85
ikutan menjadi LPG juga akan mengurangi pencemaran lingkungan akibat dari
pembakaran tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang
peluang pemanfaatan gas ikutan tersebut dan kelayakan ekonomi serta kelayakan secara lingkungan, sekaligus menjajaki kemungkinan sistem
pengolahan gas ikutan dan potensi pemanfaatannya, mengingat gas ikutan ini sangat melimpah pada setiap lapangan minyak, seperti di PT. SDK.
5.2. Metode Analisis Kondisi dan Sistem Pengolahan Gas Ikutan dan
Potensi Pemanfaatannya Untuk merancang kondisi sistem pengolahan gas ikutan dan potensi
pemanfaatannya penelitian ini menggunakan metode deksriptif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal tentang objek penelitian
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang menjadi objek penelitian. Sasaran analisis
deskriptif yaitu status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang Nazir,
1999. Selain untuk tujuan di atas hasil analisis ini juga akan memberikan gambaran perkiraan kriteria dan indikator yang digunakan untuk menentukan
model pemanfaatan gas ikutan di perusahaan migas dalam rangka mendukung mekanisme pembangunan bersih.
Untuk mendukung metode analisis deskriptif ini, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data-data sekunder yang berkaitan dengan topik yang dikaji.
Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan triangulasi yang merupakan suatu pendekatan dengan memanfaatkan beberapa macam teknik pengumpulan
data yang antara lain kegiatan studi pustaka terhadap hasil-hasil kajian terdahulu, yang dilanjutkan dengan pengamatan observasi langsung di wilayah
studi, dan wawancara dengan masyarakat setempat.
5.3. Hasil dan Pembahasan Studi Kondisi Sistem Pengolahan Gas Ikutan,
dan Potensi Pemafaatannya
5.3.1. Kondisi Sistem Pengolahan Gas Ikutan a. Sejarah dan Profil Cadangan Lapangan Produksi Minyak Tugu Barat
Sejarah migas di daerah operasi hulu DOH Jawa Bagian Barat JBB diawali dengan eksplorasi minyak pertama oleh Jan Reering dan Van Hoevel di
Desa Cibodas, Kecamatan Maja, Majalengka, Jawa Barat sekitar tahun 1817.
86 Disusul kemudian dengan pemboran ekplorasi di daerah Indramayu, Karawang
dan Majalengka yang dilakukan pada rentang waktu 1932 – 1941. Sejak tahun 1970, migas mulai kembali diekploitasi oleh PERTAMINA melalui pengeboran
sejumlah sumur. Setelah melalui pemboran ratusan sumur, daerah-daerah yang berhasil memproduksi adalah Jatibarang, Cemara, Kandanghaur Barat dan
Timur, Tugu Barat, dan Lepas Pantai. Lalu pada tahun 1980 PERTAMINA mendirikan Kilang Minyak Balongan yang berlaku juga sebagai terminal untuk
menyalurkan bahan bakar minyak BBM. Kilang ini dibangun pada tahun 1990 dan mulai beroperasi pada tahun 1994.
Daerah operasi Explorasi Produksi EP yang kini bernama PT. Pertamina EP Region Jawa Bagian Barat ini termasuk Daerah Operasi Hulu
besar yang dimiliki PT. PERTAMINA Persero. Produksi tertinggi daerah ini terjadi pada tahun 1973-1994 mampu mencapai 28.000 barrel oil per day
BOPD. Pada tahun 2000, produksi mengalami penurunan hingga menyentuh angka 7.000 – 7.500 BOPD. Pada tahun 2001 PT. Pertamina EP Region Jawa
Bagian Barat mampu meningkatkan produksi minyak sebesar 14.294 BOPD dan gas 404.8 MMSCFD. Melalui pengelolaan PERTAMINA Unit Pengolahan UP
VI Balongan, produksi kilang BBM ini memiliki kapasitas 125.000 BPSD barrel per stream day dengan keseluruhan produksi disalurkan untuk DKI Jakarta.
Sedangkan produksi gas atau LPG yang dikelola Kilang LPG Mundu VI dengan kapasitas 37,3 MMSCFD juta kaki kubik per hari di Kecamatan Karangampel,
disalurkan untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan terjadinya peningkatan
produksi minyak dan kondensat serta gas sejak tahun 1992 sampai dengan tahun 2001 dari cadangan yang tersedia di Lapangan Tugu Barat C Dinas
Petambangan dan Energi Jawa Barat, 2002. Dari IOIP telah ditetapkan yaitu sebesar 8.175,90 dan cadangan terambil sebesar 3.147,70 MSTB per tahun,
memperlihatkan peningkatan produksi dari 68,67 MSTB pada tahun 1992 naik menjadi 149,80 MSTB pada tahun 2001 dengan produksi kumulatif sebesar
68,47 MSTB pada tahun 1991 menjadi 1.152,75 pada tahun 2001. Sementara sisa cadangan dari 3.079,23 MSTB pada tahun 1992 mengalami penurunan
menjadi 1.362,85 MSTB pada tahun 2001. Sedangkan untuk gas, dari IGIP sebesar 37,44 BSCF dan cadangan terambil sebesar 28,46 BSCF per tahun,
memperlihatkan peningkatan produksi pertahun yaitu dari 0,07 BSCF pada tahun 1992 mengalami peningkatan sampai pada tahun 1998 sebesar 1,48 BSCF dan
87 selanjutnya menurun pada tahun 1999 dan 2000 yaitu menjadi 0,83 dan 0,41
BSCF. Adapun profil cadangan dan sejarah minyak dan kondensat di Lapangan Produksi Tugu Barat secara rinci disajikan pada Tabel 8.
Produksi minyak dan gas di Lapangan Pasir Catang, memperlihatkan hal yang sama dengan di Lapangan Tugu Barat C yaitu terjadi fluktuasi peningkatan
produksi dengan bertambahnya waktu ekploitasi. Tabel 8 memperlihatkan rata- rata IOIP, cadangan terambil, produksi dan produksi kumulatif per tahun. Rata-
rata IOIP di Lapangan Pasir Catang sebesar 26.273,90 MSTB dan cadangan terambil untuk minyak dan kondensatnya sebesar 10.115,40 MSTB. Sedangkan
produksi minyak dan kondensat mengalami penurunan secara tajam dari 48,98 MSTB pada tahun 1996 menjadi 3,42 MSTB pada tahun 1999, namun
selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2000 menjadi 26,60 MSTB dan menurun lagi pada tahun 2001 menjadi 18,00 MSTB. Fenomena ini
mencerminkan bahwa kegiatan produksi minyak dan kondensatnya di Lapangan Pasir Catang sangat tergantung pada deposit yang tersedia di ladang minyak
tersebut. Namun jika dilihat dari produksi kumulatif, terlihat adanya peningkatan produksi setiap tahun.
Pada tahun 1996, produksi kumulatif minyak dan kondensat sebesar 48,98 MSTB dan terus meningkat menjadi 160,90 MSTB pada tahun 2001.
Untuk produksi gas, dengan jumlah IGIP dan cadangan terambil rata-rata sebesar 81,59 dan 61,79 BSCF, memperlihatkan produksi yang berfluktuasi.
Sebagai contoh pada tahun 1996 produksinya sebesar 0,54 BSCF namun nilai ini terus mengalami kenaikan hingga tahun 1998 yang jumlahnya mencapai 1,27
BSCF, kemudian menurun lagi pada tahun 1999 menjadi 0,64 BSCF dan selanjutnya mengalami peningkatan lagi pada tahun 2000 menjadi 1,17 BSCF.
Sementara produksi kumulatifnya mengalami peningkatan dan sisa cadangan mengalami penurunan. Pada tahun 1996, produksi kumulatif gas di lapangan
Pasir Catang 0,54 BSCF dan meningkat menjadi 5,31 BSCF pada tahun 2000, sementara sisa cadangan menurun dari 61,25 BSCF menjadi 56,66 BSCF tahun
2000. Adapun profil cadangan dan sejarah gas di Lapangan Produksi Pasir Catang secara rinci di sajikan pada Tabel 9.
88
Tabel 8. Sejarah produksi dan profil cadangan minyak dan gas di Lapangan Tugu Barat
Minyak + Kondensat Gas
Cadangan Produksi Produksi Sisa
IGIP Cadangan
Produksi Produksi Sisa
Tahun IOIP Terambil Pertahun Kumulatif
Cadangan Terambil
Pertahun Kumulatif
Cadangan MSTB
MSTB MSTB
MSTB BSCF
BSCF BSCF
BSCF BSCF
LAPANGAN TUGU BARAT C
1992 8,175.90
3,147.70 68.47
68.47 3,079.23
37.44 28.46 0.07
0.07 28.39
1993 8,175.90
3,147.70 127.24
195.71 2,951.99
37.44 28.46 0.10
0.17 28.29
1994 8,175.90
3,147.70 106.69
302.40 2,845.30
37.44 28.46 0.12
0.29 28.17
1995 8,175.90
3,147.70 148.88
451.28 2,696.42
37.44 28.46 0.20
0.49 27.97
1996 8,175.90
3,147.70 187.62
638.90 2,508.80
37.44 28.46 1.20
1.69 26.77
1997 8,175.90
3,147.70 91.00
729.90 2,417.80
37.44 28.46 2.09
3.78 24.68
1998 8,175.90
3,147.70 49.00
778.90 2,368.80
37.44 28.46 1.48
5.26 23.20
1999 8,175.90
3,147.70 98.65
877.55 2,270.15
37.44 28.46 0.83
6.09 22.37
2000 8,175.90
3,147.70 125.40
1,002.95 2,144.75
37.44 28.46 0.41
6.50 21.96
2001 8,175.90
2,515.60 149.80
1,152.75 1,362.85
Sumber : Distamben dan LPPM ITB, 2003.
89
Tabel 9. Sejarah produksi dan profil cadangan minyak dan gas di Lapangan Pasir Catang
Minyak + Kondensat Gas
Cadangan Produksi Produksi Sisa
IGIP Cadangan
Produksi Produksi Sisa
Tahun IOIP Terambil Pertahun Kumulatif
Cadangan Terambil Pertahun Kumulatif
Cadangan MSTB
MSTB MSTB
MSTB BSCF
BSCF BSCF
BSCF BSCF
LAPANGAN PASIR CATANG
1996 26,273.90
10,115.40 48.98 48.98
10,066.42 81.59 61.79
0.54 0.54
61.25 1997
26,273.90 10,115.40 44.00
92.98 10,022.42
81.59 61.79 1.51
2.05 59.74
1998 26,273.90
10,115.40 19.90 112.88
10,002.52 81.59 61.79
1.27 3.32
58.47 1999
26,273.90 10,115.40 3.42
116.30 9,999.10
81.59 61.79 0.64
3.96 57.83
2000 26,273.90
10,115.40 26.60 142.90
9,972.50 81.59 61.79
1.17 5.13
56.66 2001
4,365.50 1,456.40
18.00 160.90
1,295.50 Sumber : Distamben dan LPPM ITB, 2003.
90
b. Kondisi Gas Ikutan di Lapangan Tugu Barat