setiap daerah kabupatenkota mempunyai beberapa sektor yang dapat mengembangkan daerah atau wilayah tersebut, namun kemampuan setiap sektor
tersebut tentu berbeda-beda, biasanya sektor yang mempunyai potensi supply dan
demand yang besar dan berorientasi pada pasar ekspor baik keluar daerah, antar pulau, maupun ke pasar luar negeri dengan intensitas perdagangan yang stabil,
selalu mempunyai keunggulan komparatif dan kempetitif yang tinggi. Untuk menganalisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
sebagai dasar identifikasi sektor basis kabupatenkota guna menentukan lokasi pengembangan sektor unggulan di Provinsi Maluku Utara dalam panulisan ini
digunakan analisis Location Quotient LQ dan analisis Shift Share SSA. Adapun data yang digunakan dalam kedua analisis ini yaitu data PDRB 2005 per
kabupatenkota dan data PDRB 2005 Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan yang diambil pada dua titik waktu yaitu pada tahun 2003 dan tahun 2005.
7.2.1. Analisis Location Quotient
Nilai LQ
i
1.00 mengindikasikan keunggulan komparatif sektor tersebut dibandingkan wilayah lain dan dapat diindikasikan adanya potensirealisasi
kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis B, sedangkan LQ
i
1.00 disebut sektor non basis. Namun apabila nilai LQ
i
= 1.00 berarti laju pertumbuhan sektor tersebut sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian daerah
referensi. Berdasarkan hasil analisis LQ sebagaimana terlihat pada Tabel 44 dan
tergambar pada Gambar 9, tiap kabupatenkota di Provinsi Maluku Utara memiliki beberapa kesamaan dalam basis ekonominya. Hal ini dapat menjadi
faktor pendukung dan memungkinkan mudahnya aliran faktor-faktor produksi antarsektor secara internal di tiap kabupatenkota maupun antarsektor antar-
kabupatenkota, dalam hal ini seperti bahan baku, tenaga kerja maupun modal. Sektor basis pada tiap kabupatenkota di Provinsi Maluku Utara antara lain, yaitu:
1. Kabupaten Halmahera Utara terdiri atas sektor tanaman bahan makanan;
perkebunan; peternakan; kehutanan; perikanan; industri pengolahan; restoran; angkutan sungai, danau dan penyebrangan; angkutan udara; dan jasa rekreasi,
kebudayaan dan olahraga. 2.
Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas sektor tanaman bahan makanan; perkebunan; perikanan; industri pengolahan; restoran; angkutan udara; dan
jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga. 3.
Kabupaten Halmahera Timur terdiri atas sektor tanaman bahan makanan; perkebunan; kehutanan; perikanan; pertambangan dan penggalian; bangunan;
angkutan laut; jasa sosial dan kemasyarakatan. 4.
Kabupaten Halmahera Barat terdiri atas sektor perkebunan; peternakan; industri pengolahan; listrik; perdagangan besar dan eceran; hotel; angkutan
laut; jasa penunjang angkutan; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 5.
Kabupaten Halmahera Tengah terdiri atas sektor peternakan; kehutanan; pertambangan dan penggalian; bangunan; dan jasa pemerintahn umum.
6. Kabupaten Kepulauan Sula terdiri atas sektor perkebunan; kehutanan; industri
pengolahan; air bersih; perdagangan besar dan eceran; restoran; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyebrangan; angkutan udara; dan jasa rekreasi,
kebudayaan dan olahraga. 7.
Kota Ternate terdiri atas sektor listrik; air bersih; bangunan; perdagangan besar dan eceran; hotel; angkutan jalan raya; angkutan sungai, danau dan
penyebrangan; angkutan udara; jasa penunjang angkutan; komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasa pemerintahan umum; jasa
sosial dan kemasyarakatan; dan jasa perorangan dan rumah tangga.
8. Kota Tidore Kepulauan terdiri atas sektor tanaman bahan makanan;
perkebunan; kehutanan; perikanan; bangunan; perdagangan besar dan eceran; angkutan laut; jasa pemerintahan umum; dan jasa sosial dan kemasyarakatan.
Dari penguraian sektor basis pada tiap kabupatenkota, terlihat bahwa untuk Kota Ternate sektor basisnya secara keseluruhan tergolong dalam kelompok
sektor sekunder dan tersier, selain itu Kota Ternate juga lebih banyak memiliki sektor-sektor yang dapat dijadikan sebagai basis ekonomi. Hal ini karena
kemungkinan adanya Kota Ternate sebagai Ibukota Provinsi Maluku Utara, sehingga aktifitas-aktifitas ekonomi terkait dengan sektor sekunder dan tersier
lebih terfokus pada daerah tersebut. Namun kondisi ini dalam jangka panjang perlu diantisipasi khususnya oleh Pemerintah Kota Ternate, melalui arah dan
kebijakan pemerintah daerah yang dapat mendukung dan memperkuat fondasi perekonomian dengan penciptaan aktifitas-aktifitas ekonomi baru, karena
mengingat adanya rencana pengalihan Ibukota Provinsi ke Sofifi Kabupaten Kepulauan Tidore, selain itu dalam jangka panjang akan terjadi perkembangan
kabupatenkota lain yang berpengaruh pada pengalihan aktifitas-aktifitas ekonomi jika Kota Ternate tidak dapat menciptakan dan meningkatkan daya saingnya.
Sedangkan untuk tujuh kabupatenkota lainnya, sektor basis yang dimiliki rata-rata terbentuk dan tergolong pada sektor primer, sekunder dan tersier.
Kondisi ini sangat menguntungkan, karena dalam jangka panjang melalui perencanaan yang terpadu dan sinergis akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi yang dinamis. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, sektor unggulan di Provinsi
Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan 7, sektor angkutan laut 15 dan
sektor bangunan 10. Memusatnya sektor unggulan pada suatu kabupatenkota yang ditandai dengan nilai LQ 1.00 mengindikasikan bahwa sektor tersebut
pada kabupatenkota tertentu sudah bisa untuk memenuhi kebutuhannya sehingga bisa berorientasi ekspor.
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
Ternate Tidore
Halut Halsel
Haltim Halbar
Halteng Sula
Indeks Location Quotient 2005 1 Tanaman Bahan Makanan
2 Perkebunan 3 Peternakan
4 Kehutanan 5 Perikanan
6 Pertambangan Penggalian 7 Industri Tanpa Migas
8 Listrik 9 Air Bersih
10 Bangunan 11 Perdagangan Besar dan Eceran
12 Hotel 13 Restoran
14 Angkutan Jalan Raya 15 Angkutan Laut
16 Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 17 Angkutan Udara
18 Jasa Penunjang Angkutan 19 Komunikasi
20 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 21 Jasa Pemerintahan Umum
22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga
24 Jasa Perorangan Rumah Tangga
Gambar 9. Keunggulan Komparatif Sektor Ekonomi Tiap KabupatenKota di Provinsi Maluku Utara
Untuk sektor industri pengolahan, memusat serta mempunyai keunggulan komparatif sektor basis pada empat kabupaten yaitu Kabupaten Halmahera
Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Barat dan Kabupaten Kepulauan Sula, baik itu pada tahun 2003 maupun tahun 2005 masih
mengindikasikan kondisi yang sama.
Tabel 44. Hasil Analisis Location Quotient Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Utara pada Tiap KabupatenKota
Indeks Location Quotient 2005 Indeks Location Quotient 2003
Kode Sektor
Ternate Tidore Halut Halsel Haltim Halbar Halteng Sula Ternate Tidore Halut Halsel Haltim Halbar Halteng Sula 1 0.36
1.65 1.28 1.15 1.67 0.56 0.78