146 Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada peningkatan kebutuhan
akan bahan bakar minyak untuk kebutuhan hidup masyarakat sehingga menyebabkan peningkatan eksploitasi migas. Dalam operasional konvensional,
peningkatan eksploitasi migas menyebabkan peningkatan aktivitas flare yang selanjutnya meningkatkan bahan cemaran bagi lingkungan. Peningkatan
pencemaran lingkungan akan menurunkan aktivitas eksploitasi migas dan kesehatan masyarakat yang lebih lanjut menurunkan laju pertambahan jumlah
penduduk. Dengan adanya teknologi pengolahan gas ikutan, eksploitasi migas akan meningkatkan aktivitas pengolahan gas ikutan. Pengolahan gas ikutan
selanjutnya akan menurunkan aktivitas flare dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Dampak selanjutnya adalah peningkatan PAD dan kesejahteraan
masyarakat yang cenderung memperpanjang harapan hidup dan angka kelahiran sehingga meningkatkan jumlah penduduk. Asumsi yang digunakan dalam
pemanfaatan gas ikutan di Lapangan Minyak Tugu Barat Indramayu antara lain: 1. Laju kelahiran normal di Jawa Barat dan DKI Jakarta adalah 1.2
2. Ada pengaruh tingkat pencemaran lingkungan terhadap angka kelahiran 3. Laju imigrasi normal adalah 3,5
4. Harapan hidup rata-rata penduduk di Jawa Barat dan DKI Jakarta adalah 80 tahun
5. Ada pengaruh tingkat pencemaran lingkungan terhadap harapan hidup masyarakat
6. Angka emigrasi normal adalah 1 7. Tingkat pencemaran lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas flare pada
eksploitasi migas 8. Pengolahan gas ikutan akan menambahkan tingkat pendapatan perusahaan
dan menurunkan tingkat pencemaran lingkungan 9. Proporsi gas ikutan yang diolah dipengaruhi oleh kemampuan mengolah
yang ditentukan oleh tingkat pendapatan perusahaan.
a. Sub Model Pertumbuhan Penduduk
Analisis model dinamik pemanfaatan gas ikutan dilakukan untuk 24 tahun yang akan datang dimulai pada tahun 2002 sampai pada tahun 2025. Jumlah
penduduk Jawa Barat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dan komponen migrasi penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh
147 angka kelahiran dan kematian penduduk. Angka kelahiran ditentukan oleh
tingkat fertilitas pasangan usia subur, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana pasangan tersebut tinggal. Angka kematian ditentukan oleh
umur rata-rata masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Pada lingkungan dengan kandungan CO
2
tinggi berpeluang memperpendek umur penduduk yang tinggal di kawasan tersebut sebaliknya pada komposisi CO
2
yang lebih rendah berpeluang memperpanjang usia harapan hidup akibat terciptanya lingkungan
yang lebih baik. Pada model yang yang dibangun memperlihatkan adanya keterkaitan negatif antara tingkat pencemaran lingkungan dengan angka
kelahiran, dan keterkaitan positif antara tingkat pencemaran lingkungan dengan angka kematian. Selain itu, angka kelahiran dan kematian juga dipengaruhi oleh
tingkat kepadatan penduduk. Kepadatan yang semakin tinggi menyebabkan angka kelahiran semakin rendah, tetapi harapan hidup menjadi semakin singkat.
Hubungan pertumbuhan penduduk ini merupakan hubungan timbal balik negatif negative feedback melalui proses balancing dan hubungan timbal balik positif
melalui proses reinforcing. Pertumbuhan penduduk Jawa Barat juga dipengaruhi tingkat imigrasi dan
emigrasi. Tingginya laju imigrasi penduduk dipengaruhi oleh aktivitas industri di sekitar kawasan. Adanya industri di suatu kawasan maka orang akan datang ke
kawasan tersebut baik untuk berusahan di sekitar industri ataupun datang karena bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Hubungan antar komponen yang
membangun sub model pertumbuhan penduduk di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 39.
Gambar 39. Struktur model dinamik pertumbuhan penduduk di Jawa Barat Pertumbuhan populasi penduduk Jawa Barat sepeti pada Gambar 37
menunjukkan kecenderungan pertumbuhan mengikuti kurva eksponensial pada
fr_emigrasi fr_immigrasi
umur_rata2 faktor_umur_krn_pencmr
fr_lahir status_pencmr_lingk
faktor_klhr_krn_pencmr laju_kelahiran
lj_kematian lj_emigrasi
laju_imigrasi
JML_PDDK
148
Time JML_PDDK
2,005 2,010
2,015 2,020
2,025 40,000,000
50,000,000 60,000,000
tahun simulasi 2002 sampai tahun 2025. Pertumbuhan eksponensial terjadi akibat dari pertumbuhan positif penduduk positive growth yang lebih besar
dibandingkan pertumbuhan negatif negative growth dengan laju peningkatan yang semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan laju pertumbuhan penduduk
yang berasal dari angka kelahiran dan penduduk pendatang jauh lebih besar dari pertumbuhan tingkat kematian penduduk dan laju perpindahan penduduk keluar
dari Provinsi Jawa Barat.
Gambar 40. Simulasi pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta periode 2002 – 2025
Pada Gambar 40 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Jawa Barat pada tahun simulasi 2002 sampai 2025 yang terus meningkat. Namun karena
keterbatasan sumberdaya terutama sumberdaya lahan yang semakin sempit dan menjadi faktor pembatas terhadap pertumbuhan penduduk, maka pada suatu
saat pertumbuhan penduduk di Jawa Barat akan menuju pada suatu titik keseimbangan tertentu stable equilibrium. Hal ini sesuai dengan konsep limit
to growth dan dalam model dinamik disebut mengikuti pola dasar “archetype” limit to growth Muhammadi et al., 2001.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2001 adalah sebesar 36.914.883 jiwa dan pada tahun 2025 diproyeksikan akan meningkat menjadi
66.076.041,2 jiwa. Adapun simulasi pertumbuhan penduduk Jawa Barat seperti pada Tabel 14.
Tingginya tingkat pertumbuhan di Jawa Barat disebabkan oleh tingginya laju tingkat kelahiran dan imigrasi yang datang ke Jawa Barat. Hal ini terlihat
149 pada tahun 2002, laju kelahiran penduduk hanya sekitar 416.585,93 dan terus
meningkat menjadi 700.555,91 pada tahun 2025. Hal yang sama diikuti oleh laju imigrasi penduduk. Pada tahun 2002 laju imigrasi baru mencapai 1.292.020,91
dan terus mengalami peningkatan sampai pada tahun 2025 yang mencapai 2.312.661,44. Hal sebaliknya terjadi pada tingkat kematian dan emigrasi
penduduk sebagai penyebab berkurangnya pertumbuhan penduduk. Namun laju pengurangan penduduk akibat kematian dan emigrasi tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat kelahiran penduduk. Hal ini yang menyebabkan bentuk kurva mengikuti kurva pertumbuhan eksponensial. Pada tahun 2002 laju
kematian penduduk sekitar 404.111,83 dan terus meningkat sampai pada tahun 2025 yang mencapai nilai 627.292,61. Laju emigrasi, pada tahun 2002 mencapai
nilai 369.148,83 dan terus naik sampai pada tahun simulasi 2025 sebesar 660.760,41.
Tabel 14. Perkembangan penduduk Jawa Barat dan DKI tahun simulasi 2002 – 2025
150
b. Sub Model Pengolahan Gas Ikutan