Pengolahan Data Cuaca Model

Penajaman resolusi model dilakukan hingga 9 km, dengan interval waktu 1 jam. Parameterisasi skema fisik yang digunakan dalam running model WRF adalah skema Cumulus Grell 3D, skema Michrophysic Lin et al scheme, dan skema Surface Layer menggunakan Monin-Obukhov. Format data luaran WRF berupa grid dalam bentuk Network Common Data File NetCDF. Pengambilan nilai dilakukan pada setiap grid model dan dikonversi dalam format Microsoft Database mdb yang digunakan sebagai database penyusun peta SPBK.

3.3.2. Pengolahan Peta SPBK

Pengolahan database penyusun SPBK menggunakan aplikasi Microsoft Database Acces dengan fasilitas Open Database Connectivity ODBC. Digunakan juga aplikasi Spatial Fire Managements Systems SFMS yang merupakan tool ekstensi pada software ArcView 3.3. SPBK yang dibangun menggunakan data model WRF adalah peta FFMC dan FWI. Proses pembuatan peta SPBK menggunakan teknik pembobotan scooring dan interpolasi dalam pengolahan spasial, serta proses tumpang tindih overlay. Tabel 5 . Format tabel penyusun indeks FFMC dan FWI SPBK STATION DATE LST YYYY LST MM LST DD LST REC_INSERT TIME TEMP 12 RH 12 WD SPD WD DIR RAIN 0UTC FFMC DMC DC ISI BUI FWI

3.3.3. Pengolahan Data Hotspot

Data sebaran hotspot diunduh dari website FIRMS Fire Information for Resources Managements Systems. Data FIRMS menggunakan sensor AquaTerra MODIS periode JJA-2013 wilayah Sumatera dan Kalimantan. Hotspot yang digunakan mempunyai tingkat kepercayaan antara 20 – 100, data tersebut di kelompokkan atau clustering per provinsi di wilayah Sumatera dan Kalimantan, dan kemudian dianalisis berdasarkan distribusi sebarannya.

3.3.4. Pengolahan Data Simulasi Dispersi Asap

Proses running model untuk mendapatkan simulasi dispersi asap kebakaran hutanlahan dilakukan menggunakan model WRF-Chem. Model ini membutuhkan masukan data GFS, landuse, topografi dan data emisi global. Tahapan awal masukan data model WRF-Chem adalah melakukan proses gridding terhadap data landuse dan topografi, kemudian proses ungrib terhadap data GFS 0.5 º menggunakan WRF- Preprocessing System WPS, sehingga masukan data model untuk parameter cuaca dan permukaan berubah format menjadi .metgrid. Setelah data metgrid dan emisi sudah tersedia, maka proses running model siap dilakukan. Parameterisasi skema fisik model menggunakan mekanisme fase kimiawi RADM2 Regional Acid Deposition Model version 2. Penajaman resolusi model dilakukan hingga 27 km, dengan interval waktu 1 jam untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan. Pilihan kimiawi menggunakan profil kimiawi ideal, dan menggunakan pilihan emisi EDGAR simple emissions.

3.3.5. Pengolahan Data Aktivitas Masyarakat Lokal dalam Penyiapan Lahan

Pertanian Pengumpulan data aktivitas masyarakat lokal dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pertanyaan dalam kuesioner terkait latar belakang dan aktivitas masyarakat lokal dalam memanfaatkan lahan gambut khususnya pada saat penyiapan dan pengolahan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Pengambilan data dilakukan di wilayah Rasau Jaya Kalimantan Barat dan Kampar Kepulauan Riau. Data yang terkumpul diolah, ditabulasikan, dianalisis kemudian diinterpretasikan.

3.4. Analisis dan Verifikasi

3.4.1. Analisis dan Verifikasi Data Cuaca Model

Data cuaca model WRF yang digunakan sebagai database penyusun SPBK menggunakan inisial waktu jam 13.00 WIB untuk setiap lokasi diwilayah Sumatera dan Kalimantan. Inisial waktu yang digunakan didasarkan pada asumsi bahwa waktu tersebut mewakili kondisi suhu puncak dan kelembapan terendah serta berpotensi tinggi terjadinya kebakaran hutanlahan. Sebelum data cuaca model digunakan sebagai database penyusun SPBK perlu dilakukan verifikasi. Proses verifikasi dilakukan terhadap luaran model untuk melihat tingkat akurasi model terhadap observasi, dengan menggunakan pendekatan statistik. Verifikasi parameter suhu udara, kelembapan, dan kecepatan angin dilakukan dengan perhitungan korelasi dan Root Mean Square Error RMSE, ditunjukkan dengan persamaan Kyun 2002. 1 Dengan F = forecast nilai prediksi model dan O = observation nilai pengamatan, metode prakiraan dikatakan baik jika memiliki nilai korelasi yang tinggi dan nilai RMSE yang rendah. Untuk mengetahui persentase kesalahan percent ∑ = − = N n n n O F N RMSE 1 2 1 ∑ ∑ ∑ = = = − × − − × − = N n n N n n N n n n O O F F O O F F Corr 1 2 1 2 1 2