140
Pada model pemanfaatan gas ikutan yang berwawasan lingkungan ini keterkaitan hubungan antar faktor yang saling berinteraksi dalam penyusunan
model dibuat berdasarkan variabel kombinasi dari hasil analisis kondisi saat ini dan dari analisis kebutuhan stakeholders.
c.2. Diagram Input-Output Black Box
Diagram input-output menggambarkan hubungan antara peubah masukan dan keluaran melalui proses tranformasi yang digambarkan sebagai
kotak hitam. Pada diagram ini terdapat dua macam input yakni input yang terkendali dan input yang tidak terkendali. Selain input juga terdapat output yang
juga terdiri dari dua macam output atau keluaran yang dikehendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki. Untuk lebih jelasnya diagram input-output ini dapat
dilihat pada Gambar 37. Gambar 37. Diagram input - output model pemanfaatan gas ikutan di
perusahaan migas dalam rangka mendukung mekanisme pembangunan bersih.
Input Tak Terkendali :
1 1
. .
P P
e e
r r
m m
a a
s s
a a
l l
a a
h h
a a
n n
l l
i i
n n
g g
k k
u u
n n
g g
a a
n n
g g
l l
o o
b b
a a
l l
2 2
. .
T T
e e
r r
j j
a a
d d
i i
n n
y y
a a
g g
a a
s s
r r
u u
m m
a a
h h
k k
a a
c c
a a
3 3
. .
P P
e e
r r
s s
e e
d d
i i
a a
a a
n n
m m
i i
g g
a a
s s
d d
a a
l l
a a
m m
p p
e e
r r
u u
t t
b b
u u
m m
i i
4 4
. .
M M
o o
b b
i i
l l
i i
t t
a a
s s
P P
e e
n n
d d
u u
d d
u u
k k
Input Terkendali :
1. Potensi gas suar bakar 2. Teknologi pengolahan
3. Modal pengembangan 4. Tenaga kerja yang terserap
5. Managemen dan pengawasan gas 6. proporsi produk olahan gas ikutan
7. Kapasitas unit produksi 8. Sarana dan prasarana
Output Yang Dikehendaki :
1. Adanya kebijakan pemanfaatan gas suar bakar 2. Penurunan Emisi
3. Terpeliharanya kualitas lingkungan 4. Bertambahnya keuntungan perusahaan
5. Penyerapan tenaga kerja 6. Gas ikutan menjadi bernilai ekonomis
7. Pematuhan hukum UULH
Model pengelolaan gas suar bakar yang berkelanjutan
Output Yang Tidak Dikehendaki :
1. Investasi industri berkurang 2. Gas suar bakar terbuang ke lingkungan
3. Peningkatan biaya operasional 4. Menurunnya keuntungan perusahaan
5. Terjadinya pencemaran lingkungan 6. Tingginya tingkat pengangguran
7. Terjadi konflik land use stakeholders 8. Inefisiensi infrastruktur
Manajemen Pengendalian feed back
Input Lingkungan :
1. Peraturanperundangan migas
2. Peraturanperundangan LH
141
d. Simulasi Model
Simulasi merupakan proses penggunaan model untuk meniru perilaku secara bertahap dari sistem yang dipelajari Grant et al., 1997. Simulasi
merupakan eksperimentasi yang menggunakan model suatu sistem dengan analisis sistem tanpa harus mengganggu atau mengadakan perilaku terhadap
sistem yang diteliti dan kegagalan seperti yang terjadi pada eksperimen biasa. Siswosudarmo et al., 2001, menjelaskan bahwa simulasi adalah peniruan
perilaku suatu gejala atau proses. Simulasi bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau
proses tersebut di masa depan. Ada beberapa fase dalam analisis simulasi model seperti yang dikemukakan oleh Purnomo 2005, sebagai berikut :
1. Identifikasi indikatorisumasalah, tujuan dan batasan Identifikasi indikatorisu atau masalah dan batasan dilakukan untuk
mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menetukan indikator hipotetikal sebanyak 10 indikator. Setelah isu
ditentukan, selanjutnya menentukan tujuan pemodelan menyangkut metode pemodelan, ketelitian model dan jenis model yang dinyatakan secara
eksplisit. Setelah isu dan masalah berikutnya menentukan batasan terhadap permodelan yang dilakukan.
2. Konseptualisasi model
dengan menggunakan ragam metode seperti diagram
kotak dan panah, diagram sebab-akibat, diagram stok stock dan aliran flow atau diagram klas dan diagram sekuens.
Tahapan ini dimulai dengan mengidentifikasi semua komponen yang terlibat atau dimasukan dalam pemodelan. Jika melalui komponen tersebut
banyak maka dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Komponen- komponen tersebut kemudian mencari hubungannya satu sama lain dengan
menggunakan diagram kotak dan panah Dalam konseptualisasi model ini, perlu diperhatikan bahwa
komponen-komponen yang membentuk sistem harus dinamis, sensitif terhadap perubahan serta keterkaitannya dalam sistem membentuk
hubungan sebab-akibat. Identifikasi keterkaitan komponen tersebut didasarkan pada keadaan nyata agar hasil yang digambarkan model tersebut
mendekati keadaan sebenarnya. 3. Spesifikasi model dengan merumuskan makna diagram, kuantifikasi dan atau
kualifikasi komponen indikator yang diperlukan
142 Spesifikasi model kuantitatif, bertujuan untuk membentuk model
kuantitatif dari konsep model yang telah ditetapkan dengan memberikan nilai kuantitatif terhadap masing-masing variabelindikator dan menterjemahkan
hubungan atau keterkaitan antar 10 variabelindikator dan komponen penyusunan model sistem tersebut kedalam persamaan matematika.
Persamaan tersebut dapat diperoleh dari hasil regresi terhadap data yang ada, hasil rujukan atau berdasarkan rekaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Secara rinci tahapan dalam spesifikasi model kuantitatif terdiri dari : ¾ Memilih dan menentukan struktur kuantitas model
¾ Menentukan satuan waktu dalam simulasi ¾ Identifikasi bentuk-bentuk fungsional dan persamaan model
4. Evaluasi model yaitu mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model yang serupa jika ada dan diperlukan
Evaluasi model bertujuan untuk mengetahui keterhandalan model untuk mendikripsikan keadaan sebenarnya. Proses pengujian dilakukan dengan
mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal yang serupa jika ada. Setelah setiap dari model diamati apakah
relasi-relasi yang ada logis atau tidak, maka selanjutnya diamati logis tidaknya keterkaitan antar bagian sebagai model yang utuh. Logis dalam hal ini berarti
bahwa semua persamaan sesuai dengan apa yang dipercayai orang atau dengan kata lain sesuai dengan paradigma yang ada. Tahapan kedua dari
evaluasi model ini adalah mengamati apakah perilaku model sesuai dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada tahapan konseptualisasi model.
Model dijalankan atau dieksekusi pada sebuah komputer, dan diamati hasilnya apakah beberapa komponen yang diamati atau menjadi fokus perhatian sesuai
dengan pola perilaku perilaku yang diharapkan. Tahapan ketiga adalah membandingkan periaku model dengan data yang diperoleh dari sistem atau
dunia nyata. Jika dalam model terdapat fungsi-fungsi bilangan acak, maka model harus dieksekusi sebanyak 30 kali untuk mengamati keragaman hasil
pemodelan tersebut.
e. Validasi Model