III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009. Lokasi penelitian adalah Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih
sebagai objek penelitian karena : 1 Kota Depok mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun karena didukung oleh berbagai potensi sektor
perekonomian, seperti sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran; 2 Letak Kota Depok yang cukup strategis, yaitu antara Kabupaten
dan Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi DKI Jakarta; 3 Tersedianya data PDRB dan data pendukung lainnya yang relatif lengkap; 4
belum adanya penelitian tentang sektor unggulan Kota Depok periode 2003-2007.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS Kota Depok dan instansi terkait lainnya. Data yang dibutuhkan adalah
data PDRB Kota Depok periode 2003-2007, dan data-data lainnya yang mendukung.
3.3. Metode Analisis Shift Share
Pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan indikator kegiatan ekonomi di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis
dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu komponen Pertumbuhan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Regional PR, komponen Pertumbuhan Proporsional PP dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW.
3.3.1. Analisis PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat
Asumsikan dalam suatu wilayah perekonomian terdapat m wilayah kota j=1,2,3,…,m dan n sektor ekonomi i=1,2,3,…,n, maka perubahan dalam PDRB
dapat dinyatakan sebagai berikut : ∆Y
ij
= PR
ij
+ PP
ij
+ PPW
ij
1 dimana :
∆Y
ij
= Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j, PR
ij
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan komponen pertumbuhan regional,
PP
ij
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional,
PPW
ij
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah.
Untuk memperoleh nilai PR, PP dan PPW, ada beberapa rumusan yang harus dipenuhi yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis : Yi = ij
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
dimana : Y
i
= PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis, Y
ij
= PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.
2. PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis : Y’i = Y′ij
dimana : Y’
i
= PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis, Y’
ij
= PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis.
3. Total PDRB provinsi pada tahun dasar analisis : Y.. =
∑ ∑ Yij
dimana : Y.. = Total PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis,
Y
ij
= Total PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.
4. Total PDRB provinsi pada tahun akhir analisis : Y’.. =
∑ ∑ Y′ij
dimana : Y’.. = Total PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis,
Y’
ij
= Total PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3.3.2. Rasio PDRB Kota Depok dan PDRB Provinsi Jawa Barat Nilai R
a
, R
i
dan r
i
Nilai R
a
, R
i
dan r
i
digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB dari sektor i di wilayah ke j pada tahun dasar analisis maupun tahun akhir analisis.
Menghitung nilai R
a
, R
i
dan r
i
menggunakan nilai PDRB yang terjadi pada dua titik waktu, yaitu tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis.
1. Nilai R
a
R
a
merupakan selisih antara total PDRB provinsi pada tahun akhir analisis dengan total PDRB provinsi pada tahun dasar analisis dibagi total PDRB provinsi
pada tahun dasar analisis. Rumusannya adalah sebagai berikut. R
a
= Y’.. – Y.. Y..
dimana : R
a
= Rasio pendapatan nasional, Y’.. = Total PDRB provinsi pada tahun akhir analisis,
Y.. = Total PDRB provinsi pada tahun dasar analisis.
2. Nilai R
i
R
i
adalah selisih antara PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan PDRB provinsi sektor i pada tahun dasar analisis dibagi PDRB
provinsi sektor i pada tahun dasar analisis. Rumusannya adalah sebagai berikut. R
i
= Y’
i
. – Y
i
. Y
i
.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
dimana : R
i
= Rasio pendapatan nasional dari sektor i, Y’
i
. = PDRB provinsi dari sektor i pada tahun akhir analisis, Y
i
. = PDRB provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis.
3. Nilai r
i
r
i
adalah selisih antara PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis dengan PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun
dasar analisis dibagi dengan PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis. Rumusannya adalah sebagai berikut.
r
i
= Y’
ij
– Y
ij
Y
ij
dimana : r
i
= Rasio pendapatan sektor i pada wilayah j, Y’
ij
= PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis, Y
ij
= PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.
3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Nilai komponen PR, PP, dan PPW didapat dari perhitungan nilai R
a
, R
i
, dan r
i
. Dari ketiga komponen tersebut apabila dijumlahkan akan didapatkan nilai perubahan PDRB.
1. Komponen Pertumbuhan Regional PR Komponen Pertumbuhan Regional adalah perubahan produksi suatu
wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
perubahan kebijakan ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa
tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan
wilayah. Pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya. Komponen PR dirumuskan sebagai berikut.
PR
ij
= R
a
Y
ij
2 dimana :
PR
ij
= Komponen pertumbuhan regional sektor i pada wilayah ke j, R
a
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional,
Y
ij
= PDRB kota dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis. Bila persentase total perubahan PDRB suatu wilayah lebih besar daripada
persentase komponen PR, maka pertumbuhan sektor-sektor ekonomi wilayah kota tersebut lebih besar daripada pertumbuhan sektor-sektor ekonomi wilayah
diatasnya yaitu provinsi.
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Komponen Pertumbuhan Proporsional terjadi karena perbedaan sektor
dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman
pasar. Komponen pertumbuhan proporsional dapat dirumuskan sebagai berikut. PP
ij
= R
i
- R
a
Y
ij
3
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
dimana : PP
ij
= Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j, R
i
–R
a
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional,
Y
ij
= PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis. Apabila PP
ij
0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya lambat. Sedangkan bila PP
ij
0 menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya cepat.
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah timbul karena peningkatan atau
penurunan PDRB atas kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh akses
pasar, keunggulan komparatif, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi, serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Komponen
PPW dirumuskan sebagai berikut. PPW
ij
= r
i
-R
i
Y
ij
4 dimana :
PPW
ij
= Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah ke j, r
i
-R
i
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah,
Y
ij
= PDRB kota dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Apabila PPW
ij
0, maka sektor i pada wilayah ke j tidak dapat bersaing dengan baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya. Sedangkan bila
PPW
ij
0, menunjukkan bahwa wilayah ke j memiliki dayasaing yang baik untuk perkembangan sektor ke i bila dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Berdasarkan nilai PR, PP dan PPW, maka akan didapat nilai perubahan PDRB, seperti yang dirumuskan pada persamaan 1. Perubahan PDRB juga dapat
dirumuskan sebagai berikut : ∆Y
ij
= Y’
ij
– Y
ij
5 Bila persamaan 2, 3, 4 dan 5 disubtitusikan ke persamaan 1, maka
didapat : ∆Y
ij
= PR
ij
+ PP
ij
+ PPW
ij
Y’
ij
– Y
ij
= R
a
Y
ij
+ R
i
-R
a
Y
ij
+ r
i
-R
i
Y
ij
dimana : ∆Y
ij
= Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j, Y
ij
= PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis, Y’
ij
= PDRB kota sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis, R
a
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional,
R
i
-R
a
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional,
r
i
-R
i
= Persentase perubahan PDRB kota yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3.3.4. Analisis Profil Pertumbuhan Wilayah dan Pergeseran Bersih
Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang
ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP.
j
dengan pertumbuhan pangsa wilayah PPW.
j
. data-data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplotkan
persentase perubahan PP dan PPW ke dalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen PP diletakkan pada sumbu horizontal sebagai absis, sedangkan
komponen PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat. Profil pertumbuhan PDRB lebih lanjut dapat digambarkan sebagai berikut.
Sumber : Budiharsono, 2001.
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB PPW
Kuadran I Kuadran IV
Kuadran III Kuadran II
PP
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
a. Kuadran I Menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Selain itu, sektor tersebut juga mampu bersaing dengan sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain. Karena
pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya tergolong dalam pertumbuhan yang cepat, maka wilayah tersebut merupakan wilayah yang progresif maju.
b. Kuadran II Menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain.
c. Kuadran III Menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian di suatu wilayah
memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan tidak mampu bersaing dengan wilayah lain. Jadi wilayah tersebut tergolong pada wilayah yang memiliki
pertumbuhan yang lambat.
d. Kuadran IV Menginterpretasikan bahwa sektor perekonomian pada suatu wilayah
memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor perekonomian dari wilayah lain.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
e. Garis diagonal kuadran II dan IV Garis diagonal yang membentuk sudut 45º yang memotong kuadran II dan
IV, bagian atas garis diagonal menginterpretasikan bahwa suatu wilayah termasuk kedalam kelompok wilayah yang progresif, sedangkan bagian bawah garis
menandakan bahwa suatu wilayah termasuk kedalam kelompok wilayah yang pertumbuhannya lambat.
Berdasarkan nilai persen PP.
j
dan PPW.
j
, maka dapat diidentifikasikan pertumbuhan suatu sektor atau suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua
komponen tersebut bila dijumlahkan akan didapat nilai pergeseran bersih PB.
j
yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah. PB.
j
dirumuskan sebagai berikut.
PB.
j
= PP.
j
+ PPW.
j
dengan, PP.
j
= PP
1j
+ PP
2j
+ PP
3j
+ … + PP
nj
, PPW.
j
= PPW
1j
+ PPW
2j
+ PPW
3j
+ … + PPW
nj
dimana : PB.
j
= Pergeseran bersih wilayah ke j, PP.
j
= Komponen pertumbuhan proporsional dari seluruh sektor untuk wilayah ke j,
PPW.
j
= Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari seluruh sektor untuk wilayah ke j.
Pada profil pertumbuhan sektor perekonomian dapat dilihat garis yang memotong kuadran II dan IV melalui sumbu yang membentuk sudut 45º. Garis
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
tersebut merupakan nilai PB.
j
= 0. Bagian atas garis tersebut menunjukkan PB.
j
0 yang mengindikasikan bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut pertumbuhannya progresif maju. Sebaliknya, di bawah garis 45º berarti PB.j 0
mengindikasikan sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah ke j dirumuskan sebagai
berikut. PB
ij
= PP
ij
+ PPW
ij
dimana : PB
ij
= Pergeseran bersih sektor i pada wilayah ke j, PP
ij
= Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j, PPW
ij
= Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah ke j. Apabila PB
ij
0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sedangkan bila PB
ij
0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok lambat.
Persentase perubahan PDRB, PR.
j
, PP.
j
dan PPW.
j
akan mengidentifikasi pemerataan suatu sektor atau suatu wilayah dalam hal pertumbuhan. Adapun
rumusannya adalah sebagai berikut. ∆ PDRB.
j
= PDRB tahun akhir – PDRB tahun dasar x 100 PDRB tahun dasar
PR.
j
= PR.
j
x 100 PDRB tahun dasar
PP.
j
= PP.
j
x 100 PDRB tahun dasar
PPW.
j
= PPW.
j
x 100 PDRB tahun dasar
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PB.
j
= PP.
j
+ PPW.
j
x 100 PDRB tahun dasar
3.4. Metode Analisis Location Quotient LQ
Pada metode LQ, terdapat teori ekonomi basis. Dalam teori ekonomi basis, perekonomian di suatu daerah dibagi menjadi dua sektor utama, yaitu sektor basis
dan nonbasis. Sektor basis adalah sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang
bersangkutan. Sektor nonbasis adalah sektor yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di dalam batas-batas
daerah itu sendiri. Sektor ini tidak mengekspor barang, jasa maupun tenaga kerja, sehingga luas lingkup produksi dan daerah pasar sektor nonbasis hanya bersifat
lokal. Pada metode analisis ini, penentuan sektor basis dan nonbasis dilakukan
dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan tenaga kerja di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan tenaga kerja total semua sektor di
daerah bawah dengan pendapatan tenaga kerja di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan tenaga kerja semua sektor di daerah atasnya. Secara
matematis, nilai LQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : LQ = S
ib
S
b
S
ia
S
a
dimana : LQ = Nilai Location Quotient
S
ib
= PDRB sektor i pada daerah Kota Depok, S
b
= PDRB total semua sektor daerah Kota Depok,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
S
ia
= PDRB sektor i pada daerah Provinsi Jawa Barat, S
a
= PDRB total semua sektor daerah Provinsi Jawa Barat. Jika hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut menghasilkan
nilai LQ 1, maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa PDRB pada sektor i di daerah
Kota Depok lebih besar dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat dan output pada sektor i tersebut lebih berorientasi ekspor. Sebaliknya, jika nilai LQ 1
sektor i diklasifikasikan sebagai sektor nonbasis dan output pada sektor i tersebut lebih cenderung untuk diimpor.
3.5. Konsep dan Definisi Data