Sub Model DISAIN MODEL PEMANFAATAN GAS IKUTAN INTERAKSI EKOLOGI, TEKNO-EKONOMI DAN SOSIAL

152 peningkatan gas hasil olahan. Pada tahun 2004 terlihat gas CO 2 dihasilkan sebesar 0,0345 ton, gas CNG sebesar 0,0496 ton, lean gas 0,0134 ton dan LPG 0,0549 ton. Selanjunya mengalami peningkatan dengan meningkatnya produksi gas ikutan. Pada tahun 2025 terlihat gas CO 2 meningkat menjadi 137.729,41 ton, CNG 192.821,18 ton, lean gas 52.337,18 ton, dan LPG sebesar 213.480,59 ton. Tabel 15. Perkembangan hasil olahan gas ikutan di Lapangan Tugu Barat Peningkatan pengolahan gas ikutan menjadi produk gas lainnya akan berpengaruh terhadap peningkatan gas terbakar dimana gas terbakar ini sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan ekologi karena dapat menimbulkan pencemaran. Dampak gas bakar terhadap lingkungan secara rinci dibahas pada sub model sistem ekologi.

c. Sub Model

Ekologi Komponen-komponen yang saling berhubungan dalam sub model sistem ekologi ini adalah jumlah gas ikutan, jumlah gas terbakar, tingkat pencemaran 153 CO 2 , NO x , dan polutan lainnya yang dihasilkan dari pembakaran gas. Laju peningkatan bahan pencemar lingkungan polutan udara ditentukan oleh laju peningkatan pembakaran gas yang sejalan dengan peningkatan pengolahan gas ikutan. Pada peningkatan laju CO 2 , NO x , dan poluan lain terjadi proses reinforcing akibat kebutuhan akan gas ikutan semakin meningkat dan proses balancing akibat keterbasan sumberdaya gas ikutan. Model perkembangan gas polutan dalam proses produksi gas ikutan seperti pada Gambar 43. Gambar 43. Struktur model dinamik perkembangan gas polutan dalam proses produksi gas ikutan di Lapangan Tugu Barat Indramayu. Gambar 44 memperlihatkan kurva perkembangan gas ikutan, gas olahan, dan gas terbakar, serta produksi gas polutan tanpa dilakukan pengolahan gas ikutan tahun simulasi 2002-2025. Gambar 44. Simulasi perkembangan produksi gas ikutan, gas olahan, dan gas terbakar a, serta produksi gas polutan b di Lapangan Minyak Tugu Barat Indramayu Tahun 2004 – 2025 Tanpa Pengolahan. laju_flare fr_CO2 laju_pengurangan_gas_pol laju_pertambahan_gas_ikutan Laju_pengolahan gas_terbakar exploitasi_minyak pol_lain fr_pol_lain pol_CO2 total_cemaran_flare proporsi_diolah gas_ikutan status_pencmr_udara status_pencmr_lingk status_pencmr_udara_akibat_flare tatus_pencemaran_lain tatus_pencmr_udara_sumber_lain fr_flare fr_prespitasi Gas_olahan fr_gas_ikutan pendapatan_total pol_NOx fr_NOx a b 154 Pada Gambar 44 terlihat bahwa apabila tidak dilakukan pengolahan gas ikutan, maka jumlah gas terbakar yang dihasilkan akan sangat besar Gambar a yang dapat berdampak pada tingginya gas polutan Gambar b. Peningkatan gas terbakar dan gas olahan merupakan fungsi dari gas ikutan. Apabila tidak dilakukan pengolahan gas ikutan maka peluang dihasilkannya gas terbakar sangat besar. Pada awal tahun simulasi terlihat jumlah gas ikutan, gas olahan, dan gas terbakar memperlihatkan jumlah yang relatif sama. Karena dalam simulasi ini tidak dilakukan pengolahan gas ikutan, maka akan mempercepat laju peningkatan gas terbakar yang sangat berpengaruh terhadap tingginya gas polutan yang dihasilkan. Pada tahun 2002 jumlah gas CO 2 yang dihasilkan sekitar 2,43 ton dan naik menjadi 1.822.745,31 ton pada tahun 2025. Hal yang sama ditunjukkan pada gas polutan NO 2 dan polutan lainnya mengalami peningkatan dengan bertambahnya tahun simulasi. Pada pada tahun 2002 produksi gas NO x hanya sebesar 0,025 ton dan pada tahun 2025 diproyeksikan menjadi 18.716,32 ton, sedangkan polutan lainnya dari 4,00 ton pada tahun 2002 terus mengalami peningkatan sampai pada tahun 2025 menjadi 2.994.611,75 ton. Adapun proyeksi perkembangan gas polutan di lapangan produksi minyak Tugu Barat Indramayu dengan tanpa pengolahan gas ikutan secara rinci disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Simulasi proyeksi perkembangan gas polutan dengan tanpa pengolahan gas ikutan tahun simulasi 2002-2025 155 Gambar 45 memperlihatkan kurva perkembangan gas ikutan, gas olahan, gas terbakar, dan gas polutan dengan melakukan pengolahan gas ikutan. Pada gambar terlihat bahwa apabila dilakukan pengolahan gas ikutan, peluang dihasilkannya gas olahan sangat besar, sementara gas terbakar yang dihasilkan sangat kecil. Akibatnya gas polutan yang dihasilkan juga akan semakin kecil walaupun pada awal tahun simulasi menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, tetapi menjelang tahun 2005 memperlihatkan kecenderungan kurva yang semakin datar. Hal ini disebabkan karena gas ikutan diolah untuk menjadi produk gas olahan seperti LPG, CNG, dan lean gas, walaupun gas polutan juga dihasilkan tetapi dengan proporsi yang sangat kecil. Gambar 45. Simulasi perkembangan produksi gas ikutan, gas olahan, dan gas terbakar a, serta produksi gas polutan b di Lapangan Minyak Tugu Barat Indramayu tahun 2004 – 2025 dengan pengolahan. Pada tahun 2002, jumlah gas CO 2 yang dihasilkan sama seperti gas CO 2 yang dihasilkan dengan tanpa pengolahan gas ikutan yaitu sekitar 2,43 ton. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh gas NO x dan gas polutan lainnya yaitu masing- masing 0,025 ton dan 4,00 ton. Selanjutnya mengalami peningkatan dengan bertambahnya tahun simulasi namun peningkatan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanpa pengolahan gas ikutan. Pada tahun 2025 jumlah CO 2 diproyeksikan akan mencapai nilai 252.652,87 ton. Sedangkan NO x dan polutan lainnya di proyeksikan hanya sekitar 2.594,29 ton dan 415.086,65 ton. Perkembangan gas polutan dengan pengolahan gas ikutan di Lapangan Minyak Tugu Barat Indramayu secara rinci disajikan pada Tabel 17. 156 Tabel 17. Simulasi proyeksi perkembangan gas polutan dengan pengolahan gas ikutan tahun simulasi 2002-2025

d. Sub Model Ekonomi