108 bernilai ekonomis. Jika gas ikutan tersebut dapat dimanfaatkan kembali, maka
perusahaan migas tersebut dapat dikatakan sudah melakukan produksi bersih atau sudah menciptakan mekanisme pembangunan bersih. Namun demikian
karena sifatnya spesifik pada setiap lokasi, maka dalam pemanfaatannya, harus dilakukan teknologi yang spesifik sesuai dengan sifat gas ikutan di lokasi
tersebut.
c. Komposisi Gas Ikutan di Lapangan Tugu Barat
Pada dasarnya gas dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu feed gas, sweet gas, dan CO
2
. Berdasarkan hasil analisis terhadap komposisi pada ketiga jenis gas tersebut, ternyata ketiga gas tersebut memiliki komposisi yang berbeda
antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Adapun komposisi ketiga gas tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Analisa komposisi gas di Lapangan Tugu Barat Kabupaten Indramayu Process Streams
Composition Feed Gas
Sweet Gas C02
CO2 39,73 0,26
90,79 Methane 50,14
82,66 0,57
Ethane 3,69 6,08
0,04 Propane 2,44
4,03 0,02
i-Butane 0,45 0,74
0,002 n-Butane 0,73
1,21 0,003
i-Pentane 0,21 0,35
0,0005 n-Pentane 0,19
0,31 0,0004
n-Hexane 0,49 0,81
0,0012 n-Heptane 0,00
0,00 0,00
n-Octane 0,00 0,00
0,00 Nitrogen 1,94
3,20 0,0130
Water 0,00 0,34
8,56 MDEA 0,00
8,33 5,16
Temperature F 110,00
120,49 119.,99
Pressure Psia 190,00 507,00
20,00 Mass Flow
lbh 21.161,80
8.722,15 12.946,20
Std Vapor Volumetric Flow MMSCFD
6,50 3,92
2,83 Sumber : Corelabs, 2007
109 Tabel 11 memperlihatkan bahwa gas ikutan baik yang masuk pada
kategori feed gas maupun sweet gas mempunyai kandungan karbondioksida dan metan yang tinggi, padahal baik karbondioksida maupun gas metan merupakan
gas rumah kaca yang jumlahnya paling dominan diantara gas rumah kaca lainnya yang dapat mengakibatkan munculnya efek rumah kaca Abrahamson,
1989. Pada Tabel 12 juga terlihat bahwa kandungan CO
2
pada feed gas kurang lebih 39,73, pada sweet gas hanya 0,26, dan pada gas karbon dioksida,
kurang lebih 90,79. Kondisi ini memperlihatkan bahwa jika feed gas akan dimanfaatkan, maka karbondioksida yang terdapat pada feed gas tersebut harus
dipisahkan terlebih dahulu, karena jika di dalamnya terdapat karbondioksida sejumlah itu, maka selain kalorinya menjadi rendah, juga akan mengakibatkan
tekanan yang rendah, sehingga menyulitkan dalam mengkonversi feed gas tersebut. Namun demikian karbon dioksida tersebut masih dapat dimanfaatkan.
Berbeda dengan pada feed gas, kandungan CO
2
pada sweet gas sangat rendah, sehingga sweet gas dapat langsung diolah.
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa kandungan gas methane pada sweet gas lebih tinggi dari pada feed gas dan CO
2
yaitu mencapai 82,66 sedangkan feed gas dan CO
2
hanya bernilai masing-masing 50,14 dan 0,57 . Hal yang sama ditunjukkan pada kandungan ethane, propane, i-butane, n-
nutane, i-pentane, n-pentane dan n-hexane lebih tinggi pada sweet gas dibandingkan dengan feed gas dan CO
2
. Kandungan n-heptane dan n-oktane tidak ditemukan baik pada feed gas, sweet gas dan CO
2
, demikian juga halnya dengan air dan MDEA tidak ditemukan pada feed gas sedangkan pada sweet
gas dan CO
2
terdapat air dan MDEA dengan komposisi masing-masing 0,34 dan 8,33 untuk sweet gas dan 8,56 dan 5,16 untuk CO
2
. Hasil analisis terhadap ketiga gas ini juga memperlihatkan adanya
perbedaan temperatur. Sweet gas memiliki temperatur yang lebih tinggi yaitu sebesar 120,49
o
F dibandingkan dengan feed gas dan CO
2
dengan temperatur masing-masing sebesar 110,00
o
F dan 119,00
o
F, namun perbedaan temperatur ini tidak terlalu nyata. Selain adanya perbedaan temperatur, ketiga gas tersebut
juga mempunyai perbedaan tekanan pressure, yaitu sweet gas memiliki tekanan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan feed gas dan CO
2
. Tekanan pada sweet gas mencapai 507,00 Psia sedangkan pada feed gas dan CO
2
hanya mencapai 190,00 Psia dan 20,00 Psia.
110 Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa baik proses streams feed gas,
sweet gas dan CO
2
terdapat gas nitrogen dengan konsentrasi berturut-turut 1,94; 3,2 dan 0,0130. Hal ini juga perlu mendapatkan perhatian
mengingat CO
2
dan nitrogen yang lepas ke atmosfir akan berubah menjadi NO
x
yang jika hujan akan berubah menjadi asam karbonat H
2
CO
3
dan nitogen akan berubah menjadi asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Finley 2001 yang
mengatakan bahwa hujan asam acid rain adalah turunnya derajat kemasaman pH air hujan karena terjadinya reaksi antara zat-zat pencemar dengan air di
udara membentuk suatu komposisi baru di udara yang bersifat asam dan turun bersama air hujan, sehingga air hujan yang turun mempunyai nilai pH yang
rendah. Air hujan pada kondisi normal mempunyai nilai pH 5,6. Hujan asam biasa terjadi di daerah industri yaitu merupakan efek dari pelepasan zat-zat
pencemar SO
x
dan NO
x
ke udara dengan konsentrasi yang besar. Pengaruh hujan asam tidak selalu langsung mematikan tanaman Anonim, 2003
d. Penyaluran dan Pemasaran Produksi Gas Kilang Tugu Barat