Kondisi Umum Perikanan Mini Purse Seine

5 PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Umum Perikanan Mini Purse Seine

Kapal mini purse seine mini purse seiner yang digunakan nelayan andon nelayan dari Bitung memiliki spesifikasi dan ukuran dimensi utama relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal yang digunakan nelayan lokal nelayan pulau Mayau. Hal ini karena jarak yang ditempuh nelayan andon nelayan dari Bitung ke daerah penangkapan fishing ground relatif jauh dan kondisi laut yang tidak tentu sehingga membutuhkan kecepatan yang tinggi dan stabilitas yang baik, berdasarkan hasil penelitian Marasut 2005, kapal-kapal purse seine yang digunakan di beberapa daerah Sulawesi Utara mempunyai kecepatan yang besar dan mempunyai lebar yang besar dikarenakan pada bagian tengah kapal di tempatkan jaring dan wings hauler. Menurut Ayodhya 1972, kapal ikan mempunyai fungsi operasional yang lebih rumit dan berat; selanjutnya dikatakan bahwa jenis dan bentuk kapal ikan berbeda-beda disebabkan oleh tujuan penangkapan, keadaan perairan, dan jarak jangkau pelayaran sehingga menyebabkan ukurannya berbeda-beda. Sedangkan perahu lampu yang digunakan oleh nelayan andon nelayan dari Bitung dan nelayan lokal nelayan pulau Mayau relatif sama. Perahu ini berfungsi untuk mengumpul ikan sehingga ikan lebih terkonsentrasi dan kemudian menggiring ikan keluar dari rumpon, dengan tujuan pada saat operasi penangkapan jaring tidak tersangkut pada tali jangkar. Mini purse seine soma pajeko yang ada dilokasi penelitian umumnya bahan dan spesifikasi yang digunakan relatif sama hanya ukuran yang berbeda. Panjang mini purse seine yang digunakan di pulau Mayau berkisar 150,00 m – 400,00 m, lebar tinggi berkisar 30,00 m – 60,00 m. Salah satu faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan adalah panjang jaring, berdasarkan hasil penelitian Irham 2006 dan Namsa 2006, faktor teknis panjang jaring mini purse seine soma pajeko di Maluku Utara dan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, setiap penambahan atau pengurangan ukuran panjang jaring mengakibatkan peningkatan atau pengurangan hasil tangkapan produksi. Faktor panjang purse seine dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan purse seine di Pekalongan Sudibyo 1988 dan di Pangabengan Kabupaten Jembrana Bali Sugiarta 1992. Menurut Friedman and Caroother 1986, secara teoritis jika semakin panjang purse seine yang digunakan maka semakin besar pula garis tengah lingkaran yang dibentuk, sehingga semakin besar peluang gerombolan ikan yang tidak terusik perhatiannya karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding purse seine semakin besar dan gerombolan ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap. Berdasarkan hasil penelitian Iraham 2006, hasil perhitungan dengan uji t faktor teknis tinggi purse seine di Provinsi Maluku Utara berbeda nyata dengan hasil tangkapan. Menurut Inoue 1961 diacu dalam Sugiarta 1992 menyatakan bahwa perbandingan yang baik antara tinggi jaring dengan panjang jaring berada pada selang 0,14 - 0,20. Tinggi mini purse seine yang dioperasikan di perairan sekitar pulau Mayau mempunyai perbandingan antara lebar tinggi jaring dengan panjang jaring berada pada selang 0,15 - 0,20 dengan rata-rata perbandingannya sebesar 0,18, dengan demikian perbandingan tinggi jaring dengan panjang purse seine di daerah penelitian telah memenuhi selang perbandingan yang disarankan. Hal ini memberikan gambaran bahwa tidak perlu lagi dilakukan penambahan tinggi mini purse seine yang dioperasikan di perairan sekitar pulau Mayau. Penambahan tinggi purse seine lagi tidak akan meningkatkan hasil tangkapan namun berpengaruh terhadap kecepatan penarikan jaring, hal ini mengakibatkan gerombolan ikan yang telah terkurung berpeluang untuk meloloskan diri. Rumpon yang ada dilokasi penelitian umumnya relatif sama dengan rumpon yang ada di daerah lain di Indonesia. Di Molibagu Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan hasil penelitian Luasunaung 1999, rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu; rakit bambu dengan ukuran panjang L 6,50 m, lebar 3,50 m, tinggi 0,70 m; tali temali dari bahan PE; dan Attractor dari daun kelapa sebanyak 9 pelepah dan jangkar dari bahan drum cor. Selanjutnya Subani 1986, menyatakan bahwa rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu pemikat ikan attractor, jangkar, dan pelampung. Panjang tali jangkar tali utama yang digunakan pada rumpon di pulau Mayau berkisar 1,5 – 2,0 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang ditanam. Menurut Subani 1986, panjang tali jangkar tali utama bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang ditanam. Panjang tali jangkar tali utama 1,5 kali untuk mengantisipasi agar rumpon tidak mudah putus . Jumlah nelayan yang mengoperasikan mini purse seine soma pajeko di pulau Mayau relatif sama untuk nelayan lokal nelayan pulau Mayau maupun nelayan andon nelayan dari Bitung yaitu berkisar antara 18 – 22 orang termasuk “tonaas”. Tonaas adalah orang yang memimpin operasi penangkapan ikan fishing master. Salah satu faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan adalah jumlah nelayan tenaga kerja, berdasarkan hasil penelitian Irham 2006, faktor teknis jumlah nelayan tenaga kerja di Maluku Utara memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan, setiap penambahan atau pengurangan jumlah nelayan tenaga kerja mengakibatkan peningkatan atau pengurangan hasil tangkapan produksi. Hal ini karena proses penurunan setting maupun penarikan hauling mini purse seine soma pajeko tidak menggunakan alat bantu namun mengandalkan tenaga manusia. Tenaga manusia bukan hanya digunakan pada saat menurunkan dan menarik jaring saja, tetapi setelah proses setting dan hauling mini purse seine soma pajeko selesai dilakukan, tenaga mereka juga di butuhkan untuk mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal. Modus operasi penangkapan mini purse seine soma pajeko untuk nelayan lokal nelayan pulau Mayau dilakukan sehari dalam satu trip one day fishing sedangkan nelayan andon nelayan dari Bitung dilakukan 17 hari dalam satu trip dan 15 hari operasi. Modus operasi penangkapan ikan mini purse seine untuk nelayan lokal nelayan pulau Mayau maupun nelayan andon nelayan dari Bitung di perairan sekitar pulau Mayau sangat tergantung pada alat bantu rumpon dan perahu lampu, karena operasi penangkapan dilakukan pada malam hari. Keuntungan dari menggunakan alat bantu perahu lampu yaitu armada mini purse seine mini purse seiner ke rumpon langsung melakukan penangkapan tidak menunggu atau mencari rumpon yang ada ikan dan ikannya terkosentrasi, hal ini karena perahu lampu yang terlebih dahulu ke rumpon untuk mengumpul dan mengkosentrasikan ikan setelah ikan terkosentrasi baru armada mini purse seine ke rumpon untuk melakukan penangkapan setelah mendapat informasi melalui radio HT dari juru lampu di perahu lampu. Hal ini berbeda dengan metode operasi penangkapan mini purse seine di daerah lain di Maluku Utara, dimana operasi penangkapan dilakukan pagi hari dan armada mini purse seine langsung ke rumpon, apabila di rumpon pertama yang dituju tidak ada ikan atau ikan tidak terkosentrasi maka pindah atau cari rumpon yang lain. Ikan tidak selalu mengikuti perahu lampu pada saat menjelang pengoperasian mini purse seine sub bab 4.1.1.5 halaman 47. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya: 1 karena ikan yang berada di sekitar rumpon terdiri dari bebarapa jenis dan ukuran. Perbedaan jenis dan ukuran dari ikan akan mempengaruhi pola tingkah laku mengelompok pada suatu gerombolan ikan Laevastu dan Hayes 1981; 2 ikan lebih tertarik terhadap rumpon dari pada cahaya karena di rumpon banyak makanan. Ikan berkumpul di sekitar rumpon yaitu melakukan aktivitas seperti makan dan mencari mangsa feeding ground Subani 1986; dan 3 kondisi perairan yang tidak mendukung adanya riak-riak kecil mengakibatkan cahaya tidak tenang. Cahaya yang tidak tenang flickering light akan dapat menakutkan ikan Subani 1980. Sistem bagi hasil tangkapan yang diterapkan dalam usaha perikanan mini purse seine soma pajeko di pulau Mayau, baik untuk sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine lokal nelayan pulau Mayau masih dalam pemberdayaan kepemilikan usaha bersifat kolektifkelompok, sistem bagi hasil usaha perikanan mini purse seine lokal nelayan pulau Mayau setelah pinjaman dana bergulir lunas kepemilikan usaha bersifat kolektifkelompok maupun sistem bagi hasil tangkapan usaha perikanan mini purse seine andonnelayan dari Bitung kepemilikan usaha bersifat peroranganpengusaha pada umumnya adalah sama. Sistem bagi hasil ini usaha perikanan mini purse seine yang berpangkalan di pulau Mayau relatif sama dengan sistem bagi hasil di daerah lain di Indonesia, sperti yang dilaporkan oleh Mahdi 2005 di Aceh; Irham 2006 di Maluku Utara; Namzah 2006 di Kota Tidore Kepulauan; dan Ghaffar 2006 di Jeneponto Sulawesi Selatan. Hasil penjualan ikan tersebut dibagikan dengan nelayan setelah dikurangi dengan biaya operasional, penghasilan setiap nelayan ditentukan oleh jumlah uang yang tersisa. Sistem bagi hasil ini berbeda dengan sistem bagi hasil di Prigi Trenggalek Jawa Timur seperti dilaporkan oleh Priambodho 2004 dan Nurasiah 1999 sistem bagi hasil di Cilauteureum kabupaten Garut. Sistem bagi hasil di Prigi Trenggalek Jawa Timur, yaitu hasil penjualan ikan setelah di kurangi biaya operasional dibagikan 23 bagian 0,67 untuk pemilik, 13 bagian 0,33 untuk nelayan buru, dan nakhoda 10 dari 23 bagian pemilik. Sedangkan sistem bagi hasil di Cilauteureum kabupaten Garut yaitu setelah hasil penjualan dikurangi biaya operasioanal, sisanya dibagikan 65 untuk pemilik dan 35 untuk nelayan pandega nakhoda dua bagian dan ABK yang lainnya masing-masing satu bagian. Hasil tangkapan produksi mini purse seine soma pajeko di pulau Mayau baik nelayan lokal nelayan pulau Mayau maupun nelayan andon nelayan dari Bitung dipasarkan langsung ke kapal penampung dari Bitung yang perpangkalan di pulau Mayau dan kemudian kapal penampung memasarkan ke perusahaan ikan yang berada di Kota Bitung. Hal ini sangat menguntungkan perikanan mini purse seine soma pajeko di pulau Mayau, karena dalam memasarkan hasil tangkapan tidak mengeluarkan biaya transportasi lagi. Menurut Rahim 2005, bahwa dalam proses pemasaran hasil perikanan laut, semakin banyak lembaga pemasaran yang dilalui, maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar, berarti bahwa margin pemasaran juga semakin besar.

5.2 Hasil Tangkapan Dan Kelayakan Usaha