Tabel 9 . Kalender kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian
Kegiatan Bulan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11
12 Penebasan
Pengeringan Pembakaran
Penanaman
Sampai saat ini cara membakar masih dilakukan karena banyak kondisi lahan yang dominan ditumbuhi semak belukar. Lahan yang telah ditumbuhi semak apalagi
tidak dikerjakan lebih dari tiga tahun banyak ditumbuhi tanaman berkayu dan apabila hendak dijadikan areal pertanianperkebunan harus dibersihkan terlebih dahulu, cara
yang paling cepat dan murah adalah dengan dibakar. Abu hasil pembakaran diyakini dapat menyuburkan tanah.
4.7.2. Sistem Penyiapan Lahan Tanpa Dibakar
Sistem penyiapan lahan tanpa dibakar dikenal dengan istilah tanpa olah tanah. Penyiapan lahan dengan cara ini dilakukan dengan membiarkan lahan bekas
pertanianperkebunan tanpa ada perlakuan khusus. Lahan yang masih terdapat jerami atau sisa hasil panen ditumbuhi rerumputan, dan kemudian disemprot herbisida.
Semprotan dibiarkan sekitar satu bulan, setelah kering dirolling dengan drum atau batang kelapa baru kemudian ditanam. Jerami dan rumput yang telah kering saat
terkena hujan akan lapuk dan bermanfaat sebagai kompos, selain itu batang jerami dan rumput juga berfungsi menutup lapisan tanah guna menekan tumbuhnya rumput
baru sehingga akan mengurangi kegiatan penyiangan rumput. Selain kegiatan penyiapan lahan tanpa bakar zero burning diterapkan juga penyiapan lahan dengan
cara dicangkul oleh sebagian kecil masyarakat.
Sistem pertanian dengan tanpa olah tanah direspon dengan baik oleh masyarakat dengan pertimbangan antara lain:
a. Hasil panen antara sistem tanam dengan dicangkul tradisional dan sistem tanpa
olah tanah tidak berbeda jauh. b. Tidak terlalu memerlukan banyak tenaga untuk mengusahakan padi sehingga
tenaga dapat digunakan untuk menggarap lahan pertanian dan pekerjaan lainnya. c. Tidak menimbulkan emisi asap akibat kegiatan pembakaran lahan.
d. Mulsa sisa tanaman padi dan rumput dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk membantu pupuk tanaman.
4.7.3. Antisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kebakaran
Kegiatan penyiapan lahan dengan cara dibakar merupakan kegiatan beresiko sehingga diperlukan banyak upaya pencegahan untuk mengantisipasi merembetnya
api ke lahan yang tidak diinginkan untuk dibakar. Namun, dalam proses pembukaan lahan dengan cara dibakar terkadang meluasnya api tidak dapat dicegah, baik karena
api loncat atau sumber api lain yang tidak diketahui sumbernya. Api loncat dapat berasal dari loncatan api akibat terpelantingnya ranting kering yang terbakar atau
dapat pula karena api terbang akibat terbakarnya sarang tikus ataupun burung yang terbawa angin dan jatuh ke tempat lain yang akhirnya menyebabkan kebakaran lahan
yang tidak diinginkan.
Kebakaran lahan pertanian yang tidak diinginkan dilakukan pemadaman oleh masyarakat secara gotong royong, dilakukan secara spontan tanpa harus menunggu
komando. Penanggulangan kebakaran lahan lebih diutamakan pada lahan yang mempunyai potensi yaitu lahan yang telah ditumbuhi tanaman produktif, seperti
kebun sawit, kelapa, kopi, karet dan perkebunan lainnya serta aset-aset berharga lain yang yang dimiliki masyarakat, sedangkan jika kebakaran terjadi pada lahan yang
tidak menghasilkan atau tidak terdapat aset berharga ataupun tanaman produktif masyararakat maka cenderung dibiarkan saja dengan harapan kebakaran akan padam
dengan sendirinya, upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi merembetnya api dari lahan kosong ke lahan pertanian produktif adalah dengan melokalisir menjalarnya
api.
Kegiatan penyiapan lahan pertanian dengan cara bakar khususnya di Kecamatan Rasau Jaya telah menerapkan prinsip-prinsip pembakaran terkendali,
berbagai upaya telah dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi menjalarnya api saat pembakaran. Antisipasi merembetnya api dilakukan dengan cara :
- Melakukan pembersihan saluran air dan parit pembatas lahan secara gotong
royong. -
Pembuatan sekat bakar. -
Penyiapan alat-alat antisipasi kebakaran sebelum pembakaran. -
Pembakaran dilakukan sore hari. -
Pembakaran melawan arah angin. -
Pembuatan kolam untuk mengantisipasi kebutuhan air apabila terjadi kebakaran lahan.
- Bersama-sama menjaga api dengan tetangga pemilik lahan yang bersebelahan.
- Api dijaga sampai padam.
Asap pada saat musim kemarau dapat dipastikan selalu terjadi. Sumber asap di wilayah Rasau Jaya dapat dibedakan menjadi dua macam, pertama asap yang
bersumber dari kegiatan pertanian dan asap yang dihasilkan oleh kegiatan non- pertanian. Asap yang bersumber dari kegiatan pertanian biasanya dihasilkan oleh
kegiatan pembakaran pada saat penyiapan lahan. Namun demikian kegiatan penyiapan lahan dengan cara dibakar biasanya tidak menimbulkan asap tebal karena
bahan yang akan dibakar biasanya telah kering, sehingga apabila dibakar bahan cepat habis dan menghasilkan sedikit asap.