Fermentasi Ikan Aplikasi yoghurt sebagai sumber bakteri asam laktat dalam fermentasi ikan mas (Cyprinus carpio)

deras. Perkembangan teknik budidaya, didukung dengan berkembangnya pengetahuan tentang kualitas pakan dan kecepatan tumbuhnya Lovel et al. 1974. Ikan mas merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya dan telah dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia sebagai ikan untuk dikonsumsi. Komponen utama yang terdapat pada daging ikan adalah air, protein, dan lemak. Komponen ini bervariasi tergantung jenis ikan, umur ikan, ukuran ikan dan musim penangkapan. Kandungan air di dalam ikan segar berkisar 60-84, lemak 0,1-22, protein 15-24 dan mineral 1-2 Clucas 1981. Ikan mas dipasarkan dalam keadaan hidup atau dalam bentuk olahan. Pengolahan ikan biasanya dilakukan mulai dari ikan hidup hingga siap dikonsumsi. Ikan mas diolah menjadi bahan makanan, seperti dibakar, digoreng maupun direbus atau dihidangkan dalam bentuk sop ikan. Ikan mas dapat diolah dan diawetkan dengan cara fermentasi seperti bekasam.

2.2 Fermentasi Ikan

Fermentasi secara teknik dapat didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi anaerobik atau parsial anaerobik dari karbohidrat dan menghasilkan alkohol dan beberapa asam. Substrat pada proses fermentasi dapat berupa protein dan lemak. Di dalam pengawetan pangan terdapat tiga jenis fermentasi yang nyata yaitu fermentasi alkohol, asam laktat dan asam asetat dengan gula sebagai substrat. Pengaktifan fermentasi asam laktat dapat dilakukan dengan penambahan garam yang memungkinkan hanya bakteri asam laktat yang berkembang lebih baik Muchtadi 2008. Fermentasi ikan secara traditional merupakan kearifan lokal masyarakat negara Asia Tenggara termasuk Indonesia Saisithi 1994. Proses fermentasi ikan dapat mengawetkan ikan sehingga mampu menjaga dan meningkatkan kesinambungan ketersediaan ikan sebagai sumber protein murah bagi masyarakat lokal. Keuntungan dari pengolahan ikan secara traditional adalah mudah diterima konsumen, murah, mudah pengolahannya, aman dan terjadi peningkatan kualitas nutrisi. Fermentasi pengawetan ikan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu, 1 proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau tranformasi yang menghasilkan suatu produk dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda dari keadaan awalnya, seperti halnya dalam memproduksi terasi dan kecap ikan; 2 Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, yang memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang tersebut, misalnya dalam pembuatan ikan peda Adawyah 2007. Produk ikan fermentasi diproduksi melalui hidrolisis material yang ada pada ikan dengan autolisis dan aksi mikroorganisme. Karakteristik bau dari produk ikan fermentasi merupakan hasil dari aktivitas enzimatis dan mikrobiologi pada daging ikan dengan adanya garam. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses produk ikan fermentasi adalah a mikroorganisma yang terdapat pada ikan dan garam, b aktivitas proteolitik enzim pada ikan, c kondisi produk yang digunakan pada proses fermentasi, d ada atau tidaknya oksigen, e status nutrisi ikan, f suhu, g pH campuran fermentasi, h adanya isi perut atau enzim dari tanaman, i ketersediaan dan konsentrasi karbohidrat, dan j lama proses fermentasi. Teknik untuk meningkatkan kecepatan fermentasi, di antaranya adalah a menggunakan suhu lebih tinggi, b menambahkan enzim, c menambahkan bakteri, dan d menambahkan asam Wheaton dan Lawson 1985 diacu dalam Irianto 2008 Produk ikan fermentasi umumnya dapat dihasilkan dengan melibatkan bakteri asam laktat dari berbagai spesies Saisithi 1994. Produk ikan fermentasi yang dikenal di Indonesia sangat bervariasi namun dapat dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu produk fermentasi ikan dan garam dan produk fermentasi ikan, karbohidrat dan garam. Produk fermentasi ikan dan garam diantaranya adalah ikan peda, jambal roti, terasi, kecap ikan, ikan tukai dan bekasang. Sedangkan ikan hasil fermentasi ikan, karbohidrat dan garam adalah bekasam, picungan, cincalok, naniura dan pudu Irianto 2008.

2.3 Bekasam