sistem pasar extra market institution dimana otoritas dan kewenangan berperan sebagai koordinator dalam mengatur alokasi sumberdaya.
2.2. Tinjauan Empiris
Dalam ulasan berikut akan dilihat seberapa jauh analisis dengan Model Input-Output, Location Quotient dan Shift Share berguna sebagai alat analisis
penelitian, baik penelitian dalam skala nasional maupun regional. Studi yang dilakukan oleh Labakry 1999 untuk menganalisis kontribusi
sektor perikanan terhadap kawasan pengembangan ekonomi terpadu pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah. Penggunaan analisis Input-Output dalam studi ini
untuk mengetahui dampak pengembangan sektor perikanan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Analisis Input-Output bagi Kabupaten Daerah
Tingkat II Maluku Tengah adalah dengan menggunakan metode RAS yang diturunkan dari Tabel I-O Provinsi Maluku. Klasifikasi sektor-sektor yang dimuat
dalam Tabel Input-Output Provinsi Maluku tahun 1991 40 sektor disederhanakan menjadi 13 sektor. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor
perikanan memberi kontribusi kepada output wilayah pada urutan ke-3 dari 5 sektor penyumbang terbesar kepada output wilayah. Dari sisi nilai tambah sektor
perikanan hanya menyumbang sebesar 2.32 persen menduduki peringkat ke 8. Keterkaitan antarsektor menunjukkan bahwa keterkaitan langsung ke belakang
sebesar 0.02904 menduduki urutan ke-12, sementara koefisien keterkaitan langsung k depan adalah 0.05171 menduduki peringkat ke-10. Selanjutnya untuk
nilai pengganda output sektor perikanan berada pada urutan ke-12. Kemudian untuk pengganda pendapatan, menduduki urutan ke-8 dan koefisien pengganda
tenaga kerja sektor perikanan menempati urutan ke-4 dari 13 sektor ekonomi.
Penelitian yang dilakukan Riyanto 1997 yang melakukan analisis
kepekaan sektor-sektor perekonomian dalam pengembangan wilayah kabupaten Dati II Bangkalan – Jawa Timur. Untuk memperoleh Tabel Input-Output
Kabupaten Bangkalan di updating dari Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur. Seluruh kegiatan ekonomi atau lapangan usaha ayang ada dalam wilayah
Kabupaten tersebut diklasifikasikan menjadi 19 sektor. Dalam penelitian tersebut, semua proses pengolahan data Tabel Input-Output yang bertujuan untuk
menyusun Tabel input-Output baru, dilakukan melalui metode RAS. Penelitian ini memiliki kelemahan, dimana dalam proses memperoleh Tabel Input-Output
Kabupaten Jeneponto berdasar pada Tabel Input-Output Provinsi Jawa Timur, seharusnya dilakukan dengan metode derivasi apabila daerah tersebut belum
memiliki Tabel Input-Output Miller dan Blair, 1985
Sedangkan penelitian yang dilakukan Rauf 2002 dengan pendekatan
Input-Output untuk penentuan sektor kunci dalam struktur perekonomian Kabupaten Jeneponto. Dalam penyusunan Tabel Input-Output Kabupaten
Jeneponto, seluruh kegiatan ekonomi atau lapangan usaha diklasifikasikan menjadi 25 sektor atas dasar satuan kelompok komoditi dan dasar satuan aktivitas.
Proses pengolahan data Tabel Input-Output untuk update, dilakukan melalui metode RAS.
Dalam penelitian ini, untuk melihat kondisi dan gambaran riil perekonomian Kabupaten Jeneponto dan untuk memperoleh Tabel Input-Output
tingkat Kabupaten dilakukan updating dengan menggunakan Tabel Input-Output Indonesia 1998. Penelitian tersebut juga melakukan proyeksi kondisi
perekonomian untuk 4 tahun berikutnya dengan melakukan simulasi Tabel Input-
Output, dimana Peneliti menyatakan bahwa pada dasarnya simulasi Tabel dalam penelitian ini merupakan teknik non survey.
Hal yang menarik untuk dikaji dalam penelitian tersebut adalah: Pertama, penelitian tersebut menggunakan koefisien tingkat nasional untuk memperoleh
koefisien daerah. Menurut Nazara 1997, asumsi yang menyatakan bahwa teknologi yang digunakan tingkat nasional adalah sama dengan teknologi yang
digunakan di tingkat region adalah asumsi yang sangat lemah. Pada kenyataannya, hampir pasti bahwa teknologi yang digunakan di kedua perekonomian tersebut
akan berbeda. Oleh karena itu, modifikasi koefisien teknologi di tingkat nasional untuk suatu region juga bukan suatu metodologi yang benar-benar pasti dapat
menggambarkan apa yang terjadi di tingkat region tersebut. Kedua, dalam memperoleh Tabel Input-Output Kabupaten Jeneponto dilakukan melalui
updating Tabel Input-Output Indonesia dengan menggunakan Metode RAS dan
teknik non survey. Menurut Miller dan Blair 1985 Untuk membuat Tabel Input- Output ada tiga pilihan yang dapat diambil, yakni: 1 melakukan survei terhadap
seluruh sektor perekonomian yang ada, 2 melakukan survei parsial dan terbatas untuk keperluan updating dengan Metode RAS dimana dapat dilakukan jika
daerah tersebut memiliki Tabel Input-Output, dan 3 menggunakan metode non- survei yaitu dengan melakukan derivasi dari Tabel Input-Output daerah lain jika
daerah tersebut belum memiliki Tabel Input-Ouput. Oleh karena itu ada pertanyaan besar pada penelitian tersebut, yakni
1 mengapa dalam memperoleh Tabel Input-Output baru untuk daerah yang belum memiliki Tabel Input-Output dilakukan melalui proses updating dengan
metode RAS dan teknik survei parsial, yang seharusnya dilakukan melalui metode
non-survei dengan melakukan derivasi dari Tabel Input-Output daerah lain. 2 mengapa dalam proses memperoleh Tabel Input-Output daerah yang baru
menggunakan Tabel Input-Output nasional, yang pada dasarnya merupakan asumsi yang terlalu lemah. Namun dalam penelitian ini tidak dijelaskan secara
detail alasan penggunaan pendekatan tersebut. Selanjutnya Wikarya 2003, yang melakukan penelitian tentang
keterkaitan ekonomi sektoral dan spasial di Indonesia menggunakan Model IRIO Indonesia 1995. Untuk menganalisis derajat keterkaitan dan kemandirian suatu
pulau terhadap pulau lainnya digunakan model Input-Output Daerah dan Input- Output Antardaerah IRIO. Dalam penelitian tersebut, keterkaitan ekonomi
dilihat dari aspek sektoral dan spasial. Dari aspek sektoral dianalisis keterkaitan ekonomi antarsektor di suatu pulau. Sedangkan dari aspek spasial, dianalisis
keterkaitan ekonomi antarpulau secara sektoral. Keterkaitan ekonomi antarsektor di suatu pulau diukur oleh dampak pengganda output. Keterkaitan ekonomi
antarpulau secara sektoral diukur oleh dampak pengganda output, pendapatan dan kesempatan kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sektor yang
memiliki keterkaitan ekonomi ke belakang tertinggi di hampir semua pulau adalah Jasa-jasa; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; dan Transportasi dan
Komunikasi. Sedangkan sektor yang memiliki keterkaitan rendah di hampir semua pulau adalah Pertanian; dan Pertambangan dan Penggalian.
Terkait dengan analisis basis ekonomi, suatu kajian dilakukan oleh Amanto 1999 terhadap pengembangan agroindustri perikanan rakyat di daerah
Maluku yang salah satu metode analisisnya menggunakan metode location quotient LQ. Adapun kajian ini peranan agroindustri perikanan rakyat pada lima
kabupatenkota di Provinsi Maluku tahun 1996 dengan peubah yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja. Hasil kajian menunjukkan bahwa, menurut kriteria
LQ, maka agroindustri perikanan rakyat di Maluku Tengah dan Kotamadya Ambon memiliki peranan yang kecil LQ = 0.47 dan 0.13, untuk Maluku
Tenggara memiliki peranan sedang LQ = 1.11, sedangkan agroindustri perikanan rakyat di Maluku Utara dan Halmahera Tengah memiliki peranan yang
besar LQ = 2.32 dan 1.64. Pengembangan agroindustri perikanan rakyat sebaiknya dilaksanakan pada Daerah Tingkat II dimana peranannya rakyat relatif
besar dan sedang. Pengembangan agroindustri perikanan rakyat bagi Daerah Tingkat II yang memiliki kontribusi perikanan relatif kecil LQ 1 memerlukan
tambahan tenaga kerja dari luar daerah atau melatih tenaga kerja setempat.
III. KERANGKA PEMIKIRAN