Potensi Produksi Gas Ikutan di Lapangan Tugu Barat

104 utama bersama-sama minyak mentah hasil dari Lapangan Mundu, Blok Jatibarang. ¾ Gas alam non associated, Gas alam yang dihasilkan dari Lapangan Tugu Barat Komplek digunakan untuk berbagai keperluan, yakni: 1. Untuk keperluan semburan buatan gas lift pada Lapangan Bongas Blok Jatibarang. 2. Untuk memasok Kilang Mundu untuk selanjutnya diproses stripping menjadi gas LPG. 3. Untuk memasok keperluan gas konsumen industri yakni memasok PT.PGN, Tbk Cabang Cirebon dan Pabrik Kapur Palimanan, Cirebon. ¾ Gas alam associated, dimanfaatkan melalui PT.SDK untuk bahan baku feed stock pada proses mini LPG plant.

b. Potensi Produksi Gas Ikutan di Lapangan Tugu Barat

Hingga saat ini gas ikutan merupakan gas yang keluar ke lingkungan dari reservoar gas bumi pada saat dilakukan produksi gas, dan untuk menghilangkannya biasanya dilakukan dengan cara membakar gas ikutan tersebut, seperti yang terlihat pada Gambar 31. Pada dasarnya pemanfaatan gas ikutan flare gas seperti yang dirancang di atas ini, akan sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai aspek, karena dengan dimanfaatkannya gas ikutan ini akan dapat menambah pasokan gas alam lean gas dan menambah pasokan LPG dalam negeri, khususnya di Jawa Barat yang saat ini permintaan demand untuk berbagai keperluannya semakin meningkat. Gambar 34. Gas ikutan flaring yang akan di manfaatkan oleh PT.SDK Gas Ikutan Flaring Gas yang akan di manfaatkan 105 Berdasarkan hasil perhitungan potensi gas ikutan flare gas yang ada di Lapangan Tugu Barat dan sekitarnya diperkirakan berjumlah 10 juta sampai 11 juta kaki kubik per hari MMSCFD, dan hingga saat ini masih belum termanfaatkan. Pada saat dilakukan penelitian ini terindikasi bahwa potensi gas ikutan yang belum termanfaatkan tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan karena Lapangan Tugu Barat dan sekitarnya mampu menyediakan gas ikutan yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan baku feed stock dalam jumlah 10 sampai dengan 11 MMSCFD untuk jangka waktu 10 tahun 2009 sd 2019. Hal ini di dukung oleh hasil reservoir studi cadangan yang dilakukan oleh PT SDK yang memperlihatkan bahwa produksi cadangan gas ikutan diperkirakan lebih dari 11.5 MMSCFD, dan jumlah tersebut akan relatif konsisten untuk kurun waktu lebih dari 15 tahun PT SDK, 2007. Hal ini sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh PT.Pertamina EP Region Jawa, 2008 bahwa potensi gas ikutan mulai tahun 2005 hingga tahun 2015 di Lapangan Tugu Barat Komplek dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Potensi produksi gas ikutan di Lapangan Tugu Barat Kompleks dalam MMSCFD Kabupaten Indramayu Lokasi Tahun TGB-A TGB-B TGB-C Tudung TGB-D PCT Total 2005 3,36 2,52 - - - 1,86 7,74 2006 3,19 1,95 3,50 - - 1,47 10,11 2007 3,03 1,50 3,50 - 1,50 4,73 14,26 2008 2,90 1,16 3,50 - 1,50 4,49 13,55 2009 2,08 0,90 3,50 - 1,50 4,25 12,23 2010 1,20 0,70 3,50 - 1,50 4,04 10,94 2011 0,68 0,54 3,50 - 1,50 3,82 10,04 2012 0,60 0,43 3,50 2,90 1,60 2,52 11,55 2013 0,58 0,43 3,50 2,90 1,60 2,50 11,51 2014 0,58 0,43 3,50 2,90 1,60 2,49 11,50 2015 0,58 0,43 3,50 2,90 1,60 2,49 11,50 Keterangan : TGB-A = Lapangan Tugu Barat Komplek A TGB-B = Lapangan Tugu Barat Komplek B TGB-C = Lapangan Tugu Barat Komplek C TGB-D = Lapangan Tugu Barat Komplek D PCT = Lapangan Pasir Catang Sumber : PT.Pertamina EP Region Jawa, 2008 Selain dilihat dari jumlah seperti tersebut di atas, kondisi gas ikutan di Lapangan Tugu Barat juga dapat dilihat dari kecukupan cadangan gas tersebut, yang dapat dilihat dari nilai GOR gas to oil ratio-nya. Adapun nilai GOR ini 106 didapat berdasarkan volume gas ikutan yang terkandung dalam reservoir minyak, yang dihitung dengan perhitungan persamaan Darcy untuk aliran multi fasa, adapun cara menghitungnya volume gas cubic feet dibagi volume oil barrel, sebagai berikut: Input gas = 11 mmscf -Æ berapa barrel oil equivalent BOE? = 11 x konstanta 179,6000000135 = 1975,6 barrel oil equivalent GOR = 1975,6 500 = 3,95 Dalam hal ini jika nilai GOR lebih dari 1 mengandung arti bahwa nilai tersebut bagus, dalam arti cadangan gas tersebut cukup. Dari perhitungan GOR yang ada di Lapangan Tugu Barat seperti tersebut di atas, memperlihatkan bahwa nilai GOR Lapangan Tugu Barat adalah 3,95. Kondisi ini memperlihatkan bahwa cadangan gas yang terdapat di Lapangan Tugu Barat masuk pada kategori cukup. Hal ini mengandung arti bahwa berdasarkan cadangan gas tersebut, maka industri pengolahan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat mempunyai potensi yang baik untuk dilaksanakan dan dikembangkan, sehingga akan bermanfaat secara ekonomi karena gas ikutan akan diolah menjadi LPG dan CO 2 yang bernilai ekonomis bahkan LPG-nya dapat mengganti minyak tanah yang subsidinya sangat tinggi. Pemanfaatan gas ikutan menjadi LPG juga akan mengurangi lepasnya GRK ke atmosfir dalam jumlah yang sangat banyak, yakni gas CO 2 sebanyak 635,613 ton CO 2 perhari dan lepasnya gas metan sebanyak 1051,97 ton perhari; serta akan mengurangi bahan pencemar udara berupa nitrogen sebanyak 40,8167 ton perhari. Pemanfaatan gas ikutan juga sekaligus dapat membuka lapangan pekerjaan baru, sehingga dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Mengingat cukup melimpahnya gas ikutan di Lapangan Tugu Barat, sehingga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan dalam rangka memaksimalkan produksi dan ekonomi sekaligus meminimalkan pencemaran lingkungan, maka PT.Pertamina harus berupaya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya reasonable endavour untuk menyalurkan gas kepada PT.SDK sebesar 11.5 mmscfd dengan komposisi apa adanya yang diproduksi dari Lapangan milik PERTAMINA di komplek Tugu Barat dan Pasir Catang. Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa Lapangan Tugu Barat mempunyai potensi yang tinggi dalam menghasilkan gas ikutan. Jika gas ikutan tersebut hanya hilang ke udara atau 107 dibakar seperti yang saat ini terjadi Gambar 34, berpengaruh jiwa manusia pada dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mengeksploitasi gas akan mengakibatkan konsentrasi GRK di atmosfir mengalami penambahan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Murdiarso 2003 dan CCSP 2003, bahwa konsentrasi GRK selalu meningkat akibat pola hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya dalam rangka mengurangi hal tersebut, maka lepas atau dibakarnya gas ikutan harus diminimalkan. Upaya pemanfaatan gas ikutan ini harus segera diwujudkan mengingat gas ikutan tidak hanya akan dihasilkan di Lapangan Tugu Barat, namun akan dihasilkan dari seluruh reservoar minyak dan gas bumi yang ada di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh belahan bumi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hidayati 2001 yang mengatakan bahwa berdasarkan data historis rata-rata, suhu udara di Indonesia meningkat sebesar 0.3 C per tahun sejak tahun 1900 dan telah mengakibatkan curah hujan berkurang 2 hingga 3 terutama pada bulan Desember – Februari. Sejalan pula dengan hasil penelitian Hidayati 1990; Rozari, Hidayati dan Manan 1992; Hidayati, Abdullah dan Suharsono 1999 yang mengatakan bahwa suhu di sebagian besar wilayah Indonesia terutama siang hari meningkat, namun curah hujannya tidak menunjukkan pola yang sama. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan banyaknya gas ikutan yang dibuang atau dibakar, dikuatirkan akan semakin mempertinggi perubahan suhu dan semakin menurunkan curah hujan. Dan berdasarkan pendugaan iklim dengan menggunakan model sistem iklim untuk menduga iklim dunia pada masa yang akan datang, yang merupakan model sirkulasi udara global GCMs Global Circulation Models yaitu : CCCM Canadian Climate Cetre Model, GISS NASA’s Goddard Institute for Space Studies, GFDL NOAA’s Geophysical Fluid Dynamics Laboratory dan UKMO United Kingdom Meteorological Office; diprediksi bahwa suhu global akan naik sebesar 2,8 hingga 5,2 C dan presipitasi global akan naik sebesar 7 hingga 16 jika konsentrasi CO 2 menjadi 2 kali lipat Indonesian Country Study Team on Climate Change, 1998. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka gas ikutan yang jumlahnya banyak dengan kandungan CO 2- nya yang bervariasi pada setiap lapangan minyak Syahrial dan Bioletty, 2007, apalagi eksploitasi minyak dan gas bumi semakin meningkat; harus segera dimanfaatkan dan dijadikan produk yang 108 bernilai ekonomis. Jika gas ikutan tersebut dapat dimanfaatkan kembali, maka perusahaan migas tersebut dapat dikatakan sudah melakukan produksi bersih atau sudah menciptakan mekanisme pembangunan bersih. Namun demikian karena sifatnya spesifik pada setiap lokasi, maka dalam pemanfaatannya, harus dilakukan teknologi yang spesifik sesuai dengan sifat gas ikutan di lokasi tersebut.

c. Komposisi Gas Ikutan di Lapangan Tugu Barat