1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Ternate masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Maluku Utara, merupakan Kota Kepulauan yang dikelilingi oleh laut, secara geografis berada
pada posisi 0 – 2
Lintang Utara dan 126 – 128
Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate sebesar 250,85 km
2
, sementara lautannya 5.547,55 km
2
. Wilayah Kota Ternate terdiri dari delapan buah pulau besar dan kecil; pulau Ternate, pulau Hiri,
pulau Moti, pulau Mayau, pulau Tifure, pulau Maka, pulau Mano, dan pulau Gurida. Umumnya daerah kepulauan yang memiliki ciri banyak desakelurahan
pantai, 63 desakelurahan yang ada di daerah ini 71 atau 45 desakelurahan berklasifikasi pantai dan 29 atau 18 desakelurahan bukan pantai BPS Kota
Ternate 2007. Hingga penelitian ini dilakukan kontribusi perikanan Kota Ternate terhadap produksi perikanan Provinsi Maluku Utara tidak diketahui dengan pasti.
Sebagai catatan, produksi perikanan Maluku Utara pada tahun 2004 mencapai 88.628 ton DPK Maluku Utara 2006.
Pulau Mayau merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di laut Maluku dan masuk dalam wilayah administrasi Kota Ternate
Provinsi Maluku Utara. Laut Maluku terletak pada 3 Lintang Selatan hingga 3
Lintang Utara dan 124 hingga 128
Bujur Timur. Secara geografis, di bagian Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik, Selatan dengan Laut Seram, Timur
dengan Pulau Halmahera, dan Barat dengan Laut Sulawesi. Perairan Laut Maluku berhubungan dengan Samudera Pasifik cukup memiliki potensi sumberdaya ikan,
baik pelagis kecil maupun pelagis besar. Posisi pulau Mayau sangat strategis karena berada di tengah perairan yang
menjadi daerah operasi penangkapan ikan layang Decapterus spp. dengan alat mini purse seine
atau pukat cincin dikenal dengan nama soma pajeko dari armada kapal penangkap ikan yang berpangkalan di Bitung, Minahasa, Sulawesi
Utara. Jenis alat pukat cincin berkembang cepat menjadi semi industri, sebagaimana ditunjukkan oleh peningkatan kapasitas penangkapan ukuran kapal
dan termasuk kekuatan mesin dan perluasan daerah penangkapan ikan, serta
peningkatan penggunaan lampu sorot cahaya dengan daya intensitas yang cenderung meningkat Nugroho 2006.
Kapal-kapal mini purse seine
yang beroperasi di sekitar pulau Mayau, selain milik nelayan lokal nelayan pulau Mayau, juga milik nelayan Bitung yang
dapat dikategorikan sebagai nelayan andon pendatang sementara. Kapal yang berasal dari Bitung tersebut terdaftar pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kota
Bitung, namun tidak terdaftar pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate maupun Provinsi Maluku Utara. Agar tidak terjadi permasalahan atau konflik di
masa yang akan datang, pengelolaan perikanan yang berpangkalan di pulau Mayau ini perlu ditangani secara khusus, karena persaingan yang dilakukan oleh
pengelola atau pelaku perikanan dapat mengakibatkan penurunan kinerja usaha perikanan.
1.2 Perumusan Masalah