error pada semua parameter antara hasil model dan observasi menurut Hanke 1992 menggunakan perhitungan sebagai berikut;
E = O – F x 100 3
O Dimana O adalah data hasil observasi, F adalah data hasil simulasi model dan
E adalah hasil dari persentase kesalahan. Verifikasi parameter curah hujan kumulatif menggunakan metode pengukuran Threat Score TS yaitu untuk mengukur ketepatan
prakiraan antara model dan observasi. Perhitungan nilai TS menggunakan metode Saito 2001 sebagai berikut:
Threat Score 4 Dimana N
hit
= jumlah hit, N
pass
= jumlah pass, dan N
false
= jumlah false alarm. Hit adalah kondisi apabila hasil model dan observasi dalam waktu observasi
sesuai. Pass adalah kondisi apabila kejadian tidak terprakiraan oleh model, namun teramati dalam waktu observasi. Sedangkan false alarm adalah kondisi apabila
kejadian terprakiraan di model, namun tidak teramati dalam waktu observasi. Adapun untuk Prosentase Hit adalah Threat Score dikalikan 100. Hasil metode verifikasi akan
didapatkan nilai korelasi, error, dan tingkat akurasi data model terhadap data observasi.
3.4.2. Analisis dan Verifikasi Peta SPBK
Hasil peta SPBK berbasis model dianalisis dan dibandingkan dengan peta SPBK berbasis observasi milik BMKG. Teknik verifikasi menggunakan metode
pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah korelasi, RMSE, dan percent error persentase kesalahan seperti pada persamaan no.
1, 2, dan 3 diatas. Hasil dari metode kuantitatif adalah nilai korelasi dan error antara peta SPBK berbasis model dan observasi.
3.4.3. Analisis Hubungan Hotspot dan SPBK
Analisis keterkaitan antara Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan SPBK dengan kejadian titik panas hotspot dilakukan dengan teknik
tumpang tindih overlay antara peta SPBK khususnya peta indeks FFMC dengan hotspot. Jika sebaran hotspot dominan terdapat pada wilayah dengan kategori mudah-
sangat mudah terbakar berwarna kuning-merah, artinya hotspot berkorelasi terhadap peta SPBK dan berpotensi tinggi terjadinya kebakaran hutan dan lahan diwilayah
tersebut. Dalam menganalisis hubungan ini digunakan peta SPBK khususnya peta
false pass
hit hit
N N
N N
+ +
=
indeks potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutanlahan FFMC pada periode puncak hotspot tanggal 19 dan 21 Juni, 21 dan 23 Juli di Provinsi Riau, serta tanggal
19 dan 26 Agustus di Provinsi Kalimantan Barat.
3.4.4. Analisis dan Verifikasi Simulasi Dispersi Asap
Analisis hasil simulasi dispersi asap model WRF-Chem dengan data satelit AIRS-NASA dilakukan secara kualitatif berdasarkan pola spasial kedua obyek.
Pendekatan secara kuantitatif dilakukan dengan membandingkan nilai konsentrasi karbon monoksida CO maksimum pada 8 delapan titik atau lokasi di wilayah
Sumatera dan Kalimantan. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan korelasi, RMSE, dan bias. Untuk mencari nilai korelasi dan RMSE hasil model
dengan data satelit AIRS menggunakan persamaan no. 1 dan 2 di atas. Metode bias akan ditampilkan pada persamaan De Foy 2009 sebagai berikut.
Dimana F adalah forecast nilai prediksi model dan O merupakan
observation nilai pengamatan. Hasil dari analisis didapatkan nilai korelasi, dan error antara simulasi dispersi asap model WRF-Chem dengan data satelit AIRS-
NASA.
3.4.5. Analisis Kuesioner Data Aktivitas Masyarakat Lokal
Analisis yang umum digunakan untuk inventarisasi data melalui kuesioner menurut Hadi 1998 adalah sebagai berikut;
1. Melakukan pengecekan jawaban yang lengkap dan yang tidak lengkap.
2. Mentabulasikan jawaban-jawaban ke daftar tabulasi. Pilah tabulasi jawaban yang lengkap dan yang tidak lengkap.
3. Meneliti jawaban yang tidak relevan dengan pertanyaan. Diputuskan apakah
tidak konsistennya jawaban itu dinilai tidak valid, atau masih dapat dianalisis. 4.
Data kuesioner yang sudah sesuai kebutuhan dianalisis dengan pendekatan statistik dan selanjutnya diinterpretasikan.
Analisis kuesioner akan mengidentifikasi kegiatanaktivitas masyarakat lokal
dalam memanfaatkan lahan sehingga didapatkan gambaran perilaku dan kebiasaan masyarakat setempat dalam menyiapkan dan mengolah lahan gambut untuk pertanian
dan perkebunan. Tahapan atau alur kerja penelitian secara umum ditunjukkan pada Gambar 6.
O F
BIAS −
=
5