VII. LOKASI PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI MALUKU UTARA
7.1. Gambaran Umum Perekonomian KabupatenKota di Provinsi
Maluku Utara
Dengan undang-undang No 1 tahun 2003 Provinsi Maluku Utara dimekarkan dari tiga kabupatenkota menjadi enam 6 kabupaten dan dua 2
kota yaitu Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten
Halmahera Tengah, Kabupaten Kepulauan Sula, serta Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa yang tercermin dalam
pembentukan PDRB. Dalam pembentukan PDRB Provinsi Maluku Utara, secara spesifik bersumber dan terbentuk dari kontribusi PDRB setiap sektor ekonomi
pada tiap kabupatenkota. Masing-masing kabupatenkota mempunyai karakteristik alam, sosial, budaya, dan ekonomi yang berbeda-beda. Hal ini
menyebabkan produktivitas perekonomian antarwilayah yang berbeda. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 42, kabupatenkota yang memberikan
kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah bruto PDRB Provinsi Maluku Utara secara rata-rata pada periode tahun 2003 sd tahun 2005 yaitu
Kabupaten Halmahera Selatan sebesar Rp. 0.452 trilyun. Kabupatenkota lain yang mempunyai peran cukup besar di dalam
pembentukan PDRB Provinsi Maluku Utara adalah Kota Ternate sebesar Rp. 0.432 trilyun, Kabupaten Halmahera Utara sebesar Rp. 0.410 trilyun,
Kabupaten Kepulauan Sula sebesar Rp. 0.273 trilyun, Kota Tidore Kepulauan
sebesar Rp. 0.221 trilyun, Kabupaten Halmahera Barat sebesar Rp. 0.197 trilyun, Kabupaten Halmahera Tengah sebesar Rp. 0.195 trilyun dan Halmahera Timur
sebesar Rp. 0.192.
Tabel 42. Kontribusi PDRB tiap KabupatenKota di Provinsi Maluku Utara Atas Dasar Harga Berlaku
juta rupiah
Tahun No KabupatenKota
2003 2004 2005 Rata-rata
1 Halmahera Barat
189 198 197 344
204 954 197 165
2 HalmaheraTengah
177 487 197 968
211 616 195 690
3 Kepulauan Sula
246 845 270 600
303 627 273 691
4 Halmahera Selatan
417 778 452 134
488 134 452 682
5 Halmahera Utara
373 937 407 650
450 662 410 750
6 Halmahera Timur
172 583 194 211
210 717 192 504
7 Ternate
398 648 429 402
470 550 432 867
8 Tidore Kepulauan
198 697 224 620
240 700 221 339
Total PDRB Provinsi Maluku Utara 2 175 173
2 373 929 2 580 960 2 376 687
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2006a, Data Diolah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, PDRB Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh tiga sektor yang paling besar pangsanya dalam pembentukan
nilai tambah bruto. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan.
Dari Tabel 43 terlihat bahwa seluruh kabupatenkota di Provinsi Maluku Utara memiliki sumber PDRB terbesar berasal dari sektor perdagangan besar dan
eceran. Disusul kemudian oleh sektor industri pengolahan, sektor perkebunan dan sektor tanaman bahan makanan. Untuk sebaran sektor industri pengolahan sangat
terkonsentrasi pada kabupatenkota tertentu yaitu Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Kepulauan Sula. Demikian halnya
dengan sektor perkebunan dan sektor tanaman bahan makanan juga sangat mendominasi pada ketiga kabupaten tersebut.
Tabel 43. PDRB tiap KabupatenKota di Provinsi Maluku Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005
juta rupiah
KabupatenKota No Sektor
Ternate Tidore Halut Halsel Haltim Halbar
Halteng Sula 1 Tanaman
Bahan Makanan
13 690 30 487
44 089 46 644
26 885 9 535
12 981 20 469
2 Perkebunan 23 861
48 440 71 525
94 011 37 677
44 122 21 331
49 613 3 Peternakan
3 266 1 707
6 426 4 819
1 802 6 994
5 007 3 126
4 Kehutanan 6 072
7 457 11 284
9 445 5 624
2 318 4 916
7 237 5 Perikanan
8 828 14 797
18 437 24 443
13 054 6 604
8 549 11 648
6 Pertambangan Penggalian
3 807 1 211
609 502
26 563 231
71 286 337
7 Industri pengolahan 26 731
12 749 87 473
94 123 9 241
41 518 10 357
60 691 8 Listrik
4 726
144 512
683 103
919 72
436 9 Air Bersih
1 721 241
797 691
217 296
160 950
10 Bangunan 13 662
5 210 2 848
3 203 4 490
939 3 145
2 314 11 Perdagangan Besar dan
Eceran 138 032
48 958 79 461 103 270
29 851 46 129
22 878 63 387
12 Hotel 2
639 8
440 478
5 499
2 377
13 Restoran 581
79 1 092
1 529 147
177 100
607 14 Angkutan Jalan Raya
16 935 1 746
3 008 3 468
1 284 2 517
915 2 433
15 Angkutan Laut 7 806
5 793 8 172
9 889 4 216
5 033 2 868
6 162 16 Angkutan
Sungai, Danau Penyebrangan
741 80
542 534
132 211 94
450 17 Angkutan Udara
4 516 7 331
4 538 688
2 897 18 Jasa
Penunjang Angkutan
4 256 456
1 517 1 468
364 1 015
226 978
19 Komunikasi 23 406
498 2 974
5 510 365
2 242 179
2 838 20 Keuangan,
Persewaan Jasa Perusahaan
29 869 3 545
9 150 11 649
2 485 6 349
1 591 8 370
21 Jasa Pemerintahan
Umum 58 770
12 760 10 540
12 160 7 026
5 852 12 237
7 496 22 Jasa
Sosial Kemasyarakatan
13 323 3 617
3 034 2 737
2 513 583
1 684 1 041
23 Jasa Rekreasi,
Kebudayaan Olahraga
946 19
1 058 1 941
13 143
13 923
24 Jasa Perorangan
Rumah Tangga 6 902
1 195 1 380
1 886 814
407 531
1 097 Total
415 086 201 197 373 699 439 621 175 559 184 633 181 122 255 877
Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2006a
Bila diamati lebih jauh, pada Tabel 43 nampak bahwa pada sektor-sektor tertentu, pola perkembangan yang diukur dari penciptaan nilai tambah bruto
menunjukkan sangat terkonsentrasi pada satu kabupatenkota tertentu saja, dalam hal ini yaitu sektor komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Kedua sektor tersebut sangat mendominasi dan tumbuh dengan pesat
di Kota Ternate dibanding dengan daerah kabupatenkota lainnya di Provinsi Maluku Utara. Kondisi seperti ini akan menjadi salah satu faktor yang
menimbulkan ketimpangan pembangunan wilayah kabupatenkota di Provinsi Maluku Utara. Selain itu, kedua sektor tersebut merupakan sektor-sektor
penunjang dalam mendukung pertumbuhan sektor-sektor lainnya dalam hal penyediaan modal investasi dan operasional keuangan lainnya oleh sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sebagai penyedia akses informasi dan komunikasi yang akurat, cepat dan terpadu oleh sektor komunikasi.
7.2. Identifikasi Sektor Basis KabupatenKota sebagai Lokasi