Struktur Perekonomian Dalam Analisis Input-Output

restoran sebagai satu-satunya sektor yang memiliki laju pertumbuhan di atas 5.10 dan kontribusi antara 11 sampai dengan 50 .

6.2. Struktur Perekonomian Dalam Analisis Input-Output

6.2.1. Struktur Permintaan dan Penawaran

Pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam periode tertentu ditentukan oleh seberapa besar kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa dalam roda perekonomian wilayah. Permintaan barang dan jasa merupakan seluruh permintaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor produksi permintaan antara; memenuhi konsumsi akhir permintaan akhir yang terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan stok serta untuk memenuhi permintaan untuk ekspor. Sedangkan bila dilihat dari sisi penawaran merupakan seluruh penawaran barang dan jasa pada suatu wilayah pada periode tertentu yang berasal dari produksi wilayah domestik dan produksi luar wilayah. Berdasarkan pada struktur permintaan dan penawaran Provinsi Maluku Utara yang dapat dilihat pada Tabel 17, total permintaan dan penawaran barang dan jasa di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2005 mencapai Rp. 5.89 trilyun. Dari sisi permintaan barang dan jasa terlihat bahwa permintaan akan barang dan jasa oleh sektor-sektor ekonomi dalam rangka proses produksi permintaan antara mencapai Rp. 2.71 trilyun atau sekitar 46.07 . Selanjutnya permintaan oleh konsumen akhir domestik di Provinsi Maluku Utara mencapai Rp. 2.12 trilyun atau sekitar 36.10 , sedangkan permintaan untuk ekspor baik ke luar daerah maupun ke luar negeri mencapai Rp.1.05 trilyun atau sekitar 17.82 . Tabel 17. Struktur Permintaan dan Penawaran Barang dan Jasa Menurut Sektor Ekonomi Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 juta rupiah Permintaan Penawaran Kode Sektor Antara Akhir Domestik Ekspor Jumlah Permintaan Output Lokal Impor Jumlah Penawaran 1 Tabama 189 768 55 694 65 887 311 349 310 911 438 311 349 2 Perkebunan 400 083 4 011 100 180 504 274 504 163 111 504 274 3 Peternakan 75 024 33 064 2 032 110 120 101 661 8 459 110 120 4 Kehutanan 98 889 1 868 5 337 106 094 105 777 317 106 094 5 Perikanan 189 890 27 605 44 240 261 735 261 507 228 261 735 6 Pertambangan Penggalian 125 406 26 761 1 889 154 056 153 827 229 154 056 7 Industri Pengolahan 267 280 615 501 595 831 1 478 612 1 434 815 43 797 1 478 612 8 Listrik 19 332 7 549 26 881 25 995 886 26 881 9 Air Bersih 13 025 5 734 18 759 18 626 133 18 759 10 Bangunan 96 010 58 532 154 542 151 218 3 324 154 542 11 Perdagangan Besar dan Eceran 515 563 207 276 155 819 878 658 839 297 39 361 878 658 12 Hotel 22 894 19 500 21 645 64 039 34 774 29 265 64 039 13 Restoran 83 135 95 547 14 278 192 960 64 464 128 496 192 960 14 Angk Jalan Raya 75 091 126 538 9 637 211 266 176 084 35 182 211 266 15 Angk Laut 92 523 14 451 5 333 112 307 110 380 1 927 112 307 16 Angk Sungai, Danau Penyebrangan 13 818 7 974 1 895 23 687 22 136 1 551 23 687 17 Angk Udara 20 916 14 571 10 864 46 351 45 233 1 118 46 351 18 Jasa Penunjang Angkutan 41 611 9 037 4 229 54 877 54 310 567 54 877 19 Komunikasi 104 579 48 524 6 567 159 670 148 415 11 255 159 670 20 Keu., Psewaan Jasa Perusahaan 76 186 55 543 1 199 132 928 131 028 1 900 132 928 21 Jasa Pemerintahan Umum 129 877 437 829 1 163 568 869 387 604 181 265 568 869 22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 31 236 215 479 974 247 689 153 401 94 288 247 689 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga 14 402 17 513 671 32 586 25 279 7 307 32 586 24 Jasa Perorangan Rumah Tangga 18 140 21 183 598 39 921 34 733 5 188 39 921 Jumlah 2 714 678 2 127 284 1 050 268 5 892 230 5 295 638 596 592 5 892 230 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Dari sisi penawaran, penyediaan untuk memenuhi seluruh permintaan akan barang dan jasa tersebut di atas berasal dari produksi domestik produksi Provinsi Maluku Utara dan berasal dari produksi luar Provinsi Maluku Utara impor baik dari luar negeri maupun dari luar daerah. Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa dari total penawaran barang dan jasa untuk memenuhi permintaan sebesar Rp. 5.89 trilyun, mampu disediakan oleh produksi Provinsi Maluku Utara produksi domestik sebesar Rp. 5.29 trilyun atau sekitar 89.87 dari seluruh penyediaanpenawaran barang dan jasa di Provinsi Maluku Utara. Sedangkan sisanya sebesar Rp. 0.59 trilyun atau sekitar 10.13 didatangkan dari luar Provinsi Maluku Utara Impor, seperti dari Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Timur serta dari luar provinsi lainnya. Bila diamati secara rinci, terlihat bahwa masing-masing sektor di Provinsi Maluku Utara sebagaimana disajikan pada Tabel 18, diperoleh hasil bahwa sektor yang memiliki nilai permintaan dan penawaran paling besar di Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan senilai Rp. 1.47 trilyun atau sekitar 25.09 dari nilai total. Selanjutnya, sektor perdagangan besar dan eceran senilai Rp. 0.87 trilyun. Tabel 18. Sepuluh Sektor dengan Nilai Permintaan dan Penawaran Terbesar di Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Nilai No Sektor Kode Sektor I-O Juta Rp 1 Industri Pengolahan 7 1 478 612 25.09 2 Perdagangan Besar dan Eceran 11 878 658 14.91 3 Jasa Pemerintahan Umum 21 568 869 9.65 4 Perkebunan 2 504 274 8.56 5 Tanaman Bahan Makanan 1 311 349 5.28 6 Perikanan 5 261 735 4.44 7 Jasa Sosial Kemasyarakatan 22 247 689 4.20 8 Angkutan Jalan Raya 14 211 266 3.59 9 Restoran 13 192 960 3.27 10 Komunikasi 19 159 670 2.71 Jumlah 4 815 082 81.72 11 Sektor Lainnya 1 077 148 18.28 Total Permintaan dan Penawaran 5 892 230 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Diikuti pula oleh sektor jasa pemerintahan umum senilai Rp. 0.56 trilyun; sektor perkebunan senilai Rp. 0.50 trilyun; sektor tanaman bahan makanan senilai Rp. 0.31 trilyun; sektor perikanan senilai Rp. 0.26 trilyun; sektor jasa sosial dan kemasyarakatan senilai Rp. 0.24 trilyun; sektor angkutan jalan raya senilai Rp. 0.21 trilyun; sektor restoran senilai Rp. 0.19 trilyun; dan sektor komunikasi senilai Rp. 0.15 trilyun. Dari total permintaan dan penawaran barang dan jasa pada 24 sektor di Provinsi Maluku Utara, didominasi oleh kesepuluh sektor tersebut yaitu mencapai 81.72 dan sisanya 18.28 berasal dari sektor lainnya. Selanjutnya dari sisi kemandirian penyediaan untuk memenuhi permintaan barang dan jasa, dilihat bahwa seluruh sektor perekonomian dalam memenuhi permintaan barang dan jasa secara keseluruhan masih belum mampu dipenuhi oleh produksi domestik. Sektor yang cukup baik tingkat kemandiriannya adalah sektor perkebunan, dimana dalam memenuhi permintaan barang dan jasa senilai Rp. 0.5042 trilyun yang terdiri atas permintaan antara senilai Rp. 0.40 trilyun, permintaan akhir domestik senilai Rp. 0.004 trilyun dan permintaan ekspor senilai Rp. 0.10 trilyun, masih mampu dipenuhi oleh produksi domestik senilai Rp. 0.5041 trilyun atau sekitar 99.98 dan sisanya 0.02 dipenuhi dari impor. Sebaliknya sektor yang memiliki kemandirian rendah adalah sektor restoran, dimana dalam memenuhi permintaan barang dan jasa senilai Rp. 0.19 trilyun, sekitar 33.41 hanya bisa dipenuhi oleh produksi domestik sedangkan sisanya 66.59 masih bergantung pada penyediaan dari luar Provinsi Maluku Utara.

6.2.2. Struktur Output dan Nilai Tambah Bruto

Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Provinsi Maluku Utara. Oleh karena itu, dengan menelaah besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti dapat diketahui pula sektor-sektor yang mampu memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan output secara keseluruhan di Provinsi Maluku Utara. Sedangkan nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output, nilai tambah dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha sewa, bunga dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Besarnya nilai tambah setiap sektor ekonomi dipengaruhi oleh besarnya output nilai produksi yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang memiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar, tetapi tergantung dari biaya produksi yang dikeluarkannya. Output yang dihasilkan dalam perekonomian Provinsi Maluku Utara sebesar Rp. 5.89 trilyun, sebagaimana terlihat pada Tabel 19. Sektor industri pengolahan merupakan sektor terbesar menurut peringkat outputnya, yakni memberikan andil sebesar Rp. 1.47 trilyun atau 25.09 dari seluruh output yang diciptakan di Provinsi Maluku Utara. Sektor terbesar kedua pencipta output adalah sektor perdagangan besar dan eceran yakni sebesar Rp. 0.87 trilyun atau 14.91 dari seluruh output yang diciptakan. Kemudian diikuti oleh sektor jasa pemerintahan umum; sektor perkebunan; sektor tanaman bahan makanan; sektor perikanan; sektor jasa sosial dan kemasyarakatan; sektor angkutan jalan raya; sektor restoran; dan sektor komunikasi, dengan output Rp. 0.15 trilyun sampai Rp. 0.56 trilyun. Berdasarkan klasifikasi 24 sektor ekonomi Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara terlihat bahwa jumlah output sepuluh sektor terbesar mencapai Rp. 4.81 trilyun atau sekitar 81.71 . Sedangkan keempat belas sektor yang lain menghasilkan output sekitar Rp. 1.07 trilyun atau sekitar 18.28 . Tabel 19. Struktur Output dan Nilai Tambah Bruto Sektoral Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Kode Sektor Output Juta Rp Distribusi Urutan NTB Juta Rp Distribusi Urutan 1 Tanaman Bahan Makanan 311 349 5.28 5 232 648 9.01 5 2 Perkebunan 504 274 8.56 4 347 987 13.48 3 3 Peternakan 110 120 1.87 15 55 578 2.15 12 4 Kehutanan 106 094 1.80 16 77 764 3.01 8 5 Perikanan 261 735 4.44 6 119 080 4.61 6 6 Pertambangan Penggalian 154 056 2.61 12 92 483 3.58 7 7 Industri Pengolahan 1 478 612 25.09 1 269 173 10.43 4 8 Listrik 26 881 0.46 22 8 510 0.33 22 9 Air Bersih 18 759 0.32 24 4 156 0.16 24 10 Bangunan 154 542 2.62 11 32 873 1.27 15 11 Perdagangan Besar dan Eceran 878 658 14.91 2 577 506 22.38 1 12 Hotel 64 039 1.09 17 12 448 0.48 19 13 Restoran 192 960 3.27 9 16 321 0.63 17 14 Angkutan Jalan Raya 211 266 3.59 8 52 408 2.03 13 15 Angkutan Laut 112 307 191 14 41 644 1.61 14 16 Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 23 687 0.40 23 11 591 0.45 20 17 Angkutan Udara 46 351 0.79 19 10 812 0.42 21 18 Jasa Penunjang Angkutan 54 877 0.93 18 23 251 0.90 16 19 Komunikasi 159 670 2.71 10 67 510 2.62 9 20 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 132 928 2.26 13 59 760 2.32 10 21 Jasa Pemerintahan Umum 568 869 9.65 3 387 604 15.02 2 22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 247 689 4.20 7 58 959 2.28 11 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga 32 586 0.55 21 6 354 0.25 23 24 Jasa Perorangan Rumah Tangga 39 921 0.68 20 14 540 0.56 18 Jumlah 5 892 230 100.00 2 580 960 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Berbeda dengan struktur output, nilai tambah bruto sektor industri pengolahan hanya menempati urutan keempat pada urutan nilai tambah bruto Provinsi Maluku Utara. Jumlah nilai tambah bruto dari seluruh kegiatan ekonomi PDRB yang tercipta di Provinsi Maluku Utara sebesar Rp. 2.58 trilyun, dimana sektor perdagangan besar dan eceran memberikan andil sebesar Rp. 0.57 trilyun atau 22.38 . Kemudian diikuti oleh sektor jasa pemerintahan umum sekitar 15.02 ; sektor perkebunan 13.48 ; sektor industri pengolahan 10.43 ; dan sektor-sektor lainnya dengan distribusi nilai tambah di bawah 10 yang berkisar antara 0.16 sampai 9.01 . Bila diamati komponen penyusun input terdiri dari input antara, input primer nilai tambah bruto dan impor. Input antara adalah barang dan jasa yang berasal dari sektor tersebut atau sektor lain yang digunakan sebagai input dalam proses produksi lebih lanjut. Input primer adalah faktor-faktor produksi yang secara lansung terlibat dalam proses produksi. Sedangkan impor merupakan barang dan jasa yang didatangkan dari luar daerah Maluku Utara untuk memenuhi kebutuhan di Provinsi Maluku Utara. Tabel 20. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya Dalam Penyusunan Input Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Kode Komponen Penyusun Nilai Juta Rp Distribusi Terhadap Total Input Distribusi Terhadap Input Primer 190 Input Antara 2 714 678 46.07 - 209 Input Primer Nilai Tambah Bruto: 2 580 960 43.80 100.00 201 Upah dan Gaji 1 158 323 19.66 44.88 202 Surplus Usaha 1 274 227 21.63 49.37 203 Penyusutan 110 333 1.87 4.27 204 Pajak Tak Langsung Netto 38 077 0.65 1.48 200 Impor 596 592 10.13 - Jumlah 190+209+200 5 892 230 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Data pada Tabel 20 menunjukkan bahwa dari total input Rp 5.89 trilyun, komponen input primer memberikan kontribusi 43.80 dari total input. Sedangkan sisanya merupakan kontribusi dari input antara sekitar 46.07 dan impor sebesar 10.13 . Lebih detail pada komponen input primer, maka komponen surplus usaha memberikan andil yang cukup besar terhadap pembentukan nilai tambah PDRB Provinsi Maluku Utara sebesar Rp. 1.27 trilyun atau 49.37 terhadap total input primer. Surplus usaha merupakan tingkat keuntungan sebelum dipotong bunga dan sewa tanah. Besarnya surplus usaha yang diperoleh tiap satu satuan output wilayah di Provinsi Maluku Utara sebesar 0.2163. Hal ini berarti setiap menghasilkan output sebesar Rp. 1 milyar akan diperoleh surplus usaha sebesar Rp 216 juta. Kemudian dilihat pada kontribusi upah dan gaji terhadap pembentukan output wilayah adalah sebesar 0.1966, artinya untuk menghasilkan Rp 1 milyar output diperlukan Rp 197 juta untuk membayar upah dan gaji pekerja. Selanjutnya bila diamati kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan nilai tambah bruto PDRB, sebagaimana terlihat pada Tabel 21. Dapat diketahui bahwa sektor perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai tambah bruto yaitu sekitar 22.38 . Lebih detail pada kontribusi sektor terhadap setiap komponen, untuk komponen upah dan gaji, sektor yang berkontribusi terbesar adalah sektor jasa pemerintahan umum. Untuk komponen surplus usaha, sektor yang berkontribusi terbesar adalah sektor perdagangan besar dan eceran. Untuk komponen penyusutan, sektor yang berkontribusi terbesar adalah sektor kehutanan. Sedangkan untuk komponen pajak tak langsung netto, sektor yang berkontribusi terbesar adalah sektor perdagangan besar dan eceran. Indikasi dari hasil analisis menunjukkan bahwa, besarnya kontribusi jasa pemerintahan umum dalam penciptaaan upah dan gaji berarti sebagian besar kecenderungan tenaga kerja atau alokasi pekerjaan masih bertumpu pada pegawai negeri sipil, yang hal ini disebabkan lapangan kerja yang tersedia pada sektor-sektor lain masih sangat terbatas. Tabel 21. Kontribusi Sektoral Terhadap Komponen Nilai Tambah Bruto Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Nilai Tambah Bruto Kode Sektor Upah dan Gaji Surplus Usaha Penyusutan Pajak TLN Total NTB 1 Tanaman Bahan Makanan 135 762 89 377 4 237 3 272 232 648 2 Perkebunan 171 581 165 401 8 121 2 884 347 987 3 Peternakan 14 526 39 155 1 142 755 55 578 4 Kehutanan 44 722 18 522 14 176 344 77 764 5 Perikanan 21 557 93 109 2 442 1 972 119 080 6 Pertambangan Penggalian 70 942 12 432 8 866 243 92 483 7 Industri Pengolahan 69 771 179 895 12 324 7 183 269 173 8 Listrik 1 910 5 492 1 108 8 510 9 Air Bersih 1 814 2 129 212 1 4 156 10 Bangunan 16 836 13 640 1 310 1 087 32 873 11 Perdagangan Besar dan Eceran 99 843 451 847 10 457 15 359 577 506 12 Hotel 3 438 7 557 805 648 12 448 13 Restoran 4 654 9 700 1 177 790 16 321 14 Angkutan Jalan Raya 14 460 32 600 4 663 685 52 408 15 Angkutan Laut 9 554 26 871 4 936 283 41 644 16 Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 2 402 8 058 1 059 72 11 591 17 Angkutan Udara 3 370 3 555 3 804 83 10 812 18 Jasa Penunjang Angkutan 6 118 15 735 1 304 94 23 251 19 Komunikasi 18 167 38 125 10 605 613 67 510 20 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 9 386 47 144 1 933 1 297 59 760 21 Jasa Pemerintahan Umum 377 967 9 637 387 604 22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 46 199 9.685 2 963 112 58 959 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga 2 859 2.697 511 287 6 354 24 Jasa Perorangan Rumah Tangga 10 485 1.501 2 541 13 14 540 Jumlah 1 158 323 1 274 227 110 333 38 077 2 580 960 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Selanjutnya pada penciptaan nilai surplus usaha dan pajak tak langsung netto yang besar pada sektor perdagangan besar dan eceran mengindikasikan bahwa pemerintah daerah banyak memperoleh pendapatan asli daerah dari sektor tersebut, disamping keuntungan perusahaan yang cukup besar. Namun perlu diperhatikan bahwa nilai ini belum tentu dinikmati oleh masyarakat Provinsi Maluku Utara, karena pengusaha-pengusaha tersebut surplus usahanya dikonsolidasikan di tingkat pusat atau ke daerah lain, yang berarti terjadi transfer pendapatan ke luar Provinsi Maluku Utara yang cukup besar. Akibatnya pendapatan regional atau pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Maluku Utara akan menjadi semakin kecil.

6.2.3. Struktur Permintaan Akhir

Dalam Tabel Input-Output, permintaan akhir dirinci menurut komponennya, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. Jumlah komponen permintaan akhir tersebut dikurangi dengan impor akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik atau PDRB menurut penggunaan. Tabel 22. Komposisi Permintaan Akhir Menurut Komponennya Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Kode Sektor Nilai Juta Rp. Distribusi Terhadap Permintaan Akhir Distribusi Terhadap PDRB 301 Konsumsi Rumah Tangga 1 827 055 57.50 70.79 302 Konsumsi Pemerintah 705 404 22.20 27.33 303 Pembentukan Modal Tetap 91 802 2.89 3.56 304 Perubahan Stok -496 977 -15.64 -19.26 305 Ekspor 1 050 268 33.05 40.69 309 Permintaan Akhir 3 177 552 100.00 - 200 Impor 596 592 18.78 23.12 PDRB 2 580 960 - - Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Jumlah permintaan akhir final demand Provinsi Maluku Utara tahun 2005 sebesar Rp. 3.17 trilyun, sebagaiman terlihat pada Tabel 22. Dari jumlah tersebut didistribusikan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga Rp. 1.82 trilyun, konsumsi pemerintah sebesar Rp. 0.70 trilyun, pembentukan modal sebesar Rp. 0.09 trilyun, perubahan stok sebesar Rp. -0.49 trilyun dan ekspor sebesar Rp. 1.05 trilyun. Ini berarti bahwa sekitar 33.05 permintaan akhir Provinsi Maluku Utara digunakan untuk memenuhi ekspor ke luar negeri atau luar daerah Provinsi Maluku Utara. Tabel 23. Permintaan Akhir Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Permintaan Akhir Total No Sektor 301 302 303 304 305 309 1 Tanamn Bahan Makan 54 453 1 241 65 887 121 581 3.83 2 Perkebunan 7 480 13 -3 482 100 180 104 191 3.28 3 Peternakan 34 494 447 17 -1 894 2 032 35 096 1.10 4 Kehutanan 1 892 -24 5 337 7 205 0.23 5 Perikanan 28 821 -1 216 44 240 71 845 2.26 6 Pertambangan galian 8 527 18 234 1 889 28 650 0.90 7 Industri Pengolahan 938 538 121 385 65 414 -509 836 595 831 1211 332 38.12 8 Listrik 4 600 2 949 7 549 0.24 9 Air Bersih 4 232 1 502 5 734 0.18 10 Bangunan 5 225 29 058 24 249 58 532 1.84 11 Pdagangn Besar Ecer 181 941 24 581 754 155 819 363 095 11.43 12 Hotel 6 157 13 343 21 645 41 145 1.29 13 Restoran 92 559 2 988 14 278 109 825 3.46 14 Angkutan Jalan Raya 120 299 6 239 9 637 136 175 4.29 15 Angk Laut 14 451 5 333 19 784 0.62 16 Angk Sungai, Danau Pnyebrang 6 811 1 163 1 895 9 869 0.31 17 Angk Udara 9 011 5 560 10 864 25 435 0.80 18 Jasa Penunjang Angk 3 839 5 198 4 229 13 266 0.42 19 Komunikasi 24 510 24 014 6 567 55 091 1.73 20 Keu., Psewaan Jasa Prusahaan 50 369 5 174 1 199 56 742 1.79 21 Js Pemerintahan Umum 437 829 1 163 438 992 13.82 22 Js Sosial masyarakatn 194 921 20 558 974 216 453 6.81 23 Js Rekreasi, budaya Olahraga 13 059 4 449 5 671 18 184 0.57 24 Js Prorangn Rumah Tangga 20 866 117 200 598 21 781 0.69 Jumlah 1 827 055 705 404 91 802 -496 977 1 050 268 3 177 552 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Adapun dilihat dari kontribusi terhadap pembentukan PDRB, maka konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 70.79 , konsumsi pemerintah berkontribusi 27.33 , pembentukan modal berkontribusi 3.56 , perubahan stok minus 19.26 , dan ekspor sebesar 40 .69 , sementara komponen impor sebagai pengurang berkontribusi sebesar 23.12 . Perbandingan antara barang dan jasa yang diekspor dengan yang diimpor menunjukkan bahwa nilai barang dan jasa yang diimpor lebih kecil. Ini berarti arus barang dan jasa di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2005 menunjukkan arus masuk flow in. Arus ini secara tidak langsung berfungsi sebagai indikator kuatnya permintaan eksternal komoditi yang dihasilkan Provinsi Maluku Utara. Secara sektoral, seperti ditunjukkan pada Tabel 23, sektor yang paling besar dalam penyediaan output bagi permintaan akhir yaitu sektor industri pengolahan sekitar 38.12 dan diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sekitar 11.43 . Permintaan akhir terhadap sektor-sektor tersebut, sebagian besar bersumber atau untuk memenuhi konsumsi rumah tangga.

6.2.4. Struktur Ketenagakerjaan

Analisis struktur ketenagakerjaan dimaksudkan untuk mengukur tingkat produktivitas tenaga kerja sektoral. Tingkat produktivitas dalam analisis ini dilihat berdasarkan rasio perbandingan antara nilai tambah sektoral dengan jumlah tenaga kerja masing-masing sektor. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penggunaan input tenaga kerja dalam menciptakan nilai tambah untuk sektor ekonomi 3 . 3 Dalam pengukuran produktivitas terdapat istilah produktivitas total dan produktivitas parsial. Produktivitas total adalah rasio output atau nilai tambah terhadap jumlah semua faktor input yang Tabel 24. Nilai Tambah, Nilai Upah, Jumlah Tenaga Kerja, dan Produktivitas Sektoral Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Nilai Tambah Juta Rp. Total UpahGaji Juta Rp. Jlh Tenaga Kerja Orang Produk- tivitas JutaTK UpahTK JutaTK Kode Sektor 1 2 3 4=13 5=23 1 Tanaman Bahan Makanan 232 648 135 762 68 511 3.40 1.98 2 Perkebunan 347 987 171 581 109 111 3.19 1.57 3 Peternakan 55 578 14 526 12 688 4.38 1.14 4 Kehutanan 77 764 44 722 22 837 3.41 1.96 5 Perikanan 119 080 21 557 40 599 2.93 0.53 6 Pertambangan Penggalian 92 483 70 942 812 113.90 87.37 7 Industri Pengolahan 269 173 69 771 7 516 35.81 9.28 8 Listrik 8 510 1 910 184 46.25 10.38 9 Air Bersih 4 156 1 814 169 24.59 10.73 10 Bangunan 32 873 16 836 12 244 2.68 1.38 11 Perdagangan Besar dan Eceran 577 506 99 843 31 489 18.34 3.17 12 Hotel 12 448 3 438 370 33.64 9.29 13 Restoran 16 321 4 654 287 56.87 16.22 14 Angkutan Jalan Raya 52 408 14 460 3 090 16.96 4.68 15 Angkutan Laut 41 644 9 554 4 181 9.96 2.29 16 Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 11 591 2 402 320 36.22 7.51 17 Angkutan Udara 10 812 3 370 1 760 6.14 1.91 18 Jasa Penunjang Angkutan 23 251 6 118 997 23.32 6.14 19 Komunikasi 67 510 18 167 5 954 11.34 3.05 20 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 59 760 9 386 1 094 54.63 8.58 21 Jasa Pemerintahan Umum 387 604 377 967 21 058 18.41 17.95 22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 58 959 46 199 4 610 12.79 10.02 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga 6 354 2 859 845 7.52 3.38 24 Jasa Perorangan Rumah Tangga 14 540 10 485 2 140 6.79 4.90 Jumlah 2 580 960 1 158 323 352 866 7.31 3.28 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor ekonomi Provinsi Maluku Utara tahun 2005 sebanyak 352 866 orang, sebagaimana terlihat pada Tabel 24. Sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu sektor perkebunan sekitar 30.92 , kemudian sektor tanaman bahan makanan 19.42 dan sektor perikanan 11.51 dari total tenaga kerja yang ada di Provinsi Maluku Utara. Jumlah tenaga digunakan, sedangkan produktivitas parsial merupakan rasio output atau nilai tambah terhadap salah satu jenis input dapat berupa modal, material, mesin, lahan, tenaga kerja, dan sebagainya. kerja yang terserap pada ketiga sektor tersebut sebagai disaggregasi dari sektor pertanian menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat di Provinsi Maluku Utara. Dalam hal produktivitas, terdapat tiga sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 113.90 jutatk, sektor restoran sebesar Rp. 56.87 jutatk dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp. 54.63 jutatk. Dari kondisi ini terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai tambah yang tinggi belum mengindikasikan bahwa sektor tersebut memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini nampaknya karena dipengaruhi oleh faktor tinggi atau rendahnya daya serap tenaga kerja sektor tersebut serta tinggkat upah yang diperoleh dari setiap sektor ekonomi. Pada Tabel 24 juga terlihat bahwa rata-rata upah tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara tahun 2000 sebesar Rp 3. 28 jutatktahun, atau sama dengan Rp 0.27 jutatkbulan Rp. 270 000 tkbulan. Jika dibandingkan dengan upah minimum provinsi UMP di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2005 sebesar Rp. 660 ribubulan, maka rata-rata upah yang diterima pekerja di Provinsi Maluku Utara masih sangat rendah. Dalam mengetahui sektor yang memberikan kesempatan lebih baik kepada tenaga kerja dalam menciptakan pendapatannya, dapat dilakukan analisis rasio antara nilai upah dan gaji dengan nilai surplus usaha masing-masing sektor. Upah dan gaji merupakan satu-satunya komponen nilai tambah yang langsung diterima oleh pekerja dan masyarakat pada umumnya. Sementara surplus usaha adalah balas jasa terhadap sektor produksi lainnya yaitu sewa tanah sebagai balas jasa tanah, bunga sebagai balas jasa modal, dan keuntungan sebagai jasa wiraswasta. Tabel 25. Rasio Upah dan Gaji Terhadap Surplus Usaha Menurut Sektor di Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Kode Sektor Upah dan Gaji Juta Rp. Surplus Usaha Juta Rp. Rasio UpahSurplus 1 Tanaman Bahan Makanan 135 762 89 377 151.90 2 Perkebunan 171 581 165 401 103.74 3 Peternakan 14 526 39 155 37.10 4 Kehutanan 44 722 18 522 241.45 5 Perikanan 21 557 93 109 23.15 6 Pertambangan Penggalian 70 942 12 432 570.64 7 Industri Pengolahan 69 771 179 895 38.78 8 Listrik 1 910 5 492 34.78 9 Air Bersih 1 814 2 129 85.20 10 Bangunan 16 836 13 640 123.43 11 Perdagangan Besar dan Eceran 99 843 451 847 22.10 12 Hotel 3 438 7 557 45.49 13 Restoran 4 654 9 700 47.98 14 Angkutan Jalan Raya 14 460 32 600 44.36 15 Angkutan Laut 9 554 26 871 35.56 16 Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 2 402 8 058 29.81 17 Angkutan Udara 3 370 3 555 94.80 18 Jasa Penunjang Angkutan 6 118 15 735 38.88 19 Komunikasi 18 167 38 125 47.65 20 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 9 386 47 144 19.91 21 Jasa Pemerintahan Umum 377 967 - 22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 46 199 9 685 477.02 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga 2 859 2 697 106.01 24 Jasa Perorangan Rumah Tangga 10 485 1 501 698.53 Jumlah 1 158 323 1 274 227 90.90 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Berdasarkan Tabel 25, sektor yang memiliki rasio upah dan gaji terhadap surplus usaha besar adalah sektor jasa perorangan dan rumah tangga sebesar 698.53 , disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 570.64 dan sektor jasa sosial dan kemasyarakatan sebesar 477.02 . Sektor-sektor lainnya yang memiliki rasio antara upah dan gaji terhadap surplus usaha dengan persentase 50 yaitu sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, bangunan, jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga, angkutan udara dan air bersih.

6.2.5. Tingkat Ketergantungan Faktor Input

Tingkat ketergantungan faktor input TKFI dimaksudkan sebagai kapasitas penggunaan faktor input suatu sektor untuk menghasilkan output. Semakin tinggi nilai TKFI suatu sektor, maka hal demikian menunjukkan semakin tinggi ketergantungan pada faktor input oleh sektor tersebut untuk menghasilkan output. Faktor input yang dimaksudkan dalam studi ini adalah input antara dan input primer. Nilai koefisien input antara dan input primer dapat digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis produksi daerah. Bila nilai koefisien input antara lebih besar maka menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan masih mengutamakan ketergantungan pada penggunaan faktor input produksi daripada mengutamakan penciptaan nilai tambah yang bisa dinikmati oleh masyarakat serta menunjukkan kemampuan teknis sektor yang bersangkutan belum efisien. Sebaliknya bila nilai koefisien input primer lebih besar maka menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan sudah meningkatkan efisiensi teknis untuk menciptakan nilai tambah atau pendapatan yang bisa dimanfaatkan masyarakat luas. Jika kondisi ini sudah bisa terjadi berarti sektor yang bersangkutan sudah mampu melakukan efisiensi teknis demi menghemat penggunaan input Rauf, 2002. Input antara yang digunakan oleh segenap sektor produksi dapat dipilah ke dalam dua tipe transaksi yaitu transaksi internal dan eksternal. Semakin besar transaksi internal semakin besar pula sektor tersebut menggunakan sebagian dari hasil produksinya sebagai input untuk produksi lanjutannya. Dilain sisi, semakin besar transaksi eksternal semakin besar pula sektor tersebut menggunakan hasil produksi dari sektor lainnya dalam proses produksi Suryawardana, 2006. Tabel 26. Tingkat Ketergantungan Faktor Input Sektoral Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Input Antara Input Primer Kode Sektor Transaksi Internal Transaksi Eksternal NTB Impor Total 1 Tanaman Bahan Makanan 10.64 14.50 74.72 0.14 100 2 Perkebunan 14.60 16.37 69.01 0.02 100 3 Peternakan 13.68 28.16 50.47 7.68 100 4 Kehutanan 14.85 11.56 73.30 0.30 100 5 Perikanan 39.48 14.93 45.50 0.09 100 6 Pertambangan Penggalian 15.15 24.67 60.03 0.15 100 7 Industri Pengolahan 9.00 69.83 18.20 2.96 100 8 Listrik 1.83 63.22 31.66 3.30 100 9 Air Bersih 18.76 58.37 22.15 0.71 100 10 Bangunan 1.20 75.37 21.27 2.15 100 11 Perdagangan Besar dan Eceran 1.57 28.23 65.73 4.48 100 12 Hotel 1.05 33.81 19.44 45.70 100 13 Restoran 1.17 23.78 8.46 66.59 100 14 Angkutan Jalan Raya 3.01 55.53 24.81 16.65 100 15 Angkutan Laut 9.46 51.74 37.08 1.72 100 16 Angkutan Sungai, Danau Penyebrangan 7.38 37.14 48.93 6.55 100 17 Angkutan Udara 15.94 58.32 23.33 2.41 100 18 Jasa Penunjang Angkutan 3.40 53.20 42.37 1.03 100 19 Komunikasi 18.08 32.59 42.28 7.05 100 20 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 5.82 47.80 44.96 1.43 100 21 Jasa Pemerintahan Umum 0.00 0.00 68.14 31.86 100 22 Jasa Sosial Kemasyarakatan 0.79 37.34 23.80 38.07 100 23 Jasa Rekreasi, Kebudayaan Olahraga 31.68 26.40 19.50 22.42 100 24 Jasa Perorangan Rumah Tangga 0.09 50.49 36.42 13.00 100 Rata-rata 9.94 38.06 40.48 11.52 100 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Utara Updating, 2005, Data Diolah Dalam Tabel 26 dapat dilihat bahwa rata-rata untuk memproduksi barang dan jasa di Provinsi Maluku Utara diperlukan input antara 48 yang bersumber dari hasil produksinya sendiri sebesar 9.94 dan barang dan jasa dari sektor lainnya sebesar 38.06 . Sedangkan penggunaan input terbesar berasal dari input primer sebesar 52 NTB ditambah impor. Sektor-sektor yang paling banyak menggunakan input antara dalam proses produksi adalah sektor industri pengolahan 7; air bersih 9; bangunan 10; angkutan udara 17; listrik 8; angkutan laut 15; angkutan jalan raya 14; jasa rekreasi, kebudayaan dan olehraga 23; jasa penunjang angkutan 18; perikanan 5; keuangan, perusahaan dan jasa perusahaan 20; komunikasi 19; serta jasa perorangan dan rumah tangga 24. Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor-sektor tersebut belum memiliki kemampuan teknis yang efisien. Sektor-sektor yang paling banyak menggunakan input primer dalam proses produksi adalah sektor jasa pemerintahan umum 21; restoran 13; tanaman bahan makanan 1; kehutanan 4; perdagangan besar dan eceran 11; perkebunan 2; hotel 12; jasa sosial dan kemasyarakatan 22; pertambangan dan penggalian 6; peternakan 3; serta angkutan sungai, danau dan penyebrangan 16. Sektor-sektor dengan penggunaan input primer yang besar mengindikasikan bahwa sektor yang bersangkutan telah mampu meningkatkan kemampuan teknisnya secara efisien dalam penciptaan pendapatan masyarakat. Sektor-sektor dengan transaksi internal yang besar adalah sektor perikanan 5; kehutanan 4; dan sektor jasa rekreasi, kebudayaan dan olahraga 23. Sedangkan kedua puluh satu sektor lainnya memiliki pangsa transaksi eksternal yang besar yakni masih tergantung dengan penggunaan input dari sektor lainnya dalam menghasilkan output barang dan jasa. Dilihat dari sisi ketergantungan penggunaan input yang berasal dari impor, sektor yang memiliki ketegantungan input dari impor yang besar adalah sektor restoran 13 dan sektor hotel 12. Nilai impor yang besar menyebabkan nilai tambah yang tercipta di Maluku Utara menjadi kecil. Hal ini disebabkan, nilai dari elemen invers matriks leontief sektor tersebut akan mendekati satu. Sehingga tambahan satu unit permintaan akhir terhadap sektor tersebut tidak akan menggerakkan sektor tersebut maupun sektor lainnya Suryawardana, 2006.

6.3. Keterkaitan Antar Sektor