Faktor Aktivitas Manusia Angin

lahan secara besar‐besaran untuk kelapa sawit, di mana setelah IUPHHK memanen kayu komersial, maka selanjutnya terjadi perubahan status lahan dari hutan menjadi perkebunan sawit atau IUPHHK HT. Dalam penyiapan lahannya mereka menggunakan api untuk membersihkan bahan bakar yang terdapat di atas permukaan tanah.

2.3. Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran HutanLahan SPBK

Sistem peringatan dini kebakaran hutan dan lahan di Indonesia ditunjukkan dengan Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran Fire Danger Rating System sebagai sistem peringatan dini bahaya kebakaran. Di Indonesia, sistem ini dikembangkan oleh Canadian Forest Service CFS dan lembaga pemerintah, seperti Kementerian Kehutanan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG, dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasiona LAPAN, yang didukung dana hibah dari Canadian Internasional Development Agency CIDA. Keluaran dari sistem peringatan dini tersebut berupa peta tentang kemudahan dimulainya api, tingkat kesulitan pengendalian api, dan kondisi kekeringan di wilayah Indonesia. Peringkat bahaya kebakaran hutan adalah proses dari evaluasi sistematik faktor-faktor tunggal maupun kombinasi yang mempengaruhi bahaya kebakaran hutan. Sedangkan sistem peringkat bahaya kebakaran hutanlahan SPBK adalah metode prakiraan yang mengukur resiko kebakaran dari permulaan muncul sampai penyebarannya. Prakiraan ini berdasarkan pada data dan informasi cuaca yang dimodifikasikan dengan analisis vegetasi sebagai bahan bakar serta data mengenai kebakaran itu sendiri. SPBK memerlukan input data cuaca pada saat kejadian dan data cuaca historikal sebelumnya. Informasi cuaca diperlukan untuk mengetahui gambaran cuaca. Sedangkan informasi iklim historikal diperlukan untuk kalibrasi atau menyesuaikan kondisi setempat. SPBK menyediakan informasi untuk: 1. Pencegahan Prevention - Menyediakan metode perencanaan jangka pendek dan panjang untuk mengidentifikasikan daerah yang rawan terhadap kebakaran hutan. - Menyediakan sistem untuk perijinan kegiatan pembakaran. 2. Monitoring - Memberikan indikator bahaya kebakaran harian - Penting untuk perencanaan pengawasan dari udara dan penekanan terhadap aktivitas maupun perundang-undangan mengenai pembakaran. 3. Mitigasi - Memberikan pemodelan untuk menekan penyebaran optimal dari pemanfaatan sumber daya alam.

2.3.1. Indeks FWI Fire Weather Index

Kegunaan dari FWI Fire Weather Index adalah untuk menghitung pengaruh cuaca terhadap bahan bakar hutan dan kebakaran hutan. Kegunaan lain dari FWI yaitu untuk mengevaluasi bahaya kebakaran sebagai fungsi dari kondisi cuaca sekarang dan yang lalu. Sistem FWI dirancang untuk menghasilkan jumlah informasi yang maksimum dengan jumlah data harian atau antar jam yang minimum. FWI merupakan peringkat numerik dari intensitas kebakaran. Indeks ini secara umum disebut sebagai potensi tingkat kesulitan pengendalian bahaya kebakaran ditinjau dari aspek parameter cuaca. Bahaya kebakaran adalah indikasi umum dari semua faktor yang mempengaruhi kemudahan terbakar, penyebaran api, dampak fisik kebakaran dan tingkat kesulitan pengendalian kebakaran. Sistem FWI terdiri dari beberapa komponen yaitu kode kelembapan bahan bakar FFMC Fine Fuel Moisture Code, DMC Drought Moisture Code dan DC Drought Code. Tiap-tiap komponen memiliki nilai dengan skala masing-masing.

2.3.2. Indeks FFMC Fine Fuel Moisture Code

Merupakan peringkat numerik dari kandungan kelembapan dari serasah dan bahan bakar halus lainnya. Kode ini menandakan potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutanlahan ditinjau dari parameter cuaca meteo.bmkg.go.id. 2013. Kode ini berkorelasi dengan kejadian-kejadian kebakaran yang disebabkan manusia. Kode ini digunakan untuk indikator potensi penyulutan api menjadi kebakaran. Berikut adalah tabel klasifikasi bahaya kebakaran hutan dan lahan dari indeks cuaca kebakaran atau FWI yang digunakan oleh BMKG yaitu : Tabel 1 . Klasifikasi tingkat bahaya FWI Tabel 2. Klasifikasi tingkat bahaya FFMC

2.4. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem yang mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data secara spasial keruangan yang merepresentasikan kondisi bumi. Penanganan dan analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan kunci dari sistem informasi geografis. Sistem ini sangat membantu bila data yang ditangani terlalu banyak untuk diproses secara manual. Mungkin ada ratusan atau ribuan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam suatu lokasi. Data ini bisa berupa peta maupun tabel data, sehingga data yang dimasukkan dalam suatu SIG Sistem Informasi Geografis akan lebih mudah untuk dimanipulasi dan dianalisa. Volume data yang besar sangat tidak efisien jika